Rabu, 30 Januari 2008

"memancarkan cinta kasih" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Dan bagaimanakah seseorang memancarkan pikirannyayang penuh dengan cinta kasih? Bagaikan seseorang akanmenyayangi orang yang patut disayangi danmenyenangkan, seperti itulah seseorang memancarkancinta kasihnya kepada semua makhluk. Dan tentang halini, apakah cinta kasih itu? Cinta kasih ialah sesuatuyang berwujud cinta kasih, tindakan cinta kasih,keadaan cinta kasih, cinta kasih yang terbebas darikeinginan jahat.Dan bagaimanakah seseorang memancarkan pikiran nyayang penuh dengan welas asih? Bagaikan seseorang akantimbul perasaan welas asih kepada orang yang sengsaraatau malang, seperti itulah seseorang memancarkanperasaan welas asihnya kepada semua makhluk. Dantentang hal ini, apakah welas asih itu? Welas asihialah sesuatu yang berwujud welas asih, tindakanmengasihani, keadaan mengasihani, welas asih yangterbebas dari kekejaman.Dan bagaimanakah seseorang memancarkan pikirannyayang penuh dengan simpati? Bagaikan seseorang akanmerasa bersukacita bagi orang yang cakap danmenyenangkan, seperti itulah seseorang memancarkansimpatinya kepada semua makhluk. Dan tentang hal ini,apakah simpati itu? Simpati ialah sesuatu yangberwujud simpati, tindakan bersimpati, keadaanbersimpati, simpati yang terbebas dari iri hati.Dan bagaimanakah seseorang memancarkan pikirannyayang penuh dengan keseimbangan batin? Bagaikanseseorang akan merasa seimbang batinnya terhadap orangyang tidak menyenangkan dan tidak pula takmenyenangkan, seperti itulah seseorang memancarkankeseimbangan batinnya kepada semua makhluk. Dantentang hal ini, apakah keseimbangan batin itu?Keseimbangan batin ialah sesuatu yang berwujudkeseimbangan batin, tindakan keseimbangan batin,keadaan keseimbangan batin, keseimbangan batin yangterbebas dari goncangan.VIBHANGA

Senin, 28 Januari 2008

(Tipitaka 70) Bulan : Kisah Jambuka Thera

Jambuka adalah seorang hartawan di Savatthi. Berkaitan denganperbuatan buruk yang dilakukannya di masa lampau, ia harus dilahirkandengan kelakuan yang sangat aneh.Ketika masih anak-anak, ia tidur di lantai tanpa alas kasur, danmemakan kotorannya sendiri sebagai ganti nasi. Ketika ia bertambahdewasa, orang tuanya mengirim kepada Ajivaka, pertapa telanjang.Ketika pertapa itu mengetahui kebiasaan makannya yang aneh, merekamengirim Jambuka pulang ke rumah. Setiap malam ia makan kotoranmanusia. Setiap hari berdiri dengan satu kaki, dan membiarkan mulutnyaterbuka.Ia selalu mengatakan bahwa ia membiarkan mulutnya terbuka, sebab iahidup dari udara dan berdiri dengan satu kaki, sebab akan memberatkanbumi untuk mengangkatnya. "Saya tidak pernah duduk, saya tidak pernahtidur," ia berbangga diri, dan oleh karena itu ia dikenal dengan namaJambuka, orang congkak.Beberapa orang mempercayainya dan beberapa orang mau datang kepadanyauntuk berdana makanan. Jambuka akan menolak dan berkata, "Saya tidakmenerima makanan selain udara." ketika dipaksa, dia menerima sedikitdana makanan tersebut, kemudian ia akan memberikan segenggam rumputkusa kepada orang yang berdana makanan itu dan berkata: "Sekarangpergilah, semoga ini dapat memberikan kebahagiaan bagi anda."Dengan cara ini, Jambuka hidup selama lima puluh lima tahun telanjang,dan hanya makan kotoran manusia.Suatu hari Sang Buddha melihat bahwa Jambuka akan mencapai tingkatkesucian arahat dengan segera. Maka suatu sore Sang Buddha pergi ketempat tinggal Jambuka dan menanyakan di mana tempat bermalam.Jambuka menunjukkan sebuah gua yang ada di gunung tidak jauh darilempengan batu tempat tinggalnya.Selama malam pertama, kedua, dan ketiga, dewa-dewa Catumaharajika,Sakka, dan Mahabrahma datang untuk memberikan penghormatan secarabergantian kepada Sang Buddha. Pada ketiga kesempatan tersebut, hutanitu terang benderang dan Jambuka menyaksikan ketiga cahaya tersebut.Pagi harinya, ia mengunjungi Sang Buddha dan bertanya tentang cahayatersebut.Ketika diberitahu bahwa dewa-dewa, Sakka dan Mahabrahma datangmemberikan hormat pada Sang Buddha, Jambuka sangat tertarik danberkata kepada Sang Buddha: "Anda pasti benar-benar orang besar bagipara dewa, Sakka, dan Mahabrahma, sehingga mereka datang danmemberikan hormat kepadamu. Tidak seperti saya, meskipun saya telahberlatih hidup sederhana selama 55 tahun, hidup dari udara dan berdiridengan satu kaki, tidak satu dewa pun, tidak juga Sakka, Mahabrahmamengunjungiku."Sang Buddha berkata kepadanya, "O, Jambuka! Kamu dapat menipu oranglain, tetapi kamu tidak dapat menipuku. Saya tahu bahwa selama 55tahun kamu telah makan kotoran dan tidur di tanah."Lebih jauh Sang Buddha menerangkan kepadanya bagaimana kehidupannyayang lampau pada masa Buddha Kassapa, Jambuka telah menghalangiseorang thera untuk berkunjung ke rumah umat awam yang ingin berdanamakanan dan bagaimana ia telah melemparkan semua makanan yangdikirimkan untuk thera tersebut. Karena kejahatannya itu, Jambukasekarang makan kotoran dan tidur di tanah. Mendengar penjelasantersebut, Jambuka sangat terkejut dan menyesal telah berbuat jahat dantelah menipu orang lain.Ia berlutut di hadapan Sang Buddha, dan Sang Buddha memberinyaselembar kain untuk dikenakan. Sang Buddha memberikan khotbah; danpada akhir khotbah, Jambuka mencapai tingkat kesucian arahat sertamenjadi murid Sang Buddha.Murid Jambuka dari Anga dan Magadha datang dan mereka sangat terkejutmelihat Jambuka bersama Sang Buddha. Jambuka menjelaskan kepada merekabahwa ia telah menjadi murid Sang Buddha.Kepada mereka Sang Buddha berkata, meskipun guru mereka telah hidupdengan sederhana dengan makan makanan yang sangat sederhana, hal itutidak bermanfaat, walaupun seperenambelas bagian dari latihan danperkembangannya saat ini.Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 70 berikut:Biarpun bulan demi bulan orang bodoh memakan makanannya dengan ujungrumput kusa,namun demikian ia tidak berharga seperenambelas bagian dari merekayang telah mengerti Dhamma dengan baik.

Filsafat Budha

"Apa yang tidak mampu kamu lakukan adalah apa yang tidak bisa kamu lakukan. Apa yang mampu kamu lakukan tetap tidak kamu lakukan adalah apa yang tidak mau kamu lakukan. Orang sering mengatakan tidak bisa jika mereka tidak mau"
"Penguatan adalah ciri khas dari semangat, sehingga semua sifat baikyang ditopang oleh semangat tidak menjadi pudar "
"Kejernihan dan inspirasi adalah ciri khas dari keyakinan, ketikakeyakinan muncul di dalam pikiran, keyakinan itu menembus carapenghalang, maka pikiran menjadi terang, tenang dan tidak terganggu,dengan demikian keyakinan menjadi jernih, dan inspirasi adalah tandaketika meditator, karena memahami bagaimana pikiran orang lain telahterbebas, kemudian terinspirasi untuk mencapai apa yang masih belumdapat dicapainya, untuk mengalami apa yang masih belum pernahdirasakannya, dan untuk merealisasikan apa yangmasih belum dimengertinya"

"Penyelewengan Persepsi" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Para bhikkhu, ada empat penyelewengan persepsi, empatpenyelewengan buah-pikir dan empat penyelewenganpandangan. Apakah yang empat itu?Berpegang bahwa di dalam ketidak-kekalan adakekekalan: ini adalah penyelewengan persepsi,pemikiran dan pandangan.Berpegang bahwa di dalam penderitaan ada kebahagiaan:ini adalah penyelewengan persepsi, pemikiran danpandangan.Berpegang bahwa di dalam apa yang tanpa-diri adasuatu diri: ini adalah penyelewengan persepsi,pemikiran dan pandangan.Berpegang bahwa di dalam hal-hal yang menjijikkan adakeindahan: ini adalah penyelewengan persepsi,pemikiran dan pandangan.Para bhikkhu, inilah empat penyelewengan persepsi,pemikiran dan pandangan.Para bhikkhu, ada empat tanpa-penyelewengan persepsi,pemikiran dan pandangan. Apakah yang empat itu?Berpegang bahwa di dalam ketidak-kekalan adaketidak-kekalan ... bahwa di dalam penderitaan adapenderitaan ... bahwa di dalam apa yang tanpa-diritidak ada diri ... bahwa di dalam apa yang menjijikkanada sifat menjijikkan – inilah empat tanpapenyelewengan persepsi, pemikiran dan pandangan.Mereka yang memahami apa yang berubah sebagai kekal, Penderitaan sebagai suka-cita, diri di dalamtanpa-diri, Dan yang melihat tanda keindahan di dalamhal yang menjijikkan Orang ini berpegang pada pandangan yangterselewengkan, Secara mental kacau, terkena ilusi.Terperangkap oleh Mara, tidak bebas dari belenggu,Mereka masih jauh dari keadaan yang aman.Makhluk-makhluk itu berkelana melalui lingkaran yangmenyakitkanDan pergi berulang-ulang dari kelahiran menujukematian. Tetapi ketika para Buddha muncul di dunia,Pembuat cahaya di pekatnya kegelapan, Merekamengungkapkan Ajaran ini, Dhamma nan agung, Yangmembimbing menuju akhir penderitaan.Ketika orang-orang yang bijaksana mendengarkannya,Mereka akhirnya memperoleh kewarasan lagi. Merekamelihat yang tidak kekal sebagai tidak kekal, Merekamelihat penderitaan semata-mata sebagai penderitaan.Mereka melihat tanpa-diri sebagai kosongnya diri, Dandi dalam yang menjijikkan mereka melihat sifatmenjijikkan. Dengan menerima pandangan benar ini,Mereka mengatasi semua penderitaan.Penyelewengan Persepsi(IV, 49)Angguttara Nikaya

Minggu, 27 Januari 2008

"Bagaikan ladang" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Sang Buddha, yang berdiam di Tempat Memberi MakanTupai, di Hutan Bambu di Rajagaha mengisahkan ceritamengenai peta yang dahulunya adalah putra seorangpedagang kaya.Dikisahkan bahwa di Rajagaha ada seorang pedagangkaya raya yang memiliki kekayaan yang luar biasabesarnya. Harta bendanya amat banyak, sumber-sumbermaterinya melimpah, dan tak terhitung harta yangterkumpul, berkoti-koti2 banyaknya. Karena memilikikekayaan yang demikian besar dia dikenal sebagaiMahadhanasetthi. Anaknya hanya satu, dan putra tunggalini amat disayangi dan dibanggakan. Ketika putranyamencapai usia akil balik, orang tuanya berpikir,'Seandainya putra kita membelanjakan seribu (keping)setiap hari bahkan selama seratus tahun pun, kekayaanyang terkumpul ini tidak akan habis. Maka biarlah diamenikmati harta benda ini sesukanya. Tak perlu diamenanggung beban bersusah payah lewat tubuh danpikiran karena harus mempelajari suatu keterampilan.'Maka putranya ini tidak disuruh mempelajariketerampilan apapun. Ketika dia sudah dewasa, orangtuanya mencarikan istri dari keluarga baik-baik yangmasih muda, cantik dan mempesona. Namun gadis yangmenggiurkan ini mengabaikan hal-hal spritual. Ketikadimabuk kenikmatan cinta dengan istrinya, laki-lakimuda ini sekilas pun tidak mempunyai minat pada Dhammadan tidak memiliki rasa hormat terhadap para petapadan brahmana serta orang-orang yang pantas dihormati.Dan karena dikelilingi oleh orang-orang jahat, diabergembira dan bergelimang di dalamkenikmatan-kenikmatan lima indera. Di dalamkebodohannya, secara membuta dia terus mengejarkesenangan-kesenangan indera. Demikianlah diamenghabiskan waktunya.Setelah kedua orang tuanya meninggal, diamenghamburkan kekayaannya sepuas hati pada parapenyanyi dan penari dan sebagainya. Tidak lamakemudian (kekayaannya) habis. Namun dia masih dapatbertahan hidup setelah memperoleh pinjaman. Ketika takada lagi yang mau memberikan pinjaman dan diadikejar-kejar oleh para kreditornya, maka tanahnyayang subur, rumahnya dan sebagainya pun berpindahtangan. Dia pun terpaksa tinggal di bangsal kota yangdibangun untuk fakir miskin. Dia makan (apa yangdiperolehnya) setelah berkelana mengemis denganmangkuk di tangan.Pada suatu hari, beberapa perampok yang berkumpulberkata kepadanya, 'Wahai, kawan, mengapa kamu hidupsusah? Kamu masih muda, kuat, gesit dan punyakekuasaan. Mengapa berperilaku seolah-olah tidak punyatangan dan kaki? Ayo, mencurilah bersama kami. Nantikamu akan bisa memperoleh kekayaan orang dan bisahidup enak.' 'Aku tidak tahu bagaimana caranyamencuri,' jawabnya. 'Kami akan melatihmu. Lakukan sajasegala yang kami katakan,' kata para perampok itu.'Baiklah,' dia menyetujui dan pergi bersama mereka.Para perampok itu kemudian memberinya tongkat besardan mereka membobol sebuah rumah. Ketika akan masuk,mereka menyuruh dia berjaga-jaga di mulut lorong.'Jika ada orang lain yang datang ke sini, bunuhlah diadengan sekali pukul memakai tongkat ini.' Buta karenaketololan dan ketidaktahuan tentang apa yang baik atauburuk baginya, dia berdiri di situ, melihat ke sanakemari kalau-kalau ada orang yang datang, sementarapara perampok memasuki rumah dan mengambil segala yangdapat diambil. Begitu (keberadaan mereka) ketahuan,para perampok itu pun segera lari lintang pukang kesegala arah. Para penghuni rumah yang terbangun cepatmengejar sambil menengok ke sana kemari ke segalaarah. Mereka melihat laki-laki yang berdiri di pintumasuk para perampok. Itu dia, perampok jahat itu!'teriak mereka. Maka laki-laki itu pun ditangkap dandipukuli dengan tongkat dan sebagainya pada tangan dankakinya. Lalu dia dibawa ke hadapan raja. 'Padukaraja, inilah perampok yang tertangkap di mulutlorong.' kata mereka. 'Penggal kepalanya!' perintahraja kepada penjaga-kota. 'Baik, Paduka,' katapenjaga-kota. Laki-laki itu lalu ditangkap. Tangannyadiikat di balik punggung. Lehernya dikalungi rangkaianbunga kanavira merah, dan kepalanya diolesibubuk-bata. Lalu dia dicambuki sambil digiring menujutempat eksekusi. Di sepanjang jalan, genderang hukumanmati terus dipukul. Dia berjalan dari satu jalan kejalan lain, dari satu persimpangan ke persimpanganlain, sambil diiringi teriakan, 'Inilah perampok yangmenjarah dan telah tertangkap di kota ini.'Kebetulan pada saat itu ada pelacur kota bernamaSulasa yang sedang berdiri di istana. Ketika melihatkeluar melalui jendela kisi-kisi, dia melihatlaki-laki itu digiring sedemikian. Karena telahmengenalnya di masa lalu, muncul belas kasihan didalam diri wanita itu. Dia berpikir, 'Dahulu laki-lakiini luar biasa kaya raya di kota ini, tetapi sekarangdia mengalami nasib buruk sampai seperti ini. Sungguhamat menyedihkan dan menyiksa.' Maka pelacur itumengirimkan empat manisan serta air, dan menyuruhseseorang menyampaikannya kepada penjaga-kota, 'Sayamohon tuan yang terhormat mau berhenti sampailaki-laki ini makan manisan dan minum air ini.' Selamamereka beristirahat, Y.M. Mahamoggallana melihatkesedihannya ketika beliau mengamati (dunia) denganmata batinnya. Hatinya tergerak karena welas asihnyadan beliau berpikir 'Laki-laki ini belum melakukanperbuatan-perbuatan yang berjasa, dia (hanya)melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat. Akibatnya,dia akan muncul di neraka. Tetapi jika aku pergi (kesana) dan dia memberikan manisan dan air itu kepadaku,dia akan terlahir di antara para dewa bumi. Akanmerupakan hal yang baik jika aku membantunya.' Makabeliau pun muncul di hadapan laki-laki itu ketikamanisan dan air itu dibawa kepadanya. Ketika melihatpetapa Thera itu, laki-laki itu berpikir dengan rasabakti di hatinya, 'Apa gunanya manisan ini bagi orangyang akan dibunuh? Sebaliknya, manisan ini akanmenjadi bekal bagi orang yang akan menuju ke dunialain.' Maka dia menyuruh agar manisan dan air itudiberikan kepada Mahamoggallana Thera. Untukmeningkatkan rasa bakti laki-laki itu, sang Thera lalududuk di suatu tempat yang dapat dilihat untuk makanmanisan dan minum air itu. Kemudian beliau bangkit danpergi. Laki-laki itu digiring algojo lagi menujutempat hukuman mati dan dipenggal kepalanya.Sebenarnya, dia pantas terlahir di devaloka yang lebihtinggi" sebagai hasil dari perbuatan jasa yangdilakukannya dengan rasa hormat kepada MahamoggallanaThera, yang merupakanladang-jasa-yang-tiada-bandingnya. Namun karena diaberpikir, 'Aku berhutang budi pada Sulasa yangmenyebabkan aku memperoleh persembahan-jasa ini',pikirannya pada saat kematiannya dipenuhi oleh rasacinta yang ditujukan pada Sulasa. Oleh karena itu diamuncul di tingkat yang lebih rendah, yaitu sebagaidewa-pohon di pohon beringin yang besar di antaraketeduhan pepohonan rimbun di gunung.Dikatakan, bahwa seandainya saja di masa mudanyalaki-laki itu sudah bekerja keras dan melanjutkangaris keluarganya, dia akan menjadi orang palingterkemuka di antara para pedagang kaya di kota itu,sedangkan seandainya dia bekerja keras pada waktutengah-baya, dia akan memiliki (status) menengah. Danseandainya dia bekerja di hari tuanya, dia akanmemiliki (status) terendah. Tetapi seandainya saja dimasa mudanya dia telah meninggalkan keduniawian, diaakan menjadi seorang arahat, sedangkan jika diameninggalkan keduniawian di tengah-baya, dia akanmenjadi Yang-tidak-kembali-lagi atauYang-kembali-sekali-lagi. Dan seandainya diameninggalkan keduniawian di usia tua, dia akan menjadisotapanna. Namun dikatakan bahwa akibat pergaulannyadengan teman-teman yang jahat, dia menjadi tidakterhormat, berperilaku buruk, suka berpesta poradengan para wanita dan minum-minum, sehingga akhirnyadia menghamburkan semua harta kekayaannya dan jatuhpada penderitaan yang besar itu.Beberapa waktu kemudian, dia melihat Sulasa yangpergi ke taman. Karena nafsu birahi dan keinginan yangbesar, dewa itu lalu menimbulkan kebutaan pada Sulasadan membawa Sulasa ke alamnya. Setelah hidup secaraintim dengan Sulasa selama tujuh hari, dewa itukemudian berterus terang tentang identitasnya.Sementara itu, ibu Sulasa, yang tidak dapat melihatanaknya, pergi ke sana kemari sambil menangis.Orang-orang yang melihatnya berkata, 'Y.M.Mahamoggallana memiliki kemampuan batin yang luarbiasa. Beliau pasti tahu di mana Sulasa berada.Pergilah ke sana untuk bertanya.' 'Baik, sahabat'. Siibu lalu menghadap sang Thera dan menanyakan hal itu.Sang Thera berkata, 'Tujuh hari dari sekarang, kamuakan melihat Sulasa di pinggir kerumunan orang ketikaSang Buddha sedang mengajarkan Dhamma di Mahavihara diHutan Bambu.' Sulasa kemudian berkata kepada devaputtaitu, 'Tidaklah pantas bila aku berdiam di alammu. Hariini adalah hari ketujuh, dan ibuku yang tidak dapatmelihatku sudah amat khawatir dan sedih. Bawalah akukembali ke sana, dewa.' Dewa itu lalu membawa kembaliSulasa ketika Sang Buddha sedang mengajarkan Dhamma diHutan Bambu dan meletakkan Sulasa di tepi kerumunanorang, sedangkan dia berdiri tak terlihat (disampingnya). Ketika melihat Sulasa, orang-orangberkata, 'Wahai Sulasa, ke mana saja kamu selamaberhari-hari? Karena kamu tidak kelihatan, ibumumerasa amat cemas dan sedih seperti orangkebingungan.' Sulasa pun menceritakan kejadian itukepada orang-orang itu dan mereka bertanya, 'Bagaimanalaki-laki itu bisa muncul sebagai dewa, padahal yangdia lakukan hanyalah perbuatan-perbuatan jahat dan diatidak melakukan perbuatan-perbuatan baik?' Sulasamenjawab, Dia memberi kepada Y.M. Mahamoggallanamanisan dan air yang kuberikan kepadanya. Karenaperbuatan jasa inilah dia muncul sebagai dewa.' Ketikaorang-orang mendengar hal ini, mereka merasa amattakjub dan heran. Mereka merasaka suka-cita dankepuasan yang amat tinggi karena berpikir, 'ParaArahat memang benar-benar merupakan ladang-jasa yangtiada bandingnya di dunia ini -bahkan pelayanan yangpaling kecil pun pada mereka dapat membuat paramakhluk muncul sebagai dewa.'Para bhikkhu mengajukan persoalan itu kepada SangBuddha yang kemudian mengucapkan syair-syair inikarena munculnya suatu kebutuhan pada saat itu:1 'Bagaikan ladang adalah para Arahat, bagaikanpengolah adalah mereka yang memberi; bagaikan benihadalah persembahan-jasa itu: dari inilah maka buahdihasilkan.(mereka pun seperti ini, bagaikan ladang. Artinya,para Arahat mirip ladang yang siap dibajak. Arahat(Arahanto): adalah orang yang telah menghancurkansegala asava. Mereka disebut 'Arahat' karenamusuh-musuh (arinam) berupa kekotoran batin dan jeruji(aranam) roda samsara telah dihancurkan (hatatta) olehmereka; karena mereka tetap waspada terhadapnya(arakatta);2 karena mereka pantas (arahatta)memperoleh kebutuhan pokok dan sebagainya; dan karenamereka tidak melakukan perbuatan jahat apapun,sekalipun secara sembunyi-sembunyi (arahabhava).Berkenaan dengan ini, sebagaimana ladang yangdipersiapkan dengan baik dan tidak rusak karena rumputliar dll. jika ditaburi benih akan memberikan hasilyang besar bagi pengolahnya asalkan diairi pada saatyang tepat dan kondisi-kondisi penting lainnyadipenuhi, demikian pula orang yang telah menghancurkanasava di hatinya. Orang yang dipersiapkan dengan baikdan yang tidak ternoda oleh keserakahan dll., jikaditaburi benih (dalam bentuk) persembahan-jasa, akanmemberikan hasil yang besar bagi orang yang memberi,asalkan dilakukan pada waktu yang tepat dankondisi-kondisi penting lainnya dipenuhi. Untuk alasaninilah Sang Buddha mengatakan, 'Bagaikan ladang adalahpara Arahat.' Demikianlah penjelasan lewat `definisimaksimum' karena tidak ada perkecualian juga bagimereka yang masih belajar dll. sebagai ladang itu.Mereka yang memberi (dayaka): para pemberi, merekayang memberikan apa-apa yang dibutuhkan, sepertimisalnya jubah dll. Lewat kedermawanan mereka,orang-orang yang memberi adalah mereka yang memotongkeserakahan dll. dari hati mereka sendiri. Artilainnya, mereka adalah orang-orang yang membersihkandan menjaga hati mereka dari kekotoran batin itu.Bagaikan pengolah (kassakupamma): mirip dengan parapengolah. Sebagaimana pengolah akan memperoleh buahyang unggul dan melimpah dari hasil panennya jika diamembajak sawahnya dll., dan jika dia rajin danbersemangat mengatur urusan siklus dan sistempengairan dan penyebaran dan perlindungan (terhadaphasil buminya), demikian pula orang yang memberi akanmemperoleh hasil yang luar biasa dan melimpah daripemberiannya jika dia rajin dan bersemangat di dalammelayani Arahat, dan jika dia dermawan berkenaandengan persembahan-jasanya untuk para Arahat. Karenaalasan inilah dikatakan, 'Bagaikan pengolah adalahmereka yang memberi'. Bagaikan benih adalahpersembahan jasa itu (bijupamamdeyyadhammam):diberikan dengan berbagai macam jenis. Artinya,persembahan-jasa itu mirip dengan benih, karena inimerupakan sebutan bagi sepuluh jenis benda yang akandiberikan, seperti misalnya makanan dan minuman dll.Dari inilah maka buah dihasilkan (etto nibbattatephalam) berarti bahwa dari hal-hal ini, dari(berkenaan dengan) si pemberi, si penerima danperbuatan mempersembahkan jasa inilah maka buah daripemberian itu dihasilkan, muncul dan terus ada sebagaiperpaduan dalam waktu yang cukup lama.)2 Benih, ladang dan pengolahan ini (diinginkan) bagipara peta dan bagi orang yang memberi; para petamemanfaatkan ini, sedangkan si pendana tumbuh melaluijasa itu.(Bagi siapakah tiga hal ini paling dibutuhkan? Beliaumengatakan, 'bagi para peta dan bagi orang yangmemberi.' Jika si pemberi memberikan persembahan atasnama para peta itu, maka benih ini, pengolahan ini,dan ladang ini akan amat bermanfaat bagi para peta itudan juga bagi si pemberi, sedangkan jika diamemberikan persembahan bukan atas nama para peta itu,maka manfaatnya hanyalah bagi si pemberi saja-demikianlah artinya. Kemudian untuk menunjukkanmanfaat ini dikatakan `para peta memanfaatkan inisedangkan si pemberi tumbuh melalui jasa itu'. Di sinipara peta memanfaatkan ini (tam peta paribhunjanti):bila suatu persembahan diberikan oleh si pemberi atasnama para peta, maka para peta mempergunakan buah daripemberian itu, dan ini akan bermanfaat bagi para petakarena mereka berhasil dalam hal pencapaian ladang,pengolahan, dan benih yang telah disebutkansebelumnya, juga bagi penghargaan (yang ditunjukkanoleh para peta). Sedangkan si pemberi tumbuh melaluijasa itu (data punnena vaddhati): sedangkan si pemberi-karena perbuatan jasanya yang berlandaskan padaperbuatan memberi itu- lewat akibat tindakannya ituakan lebih bergembira di antara para dewa danmanusia'.)3 Setelah melakukan di sini apa yang bermanfaat dansetelah menghormati para peta, setelah melakukantindakan yang menjanjikan keberhasilan itu, maka diaakan pergi menuju ke alam surga.'(Setelah menumpuk di sini, di dalam kehidupan inijuga, jasa yang berdasarkan pada perbuatan memberilewat (memberi) atas nama para peta, dan yangbermanfaat karena menghasilkan kesejahteraan yangtak-ternoda. Dan setelah menghormati para peta (peteca patipujayam): menghormati lewat pemberian atas namapara peta itu sehingga mereka terlepas darikesengsaraan yang sedang mereka jalani. Perbuatanmemberi yang dilakukan atas nama peta itu disebut'menghormati mereka.' Karena alasan inilah makadisebutkan, 'Karena penghormatan telah diberikankepada kami' dan `Dan penghormatan tertinggi telahdiberikan kepada para peta'. Dan (menghormati) parapeta (pete ca): [9] lewat kata 'dan' tercakupkeuntungan-keuntungan memberi (yang dialami) di dalamkehidupan ini juga, seperti misalnya: dia amatdicintai dan dibanggakan, dia akan dihampiri dandipercayai, dia akan dihormati, dan dia akan dipujidan dihargai oleh para bijaksana; dll. Setelahmelakukan tindakan yang menjanjikan keberhasilan ini,maka dia akan pergi menuju ke alam surgawi (saggan' cakamati thanam kammam katvana bhaddakam): setelahmelakukan tindakan yang menjanjikan keberhasilan, yangindah dan bermanfaat itu, maka dia pergi, diamendatangi dengan cara muncul di alam devaloka, tempatmunculnya mereka yang telah melakukanperbuatan-perbuatan berjasa dan telah memperolehsebutan 'surgawi' (saggam). Alam ini sangat tinggi(sutthuaggatta). di dalam 10 kualitas, sepertimisalnya masa-kehidupan surgawi dll..)1.1 PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA BAGAIKAN LADANG[Khettupamapetavatthuvannana](petavatthu)

"Bubur" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Pemberian apa pun yang keluar dari ketulusan hati,dan diberikan kepada penerima yang pantas, akanmengakibatkan pahala yang besar. Tiada pemberian yangseperti ini, betapapun kecilnya, yang tidakmendatangkan kebajikan.Pada suatu ketika, saat Sang Buddha masih sebagaiBodhisattva, beliau hidup sebagai seorang raja agungdi Koshala. Bersemangat, bijak, mulia, berkuasa;kesemua itu serta berbagai kemuliaan raja lainnya,telah membuatnya berada dalam keagungan. Namundemikian kekuatan kemuliaannya yang melampaui semuayang lain adalah bakatnya dalam mengumpulkan kekayaan.Diperkaya oleh kecakapannya yang demikian,kemuliaannya yang lain juga bersinar terang, bagaicahaya agung bulan yang membubung di musim gugur.Keberuntungan mengikutinya ke mana pun sepertiseorang kekasih, menjauhi musuh-musuhnya danmemperlakukan para punggawanya dengan kasih sayang.Meskipun rasa keadilannya mencegahnya melakukankejahatan terhadap makhluk hidup, nasib baiknyaseolah­-olah para musuh tak berkembang meski ia tidakberusaha menindas mereka.Ketika itu secara kebetulan pada suatu hari sang rajateringat kembali pada kehidupannya yang lampau, dimana kejadian tersebut sangat mengejutkannya. Akibatingatan tersebut raja kemudian meningkatkan kegiatanamal dananya yang ditujukan kepada para sramana sertabrahmana, orang-orang miskin, cacat dan yang tanpapenolong. Mengingat bahwa pemberian merupakan dasardan sebab bagi kebahagiaan. Meningkat dari yangsebelumnya, ia berusaha untuk melaksanakan perilakuyang baik; jauh melampaui yang pernah dijalaninya,yang hanya ditekankan pada hari-hari suci saja.Berusaha memberi suri teladan pada rakyatnya mengenaikekuatan perbuatan baik, setiap hari raja membuatpernyataan yang sama baik di dalam balai pertemuannyamaupun di dalam istananya. Demikianlah ucapan yangkeluar dari lubuk hatinya dengan penuh perasaan:"Berikan hormat pada Sang Buddha, tak soal betapapunkecil tampaknya itu, akan membawa pahala yang takterlukiskan. Ini pernah didengar sebelumnya, tapisekarang usahakan agar meningkat. Lihatlah disekelilingmu, dan ketahuilah kekayaan yang diakibatkanoleh sedikit bubur, tanpa garam, kasar dan kering!"Bala tentaraku yang kuat dengan kereta-keretanyayang mengagumkan, kuda-kudanya yang tangguh dangajah-gajahnya yang ganas dengan belalainya yang birugelap; kekayaanku yang tak terhingga; keberuntungan;berkuasa di atas bumi; istriku yang terpuji, lihatlahpahala kebajikan, semuanya berasal dari sedikitbubur!"Bahkan meskipun raja terus-menerus mengucapkankata-kata tersebut setiap hari, tak seorang pun,termasuk para menterinya, para brahmana sepuh yangterhormat, dan juga penduduk kota – tak seorang punyang berusaha untuk menanyakan maksudnya, meski semuadiliputi oleh kebingungan.Tak terkecuali permaisurinya sendiri yang jugabingung terhadap apa yang terus-menerus diucapkan olehsang raja. Merasa bebas untuk bertanya kepadasuaminya, suatu hari, pada saat berlangsung suatupertemuan yang lengkap, ia melihat kesempatan untukbertanya:"Suamiku, sekarang sepanjang waktu, siang dan malam,engkau terus-menerus mengulang-ulang kata-kata tentangsedikit bubur. Engkau mengucapkannya dengan penuhperasaan hingga membuat kami dipenuhi perasaanbingung. Kata-kata Paduka pasti tidak menunjuk padasuatu rahasia, karena diucapkan dengan cara yangbegitu terbuka; apa yang dimaksud pastilah sesuatuagar diketahui oleh umum. Jika kami diijinkan untukmendengar, kami mohon dengan segala kerendahan hatiapa makna dari yang Paduka ucapkan kepada kami?"Raja sambil memandang istrinya, wajahnya berseridalam kasih sayang. Sambil tersenyum ia berkata:"Engkau bukanlah satu-satunya yang bingung terhadapmaksud, sebab dan latar belakang ucapanku. Seluruhpejabat, ratu dan seluruh penduduk kota semua diliputikeheranan dan kebingungan. Untuk itu dengarkanlahkata-kataku:"Bagaimana aku tidak mengetahuinya, sebagaimana biasaseperti jika seseorang bangun dari tidur lelapnya,ingatan akan salah satu kehidupan masa lampautiba-tiba muncul pada diriku. Aku hidup sebagaiseorang pelayan di kota ini. Aku menyenangkan danpantas untuk dipercaya, tetapi terpaksa menghadapikehidupan yang mengecewakan, bekerja pada orang yangterhormat hanya karena hartanya. Seluruhnya tanah,menjengkelkan dan merana. Setiap hari aku berjuanguntuk menghidupi keluargaku, selalu cemas kalau-kalautak sanggup menghidupi mereka."Lalu pada suatu siang aku berjumpa dengan empatorang sramana yang sedang berpindapatra. Mereka tampakterkendali, mereka memancarkan aura keagungan seorangpertapa. Hatiku terpana pada mereka, seolah akusiswanya; aku bersujud kepada mereka dan memintanyaagar datang ke rumahku."Aku mempersembahkan apa yang kunamakan sedikitbubur. Dan dari tunas yang kecil itu tumbuhlah pohonkeagungan ini yang begitu lebatnya hingga membuatmahkota permata raja lain seakan-akan seperti debu dikakiku."Itulah yang kupikirkan saat aku mengucapkankata-kata itu, permaisuriku, dan Itulah alasannyamengapa aku merasa senang dalam melakukan kebajikandan bergaul dengan para praktisi Dharma."Wajah sang ratu berseri takjub bercampur bahagia.Rasa hormat kepada raja terpancar dari matanya, iaberkata: "Kini aku. mengerti, Raja Agung, mengapaPaduka begitu gigih dalam melakukan kebajikan, karenadirimu sendiri telah menjadi saksi dari pahalaperbuatan baik. Oleh sebab itu, Engkau berusahamelindungi rakyatmu bagaikan seorang ayah, bahkandengan penuh kesadaran berusaha menjauhi perbuatanjahat dan berusaha mencapai segala sifat-sifat yangmendatangkan kebajikan."Kini Engkau bersinar dengan keagungan tak terperikandiperindah oleh kemurahan hati, hingga bahkan pararaja pesaingmu menunggu perintahmu, hendak memberikanpenghormatannya. Semoga Paduka memerintah di bumidengan keadilan untuk selama-lamanya, dari tempat inihingga di mana angin menyapu batas samudra."Sang raja menjawab: "Karena aku telah melihattanda-tanda yang menyenangkan itu, aku akan senantiasaberusaha menunjukkan jalan keselamatan. Bagaimana akutak akan bebas, permaisuriku, setelah mengalamisendiri pahala kemurahan hati? Sekarang, setelahmendengar kisah tentang pahala kemurahan hati ini, dimana pun manusia akan menyukai perbuatan memberi."Raja, memandang penuh kasih sayang kepada ratunya,mengetahui bahwa ia telah mulai diliputi olehkeagungan seperti seorang dewi. "Engkau bersinar diantara para pengiringmu bagaikan bulan sabit cemerlangdi antara bintang-bintang. Kebajikan apakah yang telahEngkau lakukan yang menyebabkan aura sedemikian rupa?"Ratu menjawab: "Demikian pula diri kami, suamiku,juga ingat akan beberapa hal dari kehidupan yanglampau, samar seperti sesuatu yang teringat ketika akumasih kecil. Aku adalah seorang budak yang pada suatuhari setelah memberikan sepiring dana makanan kepadaseorang pertapa suci, jatuh tertidur. Dan kejadian ituseolah seperti aku bangun di sini.""Dari perbuatan baik memberi tersebut aku inginmenjadikanmu sebagai suami serta pelindungku, berbagihidup bersamamu. Kata-kata yang sama yang telah kauucapkan – `Tak ada kebajikan kecil bilamana diberikankepada mereka yang telah bebas dari klesha' – ituadalah kata-kata yang diucapkan oleh pertapatersebut."Seluruh yang hadir dalam pertemuan diliputi oleh rasatakjub; setelah menyaksikan pahala kebajikan yangbegitu mengagumkan, mereka sangat menghargai kegiatanberclana. Melihat hal ini, raja berkata kepada mereka.semua: "Setelah melihat betapa luar biasanya pahalakebajikan seseorang, betapapun kecilnya, bagaimanabisa ada orang yang tidak tekun dalam melaksanakanperbuatan kemurahan hati dan sila? Pastilah orangseperti itu dikuasai oleh kegelapan ketidaktahuan,malas berdana meskipun kekayaannya cukup untukmelakukannya, tidak patut untuk dipedulikan sekejappun."Kekayaan, serta semua hal yang lain, tentulah padaakhirnya harus ditinggalkan, setelah itu sama sekalitak berguna lagi. Namun dengan mendanakannya dengancara yang benar, berbagai keuntungan akan diperoleh.Sebenarnya, terdapat berbagai macam kebajikan –kebahagiaan, reputasi yang baik dan seterusnya – ituseluruhnya timbul berkat dana. Siapakah yang kemudianmengerti akan hal ini, memilih cara hidup mementingkandiri sendiri?"Dana adalah harta terbesar. Tak ada pencuri yangdapat mencurinya, tak ada api yang dapatmenghancurkannya, tak ada air yang dapatmenghanyutkannya, tak ada raja yang dapat merampasnya.Dana membersihkan pikiran dari sikap mementingkan dirisendiri serta keserakahan, menghentikan kemelaratansepanjang hidup kita. Itulah sahabat terbaik danterdekat kita, yang tiada henti memberi kesenangan dankenyamanan."Dana akan mendatangkan apa pun yang engkau inginkan:kekayaan atau kekuasaan, keindahan fisik, atau istanasurgawi. Siapakah yang tidak mau melakukan dana?"Dana disebut kekayaan yang benar, inti darikekuatan, jalan menuju keagungan. Bahkan meskipun bajuusang yang diberikan dengan didasari oleh pikiranikhlas akan mendatangkan berkah yang luar biasa."Semua yang hadir dalam pertemuan mendengarkan ceramahsang raja dengan penuh hormat, sehingga sejak saat itusetiap orang semakin bergairah untuk melakukankegiatan berdana.Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana setiappemberian yang di lakukan dengan hati yang tulus,pemberian kepada yang pantas untuk menerima, membawapahala yang besar; pemberian seperti itu tak ada yangdapat disebut kecil. Karena itu, jika seseorangmemberi dengan hati yang penuh keyakinan pada Sangha,kumpulan para makhluk suci, yang merupakan sahabatterbaik, yang menunjukkan jalan kebajikan, seseorangakan dapat memperoleh kemuliaan utama; atau bahkankedudukan sangat tinggi. Berkah yang bahkan lebihbesar dari hal itu juga akan muncul.KULMASHAPINDI JATAKAKELAHIRANNYA SEBAGAI PEMBERI SEDIKIT BUBUR

Kamis, 24 Januari 2008

"Bagaikan ladang" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Sang Buddha, yang berdiam di Tempat Memberi MakanTupai, di Hutan Bambu di Rajagaha mengisahkan ceritamengenai peta yang dahulunya adalah putra seorangpedagang kaya.Dikisahkan bahwa di Rajagaha ada seorang pedagangkaya raya yang memiliki kekayaan yang luar biasabesarnya. Harta bendanya amat banyak, sumber-sumbermaterinya melimpah, dan tak terhitung harta yangterkumpul, berkoti-koti2 banyaknya. Karena memilikikekayaan yang demikian besar dia dikenal sebagaiMahadhanasetthi. Anaknya hanya satu, dan putra tunggalini amat disayangi dan dibanggakan. Ketika putranyamencapai usia akil balik, orang tuanya berpikir,'Seandainya putra kita membelanjakan seribu (keping)setiap hari bahkan selama seratus tahun pun, kekayaanyang terkumpul ini tidak akan habis. Maka biarlah diamenikmati harta benda ini sesukanya. Tak perlu diamenanggung beban bersusah payah lewat tubuh danpikiran karena harus mempelajari suatu keterampilan.'Maka putranya ini tidak disuruh mempelajariketerampilan apapun. Ketika dia sudah dewasa, orangtuanya mencarikan istri dari keluarga baik-baik yangmasih muda, cantik dan mempesona. Namun gadis yangmenggiurkan ini mengabaikan hal-hal spritual. Ketikadimabuk kenikmatan cinta dengan istrinya, laki-lakimuda ini sekilas pun tidak mempunyai minat pada Dhammadan tidak memiliki rasa hormat terhadap para petapadan brahmana serta orang-orang yang pantas dihormati.Dan karena dikelilingi oleh orang-orang jahat, diabergembira dan bergelimang di dalamkenikmatan-kenikmatan lima indera. Di dalamkebodohannya, secara membuta dia terus mengejarkesenangan-kesenangan indera. Demikianlah diamenghabiskan waktunya.Setelah kedua orang tuanya meninggal, diamenghamburkan kekayaannya sepuas hati pada parapenyanyi dan penari dan sebagainya. Tidak lamakemudian (kekayaannya) habis. Namun dia masih dapatbertahan hidup setelah memperoleh pinjaman. Ketika takada lagi yang mau memberikan pinjaman dan diadikejar-kejar oleh para kreditornya, maka tanahnyayang subur, rumahnya dan sebagainya pun berpindahtangan. Dia pun terpaksa tinggal di bangsal kota yangdibangun untuk fakir miskin. Dia makan (apa yangdiperolehnya) setelah berkelana mengemis denganmangkuk di tangan.Pada suatu hari, beberapa perampok yang berkumpulberkata kepadanya, 'Wahai, kawan, mengapa kamu hidupsusah? Kamu masih muda, kuat, gesit dan punyakekuasaan. Mengapa berperilaku seolah-olah tidak punyatangan dan kaki? Ayo, mencurilah bersama kami. Nantikamu akan bisa memperoleh kekayaan orang dan bisahidup enak.' 'Aku tidak tahu bagaimana caranyamencuri,' jawabnya. 'Kami akan melatihmu. Lakukan sajasegala yang kami katakan,' kata para perampok itu.'Baiklah,' dia menyetujui dan pergi bersama mereka.Para perampok itu kemudian memberinya tongkat besardan mereka membobol sebuah rumah. Ketika akan masuk,mereka menyuruh dia berjaga-jaga di mulut lorong.'Jika ada orang lain yang datang ke sini, bunuhlah diadengan sekali pukul memakai tongkat ini.' Buta karenaketololan dan ketidaktahuan tentang apa yang baik atauburuk baginya, dia berdiri di situ, melihat ke sanakemari kalau-kalau ada orang yang datang, sementarapara perampok memasuki rumah dan mengambil segala yangdapat diambil. Begitu (keberadaan mereka) ketahuan,para perampok itu pun segera lari lintang pukang kesegala arah. Para penghuni rumah yang terbangun cepatmengejar sambil menengok ke sana kemari ke segalaarah. Mereka melihat laki-laki yang berdiri di pintumasuk para perampok. Itu dia, perampok jahat itu!'teriak mereka. Maka laki-laki itu pun ditangkap dandipukuli dengan tongkat dan sebagainya pada tangan dankakinya. Lalu dia dibawa ke hadapan raja. 'Padukaraja, inilah perampok yang tertangkap di mulutlorong.' kata mereka. 'Penggal kepalanya!' perintahraja kepada penjaga-kota. 'Baik, Paduka,' katapenjaga-kota. Laki-laki itu lalu ditangkap. Tangannyadiikat di balik punggung. Lehernya dikalungi rangkaianbunga kanavira merah, dan kepalanya diolesibubuk-bata. Lalu dia dicambuki sambil digiring menujutempat eksekusi. Di sepanjang jalan, genderang hukumanmati terus dipukul. Dia berjalan dari satu jalan kejalan lain, dari satu persimpangan ke persimpanganlain, sambil diiringi teriakan, 'Inilah perampok yangmenjarah dan telah tertangkap di kota ini.'Kebetulan pada saat itu ada pelacur kota bernamaSulasa yang sedang berdiri di istana. Ketika melihatkeluar melalui jendela kisi-kisi, dia melihatlaki-laki itu digiring sedemikian. Karena telahmengenalnya di masa lalu, muncul belas kasihan didalam diri wanita itu. Dia berpikir, 'Dahulu laki-lakiini luar biasa kaya raya di kota ini, tetapi sekarangdia mengalami nasib buruk sampai seperti ini. Sungguhamat menyedihkan dan menyiksa.' Maka pelacur itumengirimkan empat manisan serta air, dan menyuruhseseorang menyampaikannya kepada penjaga-kota, 'Sayamohon tuan yang terhormat mau berhenti sampailaki-laki ini makan manisan dan minum air ini.' Selamamereka beristirahat, Y.M. Mahamoggallana melihatkesedihannya ketika beliau mengamati (dunia) denganmata batinnya. Hatinya tergerak karena welas asihnyadan beliau berpikir 'Laki-laki ini belum melakukanperbuatan-perbuatan yang berjasa, dia (hanya)melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat. Akibatnya,dia akan muncul di neraka. Tetapi jika aku pergi (kesana) dan dia memberikan manisan dan air itu kepadaku,dia akan terlahir di antara para dewa bumi. Akanmerupakan hal yang baik jika aku membantunya.' Makabeliau pun muncul di hadapan laki-laki itu ketikamanisan dan air itu dibawa kepadanya. Ketika melihatpetapa Thera itu, laki-laki itu berpikir dengan rasabakti di hatinya, 'Apa gunanya manisan ini bagi orangyang akan dibunuh? Sebaliknya, manisan ini akanmenjadi bekal bagi orang yang akan menuju ke dunialain.' Maka dia menyuruh agar manisan dan air itudiberikan kepada Mahamoggallana Thera. Untukmeningkatkan rasa bakti laki-laki itu, sang Thera lalududuk di suatu tempat yang dapat dilihat untuk makanmanisan dan minum air itu. Kemudian beliau bangkit danpergi. Laki-laki itu digiring algojo lagi menujutempat hukuman mati dan dipenggal kepalanya.Sebenarnya, dia pantas terlahir di devaloka yang lebihtinggi" sebagai hasil dari perbuatan jasa yangdilakukannya dengan rasa hormat kepada MahamoggallanaThera, yang merupakanladang-jasa-yang-tiada-bandingnya. Namun karena diaberpikir, 'Aku berhutang budi pada Sulasa yangmenyebabkan aku memperoleh persembahan-jasa ini',pikirannya pada saat kematiannya dipenuhi oleh rasacinta yang ditujukan pada Sulasa. Oleh karena itu diamuncul di tingkat yang lebih rendah, yaitu sebagaidewa-pohon di pohon beringin yang besar di antaraketeduhan pepohonan rimbun di gunung.Dikatakan, bahwa seandainya saja di masa mudanyalaki-laki itu sudah bekerja keras dan melanjutkangaris keluarganya, dia akan menjadi orang palingterkemuka di antara para pedagang kaya di kota itu,sedangkan seandainya dia bekerja keras pada waktutengah-baya, dia akan memiliki (status) menengah. Danseandainya dia bekerja di hari tuanya, dia akanmemiliki (status) terendah. Tetapi seandainya saja dimasa mudanya dia telah meninggalkan keduniawian, diaakan menjadi seorang arahat, sedangkan jika diameninggalkan keduniawian di tengah-baya, dia akanmenjadi Yang-tidak-kembali-lagi atauYang-kembali-sekali-lagi. Dan seandainya diameninggalkan keduniawian di usia tua, dia akan menjadisotapanna. Namun dikatakan bahwa akibat pergaulannyadengan teman-teman yang jahat, dia menjadi tidakterhormat, berperilaku buruk, suka berpesta poradengan para wanita dan minum-minum, sehingga akhirnyadia menghamburkan semua harta kekayaannya dan jatuhpada penderitaan yang besar itu.Beberapa waktu kemudian, dia melihat Sulasa yangpergi ke taman. Karena nafsu birahi dan keinginan yangbesar, dewa itu lalu menimbulkan kebutaan pada Sulasadan membawa Sulasa ke alamnya. Setelah hidup secaraintim dengan Sulasa selama tujuh hari, dewa itukemudian berterus terang tentang identitasnya.Sementara itu, ibu Sulasa, yang tidak dapat melihatanaknya, pergi ke sana kemari sambil menangis.Orang-orang yang melihatnya berkata, 'Y.M.Mahamoggallana memiliki kemampuan batin yang luarbiasa. Beliau pasti tahu di mana Sulasa berada.Pergilah ke sana untuk bertanya.' 'Baik, sahabat'. Siibu lalu menghadap sang Thera dan menanyakan hal itu.Sang Thera berkata, 'Tujuh hari dari sekarang, kamuakan melihat Sulasa di pinggir kerumunan orang ketikaSang Buddha sedang mengajarkan Dhamma di Mahavihara diHutan Bambu.' Sulasa kemudian berkata kepada devaputtaitu, 'Tidaklah pantas bila aku berdiam di alammu. Hariini adalah hari ketujuh, dan ibuku yang tidak dapatmelihatku sudah amat khawatir dan sedih. Bawalah akukembali ke sana, dewa.' Dewa itu lalu membawa kembaliSulasa ketika Sang Buddha sedang mengajarkan Dhamma diHutan Bambu dan meletakkan Sulasa di tepi kerumunanorang, sedangkan dia berdiri tak terlihat (disampingnya). Ketika melihat Sulasa, orang-orangberkata, 'Wahai Sulasa, ke mana saja kamu selamaberhari-hari? Karena kamu tidak kelihatan, ibumumerasa amat cemas dan sedih seperti orangkebingungan.' Sulasa pun menceritakan kejadian itukepada orang-orang itu dan mereka bertanya, 'Bagaimanalaki-laki itu bisa muncul sebagai dewa, padahal yangdia lakukan hanyalah perbuatan-perbuatan jahat dan diatidak melakukan perbuatan-perbuatan baik?' Sulasamenjawab, Dia memberi kepada Y.M. Mahamoggallanamanisan dan air yang kuberikan kepadanya. Karenaperbuatan jasa inilah dia muncul sebagai dewa.' Ketikaorang-orang mendengar hal ini, mereka merasa amattakjub dan heran. Mereka merasaka suka-cita dankepuasan yang amat tinggi karena berpikir, 'ParaArahat memang benar-benar merupakan ladang-jasa yangtiada bandingnya di dunia ini -bahkan pelayanan yangpaling kecil pun pada mereka dapat membuat paramakhluk muncul sebagai dewa.'Para bhikkhu mengajukan persoalan itu kepada SangBuddha yang kemudian mengucapkan syair-syair inikarena munculnya suatu kebutuhan pada saat itu:1 'Bagaikan ladang adalah para Arahat, bagaikanpengolah adalah mereka yang memberi; bagaikan benihadalah persembahan-jasa itu: dari inilah maka buahdihasilkan.(mereka pun seperti ini, bagaikan ladang. Artinya,para Arahat mirip ladang yang siap dibajak. Arahat(Arahanto): adalah orang yang telah menghancurkansegala asava. Mereka disebut 'Arahat' karenamusuh-musuh (arinam) berupa kekotoran batin dan jeruji(aranam) roda samsara telah dihancurkan (hatatta) olehmereka; karena mereka tetap waspada terhadapnya(arakatta);2 karena mereka pantas (arahatta)memperoleh kebutuhan pokok dan sebagainya; dan karenamereka tidak melakukan perbuatan jahat apapun,sekalipun secara sembunyi-sembunyi (arahabhava).Berkenaan dengan ini, sebagaimana ladang yangdipersiapkan dengan baik dan tidak rusak karena rumputliar dll. jika ditaburi benih akan memberikan hasilyang besar bagi pengolahnya asalkan diairi pada saatyang tepat dan kondisi-kondisi penting lainnyadipenuhi, demikian pula orang yang telah menghancurkanasava di hatinya. Orang yang dipersiapkan dengan baikdan yang tidak ternoda oleh keserakahan dll., jikaditaburi benih (dalam bentuk) persembahan-jasa, akanmemberikan hasil yang besar bagi orang yang memberi,asalkan dilakukan pada waktu yang tepat dankondisi-kondisi penting lainnya dipenuhi. Untuk alasaninilah Sang Buddha mengatakan, 'Bagaikan ladang adalahpara Arahat.' Demikianlah penjelasan lewat `definisimaksimum' karena tidak ada perkecualian juga bagimereka yang masih belajar dll. sebagai ladang itu.Mereka yang memberi (dayaka): para pemberi, merekayang memberikan apa-apa yang dibutuhkan, sepertimisalnya jubah dll. Lewat kedermawanan mereka,orang-orang yang memberi adalah mereka yang memotongkeserakahan dll. dari hati mereka sendiri. Artilainnya, mereka adalah orang-orang yang membersihkandan menjaga hati mereka dari kekotoran batin itu.Bagaikan pengolah (kassakupamma): mirip dengan parapengolah. Sebagaimana pengolah akan memperoleh buahyang unggul dan melimpah dari hasil panennya jika diamembajak sawahnya dll., dan jika dia rajin danbersemangat mengatur urusan siklus dan sistempengairan dan penyebaran dan perlindungan (terhadaphasil buminya), demikian pula orang yang memberi akanmemperoleh hasil yang luar biasa dan melimpah daripemberiannya jika dia rajin dan bersemangat di dalammelayani Arahat, dan jika dia dermawan berkenaandengan persembahan-jasanya untuk para Arahat. Karenaalasan inilah dikatakan, 'Bagaikan pengolah adalahmereka yang memberi'. Bagaikan benih adalahpersembahan jasa itu (bijupamamdeyyadhammam):diberikan dengan berbagai macam jenis. Artinya,persembahan-jasa itu mirip dengan benih, karena inimerupakan sebutan bagi sepuluh jenis benda yang akandiberikan, seperti misalnya makanan dan minuman dll.Dari inilah maka buah dihasilkan (etto nibbattatephalam) berarti bahwa dari hal-hal ini, dari(berkenaan dengan) si pemberi, si penerima danperbuatan mempersembahkan jasa inilah maka buah daripemberian itu dihasilkan, muncul dan terus ada sebagaiperpaduan dalam waktu yang cukup lama.)2 Benih, ladang dan pengolahan ini (diinginkan) bagipara peta dan bagi orang yang memberi; para petamemanfaatkan ini, sedangkan si pendana tumbuh melaluijasa itu.(Bagi siapakah tiga hal ini paling dibutuhkan? Beliaumengatakan, 'bagi para peta dan bagi orang yangmemberi.' Jika si pemberi memberikan persembahan atasnama para peta itu, maka benih ini, pengolahan ini,dan ladang ini akan amat bermanfaat bagi para peta itudan juga bagi si pemberi, sedangkan jika diamemberikan persembahan bukan atas nama para peta itu,maka manfaatnya hanyalah bagi si pemberi saja-demikianlah artinya. Kemudian untuk menunjukkanmanfaat ini dikatakan `para peta memanfaatkan inisedangkan si pemberi tumbuh melalui jasa itu'. Di sinipara peta memanfaatkan ini (tam peta paribhunjanti):bila suatu persembahan diberikan oleh si pemberi atasnama para peta, maka para peta mempergunakan buah daripemberian itu, dan ini akan bermanfaat bagi para petakarena mereka berhasil dalam hal pencapaian ladang,pengolahan, dan benih yang telah disebutkansebelumnya, juga bagi penghargaan (yang ditunjukkanoleh para peta). Sedangkan si pemberi tumbuh melaluijasa itu (data punnena vaddhati): sedangkan si pemberi-karena perbuatan jasanya yang berlandaskan padaperbuatan memberi itu- lewat akibat tindakannya ituakan lebih bergembira di antara para dewa danmanusia'.)3 Setelah melakukan di sini apa yang bermanfaat dansetelah menghormati para peta, setelah melakukantindakan yang menjanjikan keberhasilan itu, maka diaakan pergi menuju ke alam surga.'(Setelah menumpuk di sini, di dalam kehidupan inijuga, jasa yang berdasarkan pada perbuatan memberilewat (memberi) atas nama para peta, dan yangbermanfaat karena menghasilkan kesejahteraan yangtak-ternoda. Dan setelah menghormati para peta (peteca patipujayam): menghormati lewat pemberian atas namapara peta itu sehingga mereka terlepas darikesengsaraan yang sedang mereka jalani. Perbuatanmemberi yang dilakukan atas nama peta itu disebut'menghormati mereka.' Karena alasan inilah makadisebutkan, 'Karena penghormatan telah diberikankepada kami' dan `Dan penghormatan tertinggi telahdiberikan kepada para peta'. Dan (menghormati) parapeta (pete ca): [9] lewat kata 'dan' tercakupkeuntungan-keuntungan memberi (yang dialami) di dalamkehidupan ini juga, seperti misalnya: dia amatdicintai dan dibanggakan, dia akan dihampiri dandipercayai, dia akan dihormati, dan dia akan dipujidan dihargai oleh para bijaksana; dll. Setelahmelakukan tindakan yang menjanjikan keberhasilan ini,maka dia akan pergi menuju ke alam surgawi (saggan' cakamati thanam kammam katvana bhaddakam): setelahmelakukan tindakan yang menjanjikan keberhasilan, yangindah dan bermanfaat itu, maka dia pergi, diamendatangi dengan cara muncul di alam devaloka, tempatmunculnya mereka yang telah melakukanperbuatan-perbuatan berjasa dan telah memperolehsebutan 'surgawi' (saggam). Alam ini sangat tinggi(sutthuaggatta). di dalam 10 kualitas, sepertimisalnya masa-kehidupan surgawi dll..)1.1 PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA BAGAIKAN LADANG[Khettupamapetavatthuvannana](petavatthu)

Rabu, 23 Januari 2008

"Bubur" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Pemberian apa pun yang keluar dari ketulusan hati,dan diberikan kepada penerima yang pantas, akanmengakibatkan pahala yang besar. Tiada pemberian yangseperti ini, betapapun kecilnya, yang tidakmendatangkan kebajikan.Pada suatu ketika, saat Sang Buddha masih sebagaiBodhisattva, beliau hidup sebagai seorang raja agungdi Koshala. Bersemangat, bijak, mulia, berkuasa;kesemua itu serta berbagai kemuliaan raja lainnya,telah membuatnya berada dalam keagungan. Namundemikian kekuatan kemuliaannya yang melampaui semuayang lain adalah bakatnya dalam mengumpulkan kekayaan.Diperkaya oleh kecakapannya yang demikian,kemuliaannya yang lain juga bersinar terang, bagaicahaya agung bulan yang membubung di musim gugur.Keberuntungan mengikutinya ke mana pun sepertiseorang kekasih, menjauhi musuh-musuhnya danmemperlakukan para punggawanya dengan kasih sayang.Meskipun rasa keadilannya mencegahnya melakukankejahatan terhadap makhluk hidup, nasib baiknyaseolah­-olah para musuh tak berkembang meski ia tidakberusaha menindas mereka.Ketika itu secara kebetulan pada suatu hari sang rajateringat kembali pada kehidupannya yang lampau, dimana kejadian tersebut sangat mengejutkannya. Akibatingatan tersebut raja kemudian meningkatkan kegiatanamal dananya yang ditujukan kepada para sramana sertabrahmana, orang-orang miskin, cacat dan yang tanpapenolong. Mengingat bahwa pemberian merupakan dasardan sebab bagi kebahagiaan. Meningkat dari yangsebelumnya, ia berusaha untuk melaksanakan perilakuyang baik; jauh melampaui yang pernah dijalaninya,yang hanya ditekankan pada hari-hari suci saja.Berusaha memberi suri teladan pada rakyatnya mengenaikekuatan perbuatan baik, setiap hari raja membuatpernyataan yang sama baik di dalam balai pertemuannyamaupun di dalam istananya. Demikianlah ucapan yangkeluar dari lubuk hatinya dengan penuh perasaan:"Berikan hormat pada Sang Buddha, tak soal betapapunkecil tampaknya itu, akan membawa pahala yang takterlukiskan. Ini pernah didengar sebelumnya, tapisekarang usahakan agar meningkat. Lihatlah disekelilingmu, dan ketahuilah kekayaan yang diakibatkanoleh sedikit bubur, tanpa garam, kasar dan kering!"Bala tentaraku yang kuat dengan kereta-keretanyayang mengagumkan, kuda-kudanya yang tangguh dangajah-gajahnya yang ganas dengan belalainya yang birugelap; kekayaanku yang tak terhingga; keberuntungan;berkuasa di atas bumi; istriku yang terpuji, lihatlahpahala kebajikan, semuanya berasal dari sedikitbubur!"Bahkan meskipun raja terus-menerus mengucapkankata-kata tersebut setiap hari, tak seorang pun,termasuk para menterinya, para brahmana sepuh yangterhormat, dan juga penduduk kota – tak seorang punyang berusaha untuk menanyakan maksudnya, meski semuadiliputi oleh kebingungan.Tak terkecuali permaisurinya sendiri yang jugabingung terhadap apa yang terus-menerus diucapkan olehsang raja. Merasa bebas untuk bertanya kepadasuaminya, suatu hari, pada saat berlangsung suatupertemuan yang lengkap, ia melihat kesempatan untukbertanya:"Suamiku, sekarang sepanjang waktu, siang dan malam,engkau terus-menerus mengulang-ulang kata-kata tentangsedikit bubur. Engkau mengucapkannya dengan penuhperasaan hingga membuat kami dipenuhi perasaanbingung. Kata-kata Paduka pasti tidak menunjuk padasuatu rahasia, karena diucapkan dengan cara yangbegitu terbuka; apa yang dimaksud pastilah sesuatuagar diketahui oleh umum. Jika kami diijinkan untukmendengar, kami mohon dengan segala kerendahan hatiapa makna dari yang Paduka ucapkan kepada kami?"Raja sambil memandang istrinya, wajahnya berseridalam kasih sayang. Sambil tersenyum ia berkata:"Engkau bukanlah satu-satunya yang bingung terhadapmaksud, sebab dan latar belakang ucapanku. Seluruhpejabat, ratu dan seluruh penduduk kota semua diliputikeheranan dan kebingungan. Untuk itu dengarkanlahkata-kataku:"Bagaimana aku tidak mengetahuinya, sebagaimana biasaseperti jika seseorang bangun dari tidur lelapnya,ingatan akan salah satu kehidupan masa lampautiba-tiba muncul pada diriku. Aku hidup sebagaiseorang pelayan di kota ini. Aku menyenangkan danpantas untuk dipercaya, tetapi terpaksa menghadapikehidupan yang mengecewakan, bekerja pada orang yangterhormat hanya karena hartanya. Seluruhnya tanah,menjengkelkan dan merana. Setiap hari aku berjuanguntuk menghidupi keluargaku, selalu cemas kalau-kalautak sanggup menghidupi mereka."Lalu pada suatu siang aku berjumpa dengan empatorang sramana yang sedang berpindapatra. Mereka tampakterkendali, mereka memancarkan aura keagungan seorangpertapa. Hatiku terpana pada mereka, seolah akusiswanya; aku bersujud kepada mereka dan memintanyaagar datang ke rumahku."Aku mempersembahkan apa yang kunamakan sedikitbubur. Dan dari tunas yang kecil itu tumbuhlah pohonkeagungan ini yang begitu lebatnya hingga membuatmahkota permata raja lain seakan-akan seperti debu dikakiku."Itulah yang kupikirkan saat aku mengucapkankata-kata itu, permaisuriku, dan Itulah alasannyamengapa aku merasa senang dalam melakukan kebajikandan bergaul dengan para praktisi Dharma."Wajah sang ratu berseri takjub bercampur bahagia.Rasa hormat kepada raja terpancar dari matanya, iaberkata: "Kini aku. mengerti, Raja Agung, mengapaPaduka begitu gigih dalam melakukan kebajikan, karenadirimu sendiri telah menjadi saksi dari pahalaperbuatan baik. Oleh sebab itu, Engkau berusahamelindungi rakyatmu bagaikan seorang ayah, bahkandengan penuh kesadaran berusaha menjauhi perbuatanjahat dan berusaha mencapai segala sifat-sifat yangmendatangkan kebajikan."Kini Engkau bersinar dengan keagungan tak terperikandiperindah oleh kemurahan hati, hingga bahkan pararaja pesaingmu menunggu perintahmu, hendak memberikanpenghormatannya. Semoga Paduka memerintah di bumidengan keadilan untuk selama-lamanya, dari tempat inihingga di mana angin menyapu batas samudra."Sang raja menjawab: "Karena aku telah melihattanda-tanda yang menyenangkan itu, aku akan senantiasaberusaha menunjukkan jalan keselamatan. Bagaimana akutak akan bebas, permaisuriku, setelah mengalamisendiri pahala kemurahan hati? Sekarang, setelahmendengar kisah tentang pahala kemurahan hati ini, dimana pun manusia akan menyukai perbuatan memberi."Raja, memandang penuh kasih sayang kepada ratunya,mengetahui bahwa ia telah mulai diliputi olehkeagungan seperti seorang dewi. "Engkau bersinar diantara para pengiringmu bagaikan bulan sabit cemerlangdi antara bintang-bintang. Kebajikan apakah yang telahEngkau lakukan yang menyebabkan aura sedemikian rupa?"Ratu menjawab: "Demikian pula diri kami, suamiku,juga ingat akan beberapa hal dari kehidupan yanglampau, samar seperti sesuatu yang teringat ketika akumasih kecil. Aku adalah seorang budak yang pada suatuhari setelah memberikan sepiring dana makanan kepadaseorang pertapa suci, jatuh tertidur. Dan kejadian ituseolah seperti aku bangun di sini.""Dari perbuatan baik memberi tersebut aku inginmenjadikanmu sebagai suami serta pelindungku, berbagihidup bersamamu. Kata-kata yang sama yang telah kauucapkan – `Tak ada kebajikan kecil bilamana diberikankepada mereka yang telah bebas dari klesha' – ituadalah kata-kata yang diucapkan oleh pertapatersebut."Seluruh yang hadir dalam pertemuan diliputi oleh rasatakjub; setelah menyaksikan pahala kebajikan yangbegitu mengagumkan, mereka sangat menghargai kegiatanberclana. Melihat hal ini, raja berkata kepada mereka.semua: "Setelah melihat betapa luar biasanya pahalakebajikan seseorang, betapapun kecilnya, bagaimanabisa ada orang yang tidak tekun dalam melaksanakanperbuatan kemurahan hati dan sila? Pastilah orangseperti itu dikuasai oleh kegelapan ketidaktahuan,malas berdana meskipun kekayaannya cukup untukmelakukannya, tidak patut untuk dipedulikan sekejappun."Kekayaan, serta semua hal yang lain, tentulah padaakhirnya harus ditinggalkan, setelah itu sama sekalitak berguna lagi. Namun dengan mendanakannya dengancara yang benar, berbagai keuntungan akan diperoleh.Sebenarnya, terdapat berbagai macam kebajikan –kebahagiaan, reputasi yang baik dan seterusnya – ituseluruhnya timbul berkat dana. Siapakah yang kemudianmengerti akan hal ini, memilih cara hidup mementingkandiri sendiri?"Dana adalah harta terbesar. Tak ada pencuri yangdapat mencurinya, tak ada api yang dapatmenghancurkannya, tak ada air yang dapatmenghanyutkannya, tak ada raja yang dapat merampasnya.Dana membersihkan pikiran dari sikap mementingkan dirisendiri serta keserakahan, menghentikan kemelaratansepanjang hidup kita. Itulah sahabat terbaik danterdekat kita, yang tiada henti memberi kesenangan dankenyamanan."Dana akan mendatangkan apa pun yang engkau inginkan:kekayaan atau kekuasaan, keindahan fisik, atau istanasurgawi. Siapakah yang tidak mau melakukan dana?"Dana disebut kekayaan yang benar, inti darikekuatan, jalan menuju keagungan. Bahkan meskipun bajuusang yang diberikan dengan didasari oleh pikiranikhlas akan mendatangkan berkah yang luar biasa."Semua yang hadir dalam pertemuan mendengarkan ceramahsang raja dengan penuh hormat, sehingga sejak saat itusetiap orang semakin bergairah untuk melakukankegiatan berdana.Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana setiappemberian yang di lakukan dengan hati yang tulus,pemberian kepada yang pantas untuk menerima, membawapahala yang besar; pemberian seperti itu tak ada yangdapat disebut kecil. Karena itu, jika seseorangmemberi dengan hati yang penuh keyakinan pada Sangha,kumpulan para makhluk suci, yang merupakan sahabatterbaik, yang menunjukkan jalan kebajikan, seseorangakan dapat memperoleh kemuliaan utama; atau bahkankedudukan sangat tinggi. Berkah yang bahkan lebihbesar dari hal itu juga akan muncul.KULMASHAPINDI JATAKAKELAHIRANNYA SEBAGAI PEMBERI SEDIKIT BUBUR

Filsafat budha

“Jika selagi berjalan suatu buah pikir yang bersifat nafsu, atau jahat,atau agresif muncuk dalam diri seseorang, dan dia membiarkannya sertatidak menolaknya, tidak mengusirnya, tidak membebaskan diri darinyadan tidak membuatnya berakhir, maka orang yang kurang semangat dantidak takut akan tindakan salah seperti itu dikatakan selalu malas danlamban”
“Terkendali selagi berjalan, terkendali selagi berdiri, terkendaliselagi duduk, terkendali selagi berbaring, terkendali selagimembungkuk dan merengangkan kaki tangannya, ke atas, melintang dan kebawah, sejauh dunia membentang, seseorang mengamati bagaimanasegalanya terjadi, muncul dan lenyapnya segala bentuk.Hidup seperti ini dengan penuh semangat, memiliki perilaku yang tenangdan diam, selalu penuh perhatian, dia berlatih dalam alur,ketenang-seimbangan dan keheningan pikiran, orang seperti itudikatakan orang yang sudah mantap”
“Kunci sukses adalah melakukan hal yang tepat pada saat yang tepat di tempat yang tepat”
“Orang yang mementingkan diri sendiri tidak pernah setia. Mereka selalu memikirkan kepentingan mereka dulu sisanya belakangan”
“Rahasia kemenangan ada pada konsentrasi, kesatuan pikiran, tubuh dan tugas memastikan hasil terbaik”

Kisah Sumana, Penjual Bunga ((Tipitaka) Puas

Seorang penjual bunga, bernama Sumana, harus mengirimkan bunga melatikepada Raja Bimbisara dari Rajagaha setiap pagi. Suatu hari, ketika iaakan pergi ke istana, ia melihat Sang Buddha, dengan pancaran sinaraura sangat terang, datang ke kota untuk berpindapatta dengan diikutioleh beberapa bhikkhu.Melihat Sang Buddha yang sangat agung, penjual bunga Sumana sangatingin mendanakan bunganya kepada Sang Buddha, pada saat itu dan ditempat itu pula. Ia memutuskan, meskipun raja akan mengusirnya darikota atau membunuhnya, ia tidak akan memberikan bunganya kepada rajapada hari itu.Kemudian ia melemparkan bunganya ke samping, ke belakang, ke atas dandi atas kepala Sang Buddha. Bunga-bunga itu menggantung di udara; diatas kepala Sang Buddha membentuk seperti payung dari bunga-bunga. Dibelakang dan di sisi-sisi Beliau membentuk seperti dinding.Bunga-bunga ini terus mengikuti Sang Buddha kemana saja Beliauberjalan, dan ikut berhenti ketika Beliau berhenti.Ketika Sang Buddha berjalan, dikelilingi oleh dinding-dinding daribunga, dan dipayungi oleh bunga, dengan enam sinar yang memancar daritubuhnya, diikuti oleh kelompok besar, ribuan orang dari dalam maupundari luar kota Rajagaha. Mereka keluar dari rumahnya dan memberihormat kepada Sang Buddha. Bagi Sumana sendiri, seluruh tubuhnyadiliputi dengan kegiuran batin (piti).Istri Sumana kemudian menghadap raja dan berkata bahwa ia tidak ikutcampur dalam kesalahan suaminya, karena suaminya tidak mengirim bungakepada raja hari ini. Raja yang telah mencapai tingkat kesuciansotapanna, merasa sangat berbahagia. Ia keluar istana untuk melihatpemandangan yang indah itu dan memberikan hormat kepada Sang Buddha.Raja juga mengambil kesempatan untuk memberikan dana makanan kepadaSang Buddha dan murid-muridnya. Setelah makan siang, Sang Buddhakembali ke Vihara Jetavana dan raja mengikutinya sampai beberapa jauh.Dalam perjalanan pulang, Raja memanggil Sumana dan memberikanpenghargaan kepadanya yang berupa delapan ekor kuda, delapan orangbudak laki-laki, delapan orang budak wanita, delapan orang anak gadis,dan uang delapan ribu.Di Vihara Jetavana, Y.A. Ananda bertanya kepada Sang Buddha apamanfaat yang akan diperoleh Sumana dari perbuatan baik yang telahdilakukannya pada pagi hari itu. Sang Buddha menjawab bahwa Sumana,yang telah memberikan dana kepada Sang Buddha tanpa memikirkanhidupnya, tidak akan dilahirkan di empat alam yang menyedihkan (Apaya)untuk beratus-ratus ribu kehidupan yang akan datang. Dan ia akanmenjadi seorang Pacceka Buddha. Setelah itu, Sang Buddha memasukiGandhakuti, dan bunga-bunga itu jatuh dengan sendirinya.Malam harinya, pada akhir khotbah Sang Buddha membabarkan syairberikut ini:Bila suatu perbuatan setelah selesi dilakukan tidak membuat seseorangmenyesal,maka perbuatan itu adalah baik.Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati gembira dan puas.

Agutta bab 5

Anguttara Bab 5105. Sifat yang Menjijikkan dan Tidak Menjijikkan Di Hutan Tikandaki dekat Saketa, Yang Terberkahi berkata: "Para bhikkhu, adalah baik bagi seorang bhikkhu: (1) untuk berdiam dari saat ke saat memahami sifat yang menjijikkan di dalam hal yang tak-menjijikkan; 2) untuk berdiam dari saat ke saat memahami sifat yang tak-menjijikkan di dalam hal yang menjijikkan; (3) untuk berdiam dari saat ke saat memahami sifat yang menjijikkan di dalam hal yang menjijikkan dan juga tak-menjijikkan;(4) untuk berdiam dari saat ke saat memahami sifat yang tak-menjijikkan di dalam hal yang menjijikkan dan juga yang tak-menjijikkan; (5) untuk menolak hal yang menjijikkan maupun yang tak-menjijikkan serta berdiam di dalam ketenangseimbangan, kewaspadaan dan pemahaman yang jelas.26
(1) "Tetapi untuk alasan apakah seharusnya seorang bhikkhu berdiam memahami sifat yang menjijikkan di dalam hal yang tak-menjijikkan? (Dia seharusnya melakukannya dengan pemikiran:) 'Semoga tidak ada nafsu yang muncul di dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan nafsu!' (2) "Untuk alasan apakah seharusnya dia berdiam memahami sifat yang tak-menjijikkan di dalam hal yang menjijikkan? (Dia seharusnya melakukannya dengan pemikiran:) 'Semoga tidak ada kebencian yang muncul di dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan kebencian!' (3) "Dan untuk alasan apakah seharusnya dia berdiam memahami sifat yang menjijikkan di dalam hal yang tak-menjijikkan maupun yang menjijikkan? (Dia seharusnya melakukannya dengan pemikiran:) 'Semoga tidak ada nafsu yang muncul di dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan nafsu, dan semoga tidak ada kebencian yang muncul dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan kebencian!'(4) "Dan untuk alasan apakah seharusnya dia berdiam memahami sifat yang tak-menjijikkan di dalam hal yang menjijikkan maupun yang tak-menjijikkan? (Diaseharusnya melakukannya dengan pemikiran:) 'Semoga tidak ada kebencian yang muncul di dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan kebencian, dan semoga tidak ada nafsu yang muncul di dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan nafsu!' (5) "Dan untuk alasan apakah seharusnya dia menolak sifat yang menjijikkan dan tak-menjijikkan serta berdiam di dalam ketenangseimbangan, dengan waspada da pemahaman yang jelas? (Dia seharusnya melakukannya dengan pemikiran:) 'Di dalam situasi apa pun, di manapun dan dalam batas apa pun, semoga nafsu tidak pernah muncul di dalam diriku terhadap objek-objek yang menimbulkan nafsu, tidak juga kebencian terhadap objek-objek yang menimbulkan kebencian, tidak juga kebodohan terhadap objek-objek yang dapat menimbulka kebodohan!' "27

Senin, 21 Januari 2008

Filsafat Budha

"Kekuatan, tekad, kerendahan hati serta berhati-hati kalau bicara, mereka yang memiliki 4 kualitas ini dekat dengan kebajikan"
"Kalau kita suka kepada seseorang. Kita akan mendoakannya umur panjang. Kalau kita membencinya. Kita akan mendoakannya segera mati. Sebentar mendoakannya umur panjang sebentar lagi mengutuknya agar cepat mati sih tidak mampu membedakan mana yang benar mana yang salah "

Minggu, 20 Januari 2008

"pemandu" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Seseorang yang telah mencapai pencerahan bertindaksebagai pemandu bagi mereka yang buta denganmenunjukkan kepada mereka jalan yang benar. Iamemberikan isyarat-isyarat dengan gerakan tangankepada mereka yang tuli, dan dengan cara seperti itumemberikan faedah kepada mereka dengan kebaikan. Iaberbuat serupa terhadap mereka yang gagu. Kepadamereka yang pincang, diberikannya sebuah kursi rodaatau alat lain. Ia berusaha untuk mengembangkankeyakinan pada mereka yang tak berkeyakinan, semangatpada mereka yang malas, kesadaran pada mereka yangkebingungan, konsentrasi pada mereka yang pikirannyamengembara, dan kebijaksanaan pada mereka yangdiliputi kebodohan. Ia berusaha untuk melenyapkankeinginan indera, kemauan buruk, kelambanan dankemalasan, kegelisahan dan kecemasan, serta keraguanpada mereka yang dihantui oleh rintangan-rintanganini. Ia berusaha untuk melenyapkan pikiran-pikiranyang penuh dengan hawa nafsu, kemauan buruk dankekerasan pada mereka yang tertekan olehpikiran-pikiran seperti itu. Timbul dari rasa terimakasih kepada mereka yang telah membantunya, iamembantu dan menghormati mereka dengan keuntungan yangsama atau lebih besar sebagai balasannya; bicaranyaramah dan kata-katanya lembut.Cariyapitaka Atthakata

"Istana Lata" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, diJetavana. Pada waktu itu, di Savatthi ada seorangumat awam yang mempunyai anak perempuan bemama Lata.Dia adalah gadis yang cerdas, terpelajar, dan mantapdalam kebajikan. Setelah menikah, dia hidup di rumahsuaminya. Sikapnya manis kepada suaminya dan kepadamertuanya. Tutur katanya menyenangkan. Kepada parapelayan pun dia rumah dan bersikap baik. Dia mampumenangani masalah-masalah rumah tangga, berwatak baik,sempuma dalam praktek moralitas, dan bergembira dalamkedermawanan. Dia rajin menjalankan lima peraturanyang tak terkoyak dan menjalankan hari-hari Uposatha.Setelah beberapa saat, dia meninggal dan terlahir lagisebagai putri Raja Vessavana yang agung. Tetapinamanya masih tetap Lata. Ada empat saudaraperempuannya yang lain: Sajja, Pavara, Acchimati danSuta. Mereka berlima dibawa oleh Sakka, raja paradewa, dan ditempatkan pada posisi pelayan Sakkasebagai perempuan penari. Tetapi Lata adalah favoritSakka karena dia terampil menyanyi, menari, dansebagainya.Suatu ketika mereka berkumpul, dan suatu perselisihanmuncul mengenai keahlian musik. Mereka semua pergimenghadap Raja Vessavana dan bertanya, "Ayah, diantara kami, siapakah yang terbaik dalam menari dansebagainya?" Beliau berkata demikian: "Putri-putriku,pergilah dan pamerkan musikmu di tengah pertemuan paradewa di tepi Danau Anotatta. Di sana, keahlianmu akantampak jelas." Mereka melakukannya. Di sana, para dewamuda tidak dapat menahan diri ketika Lata menari.Penuh tawa, penuh kekaguman, mereka bertepuk tiadahenti sambil melambaikan pakaiannya. Mereka membuatkegaduhan yang menyebabkan Himavant seakan-akanbergetar. Tetapi ketika yang lain menari, mereka dudukterdiam bagaikan burung tekukur di musim dingin. Jadidi tengah pertemuan itu, keahlian Lata tampak jelas.Kemudian suatu pemikiran muncul pada diri Suta,"Karena tindakan apakah maka Lata ini melebihi kami didalam keagungan dan kemegahan? Baiklah, saya akanbertanya tentang tindakan yang telah dilakukan olehLata." Suta pun bertanya kepada Lata. Suta menjelaskanmasalahnya kepada Lata. Raja Vessavana yang agungmenceritakan secara lengkap hal yang sama kepada Y.M.Maha-Moggallana ketika beliau mengunjungi alam-dewa.Beliau kemudian menceritakan kepada Sang Buddhatentang inti pertanyaan itu, dan berkata:1 "Lata dan Sajja dan Pavara, Acchimati dan Suta, paradevata, para putri raja Vessavana, raja yang besar,raja yang paling agung, bersinar dengan sifat-sifatluhur yang cemerlang.2 Di sini lima perempuan itu datang ke air yang sejuk,ke sungai berkah yang penuh teratai untuk mandi.Setelah para devata ini mandi di sana, bermain disana, menari dan menyanyi, Suta berkata kepada Lata:3 Saya bertanya kepadamu – engkau yang memakai untaianteratai biru dan rangkaian bunga di dahi, yangberkulit keemasan, dengan mata bagaikan tembaga hitam,bersinar bagaikan langit, dengan masa-hidup yangpanjang, apa yang menyebabkan nama baikmu terbentuk?4 Mengapa engkau, sahabatku, paling dicintai olehtuanmu, sungguh amat indah dan elok, pandai menari,menyanyi, dan memainkan alat musik? Jelaskanlah kepadakami, engkau yang ditanya oleh para lelaki danperempuan."Lata, ketika ditanya oleh Suta, berkata:5 'Ketika terlahir sebagai manusia di antara manusia,saya adalah menantu di sebuah keluarga sangat kaya.Saya tidak memiliki kemarahan, patuh pada suami, rajinmenjalankan (hari-hari) Uposatha.6 Ketika saya terlahir sebagai manusia, masih muda dantak bersalah, dengan pikiran penuh keyakinan sayamembahagiakan tuanku, ipar-lakiku, kedua mertuaku, danpara pelayan. Karena inilah maka terbentuk namabaikku.7 Lewat tindakan bajik itu saya sendiri menonjol didalam empat hal: masa-hidup (yang panjang), keelokan,kebahagiaan, dan kekuatan. Tidak sedikit pemainan dankegembiraan yang kini saya alami.'8 Sudahkan kalian mendengar apa yang dikatakan Lataini? Apa yang kita tanyakan telah dijawabnya. 'Suamimerupakan keberadaan yang unggul bagi kita paraperempuan. Suami adalah devata agung bagi perempuan.9 Marilah kita semua di dalam Dhamma melayanisuami-suami kita di mana pun para perempuan adalahistri yang setia. Setelah di dalam Dhamma melayanisuami, kita akan menerima apa yang dikatakan olehLata.'10 Bagaikan seekor singa yang berkelana di hutan-hutangunung, berdiam di gunung, penopang bumi setelahmembunuh secara paksa (binatang-binatang) berkakiempat lainnya –karena ia memang pemakan daging melahapbinatang-binatang yang lebih lemah11 Demikian pula di sini seorang pengikut awamperempuan dari mereka yang luhur —karena memilikikeyakinan, bergantung pada suami mereka, setiaterhadap tuannya setelah membunuh kemarahan danmenanggulangil ketamakan, dia yang berjalan di dalamDhamma bersukacita di surga."ISTANA LATA(Latavimana)Vimanavatthu (Cerita-cerita Istana Alam Dewa)

Kamis, 17 Januari 2008

"terlahir buta" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Dan Sang Bhagava berkata kepada Magandiya, "Adalahseperti seorang yang terlahir buta yang tidak dapatmelihat warna ataupun bentuk, sama ataupun tak sama,bintang-bintang, matahari atau bulan. Ia mungkinmendengar seseorang membicarakan tentang keindahandari sepotong kain putih bersih yang bagus dan takbernoda, dan mulai mencari untuk mendapatkannya.Tetapi seseorang dapat menipunya dengan memberinyasebuah jubah kasar yang kotor dan lusuh serta sambilberkata, "Sahabat, ini adalah sepotong kain putihbersih yang bagus dan tak bernoda." Ia mungkinmenerimanya dan memakainya. Lalu para sahabat danfamilinya mungkin mencarikan seorang dokter dan tabibuntuk membuat obat baginya, mengobati, membersihkan,memberi salep, dan merawat matanya. Karena hal ini, iabisa mendapatkan kembali penglihatannya dan membuatjelas pandangannya. Maka keinginan dan kemelekatanyang dimilikinya terhadap jubah kotor itu akan lenyap,ia tidak akan lagi menganggap orang yang memberinyajubah itu sebagai sahabat. Ia mungkin bahkanmenganggapnya sebagai musuh, dengan berpikir, `Untuksuatu masa yang lama aku telah ditipu, dibohongi, dandipermainkan oleh orang ini.'Demikian pula, bila Aku (Tathagata) mengajarkan Dhammakepadamu, dengan berkata, 'Inilah kesehatan itu,inilah Nibbana itu,' engkau dapat mengetahuikesehatan, engkau dapat melihat Nibbana. Dengantimbulnya pandangan itu, keinginan dan kemelekatanyang engkau miliki terhadap lima kelompok pembentukkehidupan (pancakkhandha) dapat menjadi lenyap. Engkaubahkan dapat berpikir, 'Untuk suatu masa yang lama akutelah ditipu, dibohongi, dan dipermainkan olehbatinku, oleh kemelekatan terhadap badan jasmani,perasaan, pencerapan (oleh indera), bentuk-bentukpikiran, dan kesadaran. Karena terkondisi olehkemelekatan ini, akan ada penjelmaan; karenaterkondisi oleh penjelmaan, akan ada kelahiran; karenaterkondisi oleh kelahiran, maka usia tua, kematian,kesedihan, duka cita, penderitaan, ratap tangis, dankeputusasaan akan terjadi. Hal ini merupakan asal muladari semua penderitaan."Dan Magandiya berkata kepada Sang Bhagava, "Akuberkeyakinan bahwa apabila Sang Gotama yang baikmengajarkan Dhamma kepadaku, aku akan dapat bangkitdari tempat dudukku dengan tidak buta lagi."Majjhima Nikaya

Sayur

Kisah Udayi TheraUdayi Thera sering mengunjungi, dan duduk di atas tempat duduk, dimanapara thera terpelajar duduk pada waktu menyampaikan khotbah. Padasuatu kesempatan, beberapa bhikkhu tamu menyangka bahwa ia adalahseorang thera yang terpelajar, dan mereka mengajukan beberapapertanyaan tentang lima kelompok unsur khanda. Udayi Thera tidak dapatmenjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebab beliau tidak mengertisama sekali tentang Dhamma.Para bhikkhu tamu sangat terkejut menemukan seseorang yang tinggaldalam satu vihara dengan Sang Buddha hanya mengetahui sedikit sajatentang khanda dan ajaran ayatana (dasar indria dan objek indria).Kepada bhikkhu tamu itu Sang Buddha menerangkan keadaan Udayi Theradalam syair 64 berikut ini:Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana,tetap tidak akan mengerti Dhamma,bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Filsafat Budha

"Orang yang mudah puas hati dengan apa yang tidak tercela, denganbenda-benda sederhana yang mudah diperoleh, pikirannya tidak akanmenjadi gelisah, jika tidak memperoleh tampat untuk bernaung, jubahuntuk dipakai, dana makanan serta minuman, dia tidak memilikikejengkelan di mana pun juga"
"Bagi pelajar yang dengan berlatih, sesuai dengan dengan jalanlangusng, pengetahuan akan penghancuran muncul dahulu, dan pengetahuanakhir segera mengikutiBagi yang terbebas lewat pengetahuan akhir, pengetahuan yang tertinggitentang kebebasan, di sana muncul pengetahuan akan penghancuran,demikianlah belenggu-belenggu itu dihancurkan, tentu saja bukan olehseorang yang malas, tidak juga orang bodoh yang tidak mengerti "
"Kegemaran mengambil pekerjaan besar untuk mendapat pujian dan ketenaran disebut ambisius, menganggap diri benar dan penting disebut congkak, mempertahankan kesalahan dan menolak nasihat orang lain disebut keras kepala, dan akhirnya mendukung orang berpendapat sama dengan kita dan mengutuk mereka yang pendapatnya berbeda disebut fanatik. Ini merupakan kekurangan manusia"
"

Cerita Budha

Tepat pada waktunya Kisa Gotami hamil, dan sesudahsepuluh bulan, lahirlah seorang anak lelaki. Tetapianak itu meninggal dunia segera setelah ia dapatberjalan. Kisa Gotami tidak pernah mengalami peristiwakematian sebelumnya, dan ketika orang-orang datanguntuk membawa mayat anak itu untuk dikremasi, iamenghalangi mereka untuk berbuat demikian, denganmengatakan pada dirinya sendiri, "Aku akan mendapatkanobat bagi anakku." Dengan memondong anak yang telahmeninggal itu di pinggulnya, ia pergi dari rumah kerumah, bertanya, "Apakah engkau bisa menyembuhkananakku?" Setiap orang mengatakan kepadanya, "Nyonya,engkau benar-benar gila dengan mencari obat bagianakmu," tetapi ia berlalu begitu saja sambilberpikir, "Sesungguhnyalah, aku akan menemukanseseorang yang mengetahui obat yang tepat untukanakku." Sekarang, seorang bijaksana melihatnya danberpikir pada dirinya sendiri, "Aku harusmenolongnya." Maka ia berkata, "Nyonya, aku tidakmengetahui apakah anakmu bisa sembuh, tetapi adaseseorang yang akan mengetahuinya, dan aku mengenalorang itu.""Tuan, siapakah yang akan mengetahuinya?" "Nyonya,Sang Bhagava yang akan mengetahuinya; pergilah danbertanyalah kepada Beliau."Maka, ia pergi kepada Sang Bhagava, memberi hormatkepada Beliau, berdiri pada salah situ sisi, danbertanya, "Guru yang patut dimuliakan, apakah benarsebagaimana orang-orang katakan bahwa Engkaumengetahui suatu obat bagi anakku?""Ya, Aku mengetahuinya.""Lalu, apakah yang kuperlukan?""Beberapa biji mostar.""Aku akan mendapatkannya, Guru yang patut dimuliakan,tetapi dari rumah siapakah?""Dapatkan hal itu dari sebuah rumah yang tidak pernahada anak lelaki, anak perempuan, atau siapa raja yangmeninggal.""Baiklah, Guru," jawab Kisa Gotami, dan setelahmemberi hormat kepada Sang Bhagava, dan sesudahmemondong anak yang meninggal itu di pinggulnya, iapergi ke desa dan berhenti pada rumah yang pertamakali dijumpainya."Apakah engkau mempunyai biji mostar? Merekamengatakan bahwa itu dapat mengobati anakku." Merekamemberinya biji tersebut, dan kemudian ia bertanya,"Kawan, pernahkah ada anak laki atau anak perempuanyang meninggal dalam rumah ini?""Apakah yang engkau tanyakan, Nyonya? Yang hidup hanyasedikit dan yang mati banyak.""Kalau begitu, ambillah kembali biji-bijimu, karenaitu tidak akan dapat mengobati anakku," ia berkatasambil mengembalikan biji-biji yang telah merekaberikan kepadanya.Dengan cara itu, ia pergi dari rumah ke rumah tetapiia tidak pernah menemukan seseorang pun yang memilikibiji mostar yang diperlukannya, dan ia berpikir, "Oh!Ini adalah suatu tugas sulit bagiku. Kupikir hanya akuseorang yang kehilangan seorang anak, namun dalamsetiap desa, kematian ternyata lebih banyak daripadakehidupan." Ketika ia merenung, pikirannya yang telahgoyah sekarang menjadi tenang.Dhammapada Atthakata

Filsafat budha

"Ada 3 cara untuk memperoleh objek-objek nafsu indria, ada objek-objeknafsu indria yang sudah ada, ada cara yang dipakai oleh mereka yangsenang menciptakan objek-objek nafsu indria, dan ada cara yang dipakaioleh mereka yang menguasai objek-objek nafsu indria yang diciptakanorang lain. Dalam objek kemikmatan indria ini, orang bijak akanmeninggalkan semua kesenagan indria, baik yang surgawi maupun manusiawi"

Filsafat Budha

"Melakukan sesuatu yang tak seharusnya disebut ikut campur. Melantur hingga saranmu ditolak disebut memancing. Menyetujui tanpa mempertimbangkan disebut merayu. Mengeritik keburukan orang dibelakangnnya disebut menfitnah, memutuskan persahabatan dua orang disebut pembuat onar, memuji yang jahat dan menyingkirkan orang yang tidak disukai disebut memperdayai, ini meruapakn kelemahan yang dapat menyebabkan kesulitan orang dan di sisi lain mereka dapat merusak diri"
"Kata-kata yang enak terdengar untuk mempengaruhi orang. Nilainya pantas diragukan dan sering membawa hasil yang lebih buruk. Tidak mengatakan apa yang tidak benar adalah dasar dari perbuatan benar "
"Bahasa dan kata-kata hanyalah symbol untuk menyatakan kebenaran. Tetapi salah menempatkan kata-kata sebagai kebenaran adalah sama menggelikannya dengan menganggap jari sebagai bulan"

Selasa, 15 Januari 2008

Kisah Dua Orang Pencopet

Suatu ketika dua orang pencopet bersama-sama dengan sekelompok umatawam pergi ke Vihara Jetavana. Di sana Sang Buddha sedang memberikankhotbah. Satu di antara mereka mendengarkan dengan penuh perhatian danmencapai tingkat kesucian sotapatti.Tetapi pencopet satunya lagi tidak memperhatikan khotbah yangdisampaikan, karena ia hanya berpikir untuk mencuri sesuatu. Iamengatur cara untuk mengambil sejumlah uang dari salah seorang umat.Setelah khotbah berakhir mereka pulang dan memasak makan siangnya dirumah pencopet kedua, pencopet yang sudah mengatur cara untukmengambil sejumlah uang tersebut. Istri dari pencopet kedua mencelapencopet pertama: "Kamu sangat tidak bijaksana, mengapa kamu tidakmempunyai sesuatu untuk dimasak di rumahmu."Mendengar pernyataan tersebut, pencopet pertama berpikir, "Orang inisangat bodoh, dia berpikir bahwa dia menjadi sangat bijaksana."Kemudian bersama-sama dengan keluarganya, ia menghadap Sang Buddha danmenceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya.Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 63 berikut:Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya,maka ia dapat dikatakan bijaksana;tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana,sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.Semua keluarga pencopet pertama tersebut mencapai tingkat kesuciansotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Filsafat Budha

"Melakukan sesuatu yang tak seharusnya disebut ikut campur. Melantur hingga saranmu ditolak disebut memancing. Menyetujui tanpa mempertimbangkan disebut merayu. Mengeritik keburukan orang dibelakangnnya disebut menfitnah, memutuskan persahabatan dua orang disebut pembuat onar, memuji yang jahat dan menyingkirkan orang yang tidak disukai disebut memperdayai, ini meruapakn kelemahan yang dapat menyebabkan kesulitan orang dan di sisi lain mereka dapat merusak diri"
"Seseorang yang memiliki perilaku yang elok, sifat yang elok, dankebijaksanaan yang elok disebut orang yang sepenuhnya mantap, dia yanghidup terkendali, memiliki tindakan dan usaha yang sempurna, dapatmelihat kesalahan sekecil apapun dalam dirinya dan menjalankanpelatihan disebut orang yang memiliki perilaku elok, orang yangmemiliki kebijaksanaan elok adalah lewat realisasi kebebasan karenapengetahuan langsungnya sendiri, orang itu di sini dan kini masuk dantinggal dalam kebebasan pikiran dan kebebasan kebijaksanaan yang tidakternoda karena hancurnya noda-noda "
"Ada 3 cara untuk memperoleh objek-objek nafsu indria, ada objek-objeknafsu indria yang sudah ada, ada cara yang dipakai oleh mereka yangsenang menciptakan objek-objek nafsu indria, dan ada cara yang dipakaioleh mereka yang menguasai objek-objek nafsu indria yang diciptakanorang lain. Dalam objek kemikmatan indria ini, orang bijak akanmeninggalkan semua kesenagan indria, baik yang surgawi maupun manusiawi"

"berdana bola mata" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Hanya setelah melewati beratus-ratus kesulitan,barulah Sang Buddha menemukan Dharma demi kebajikankita. Memahami akan hal ini, kita harus mendengarkanDharma ajarannya dengan sikap penuh hormat danperhatian yang terpusat.Suatu ketika saat Sang Buddha masih hidup sebagaiBodhisattva, timbunan kebajikan benar yang dikumpulkandalam banyak kehidupan masa lampaunya, menyebabkanbeliau terlahir sebagai Raja Shibi. Menghormati semuayang tua sejak masa kanak-kanak dan santun dalamtingkah lakunya, ia benar-benar sangat dicintai olehseluruh rakyatnya.Diberkati dengan semangat yang tak terbatas,kebijaksanaan, kemuliaan dan kekuatan, paham akanberbagai pengetahuan, juga diberkati dengankeberuntungan, ia memerintah rakyatnya seolah merekaanak-anaknya sendiri. Pada Bodhisattva, segalakemuliaan terbaik, duniawi maupun Dharma, berpadudengan sangat baik, menyingkirkan segala perbedaannya.Keagungan, yang ditiru oleh mereka yang memperolehkedudukan tinggi melalui cara-cara tidak benar,keagungan yang menyebabkan bencana bagi orang-orangbodoh dan memabukkan bagi yang batinnya kasar, telahmenemukan tempat untuk berdiam dalam dirinya.Mengalirkan belas kasihnya bahkan lebih derasdibandingkan mengalirkan harta kekayaannya, rajaterpilih ini merasa bahagia apabila dapat memenuhipermintaan para pengemis, dan ketika melihat wajahgembira mereka. Di seluruh wilayah kerajaannya, iamempunyai balai rumah amal yang didirikan dan diisidengan segala rupa barang-barang kebutuhan serta hasilbumi, yang dapat memenuhi setiap permintaan. Dengankerendahan hati dan kesukacitaan yang besar, sang rajaterus­menerus menumpahkan amal dananya bagaikanderasnya air hujan.Setiap orang miskin diberi apa saja yang merekabutuhkan, disertai dengan keramahan serta tegur sapa.Makanan dibagikan kepada yang lapar, minuman diberikankepada yang haus. Dengan cara yang sama, bahanpakaian, tempat tinggal, busana, wewangian, untaianbunga, perak dan emas, diberikan kepada siapa pun yangmenginginkannya; apa pun yang diminta akan diberikan.Kabar tentang kemurahan hati sang raja tersebar luassampai ke tempat yang jauh, sehingga menyebabkanorang-orang dari berbagai tempat yang jauh berdatanganke sana dengan hati diliputi oleh kesukacitaan, merekatakjub serta girang atas kemuliaannya. Dengan hasratyang kuat bagai seekor gajah yang menuju ke telagaluas, mereka tak ingin lagi mendapatkan pemberian daritempat lain mana pun.Raja senantiasa menyambut para pengemis, memahamibahwa penampilan luar mereka tiada lain merupakanpengharapan dan pikiran mereka hanya dipenuhi olehkeinginan untuk memperoleh. Beliau menerima merekaseolah-olah seperti menerima seorang sahabat yangtelah lama hilang, yang kembali dari tempat yang jauh;matanya terbelalak berseri gembira, beliaumendengarkan permintaan mereka seolah mendengar sebuahkabar gembira. Kebahagiaan para pengemis bahkanmelampaui kebahagiaan sang raja sendiri, merekamenyebarluaskan kabar gembira kemurahan hati sang rajake seluruh negeri di sekelilingnya, sehinggamemudarkan keangkuhan para raja tetangga.Pada suatu hari ketika sang raja mengunjungi balaidananya, mendapati hanya ada sedikit pengemis di sana,hal mana membuatnya menjadi cemas. Kehausan parapengemis pada amal dana mudah sekali dipuaskan, namuntidak demikian dengan kehausan sang raja padakeinginan untuk memberi. "Secepatnya juga akan semakinsedikit yang tersisa untuk didanakan." pikirnya."Alangkah menyenangkan jika ada yang meminta lebih!Terberkatilah pengemis yang darinya datang keinginanmeminta apa saja, meskipun bagian tubuhnya! Darikumereka hanya meminta harta bendaku, seolah takut kalauaku mungkin akan menolak permintaan yang diluarkewajaran."Saat ia membuat pernyataan tersebut, bumi mengetahuitiadanya keterikatan pada dirinya, bahkan terhadaptubuhnya sendiri, bergetar dengan perasaan cintabagaikan seorang istri terhadap suaminya. Begitukuatnya gempa yang terjadi hingga bahkan raja gunungyang bertaburan permata sekalipun, mulai bergelombang;dan Dewa Sakra, Raja Para Dewa, telah keluar untukmengetahui yang menjadi penyebabnya. Mendapat beritabahwa Raja Shibi telah meninggalkan segalaketerikatannya bahkan terhadap daging tubuhnyasendiri, Sakra berpikir dalam kekagumannya:"Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah batin sang rajasedemikian mulianya, apakah ia sedemikian besarkegembiraannya dalam berdana, sehingga rela bahkanmelepaskan anggota tubuhnya sendiri? Aku akanmengujinya."Raja sedang duduk di singgasana di tengah-tengahpertemuannya, yang seperti biasa mendengarkanmereka-mereka yang membutuhkan. Menimbun harta, perak,emas dan juga permata, membuka peti yang berisibusana, demikian pula yang diusung olehbinatang-binatang terlatih, yang dikeluarkan oleh parabendahara. Dari segala penjuru para pengemis berkumpulriuh, di antara mereka terdapat Dewa Sakra, Raja ParaDewa, dalam penyamarannya sebagai seorang brahmana tuayang buta.Brahmana cacat tersebut dengan segera menunjuk matasang raja; raja dengan belas kasih dan tenangmemandangnya seolah hendak merangkul sang brahmanacacat. Para punggawa kerajaan meminta sang brahmanauntuk mengutarakan permintaannya, namun mengabaikanmereka, brahmana tersebut terus mendekati raja."Aku, seorang brahmana tua yang buta, datang daritempat yang sangat jauh, Oh Raja Agung, dengan sangatmemohon pemberian salah satu mata paduka. Kiranya satumata cukup untuk mengatur dunia, Oh Baginda YangBermata Bagai Bunga Padma, Raja Dunia."Sang Bodhisattva merasakan kebahagiaan yang meluap:keinginan hatinya telah terpenuhi. Oleh karenakeinginan hatinya begitu kuat hingga ia bahkan telahmembayangkan. Ingin kembali mendengar permintaantersebut, ia bertanya; "Siapakah yang menyuruhmu,wahai brahmana mulia, untuk meminta salah satu mataku?Bagaimana dirimu dapat mengira bahwa ada manusia yangbahkan akan sanggup melepaskan benda itu? Siapa yangpercaya bahwa aku akan memenuhinya?"Mengetahui kepedulian raja, samaran Dewa Sakramenjawab; "Dewa Sakralah yang memberi tahu kami.Sebuah arca dewa itu telah berbicara kepada kami,berkata agar kami datang kemari dan memohon kepadamu.Yakin bahwa dia benar serta dapat mengabulkankeinginan terdalam kami; karenanya mohon berilah kamisalah satu mata Baginda."Mendengar nama Sakra, raja berpikir; "Pastilahkekuatan para dewa akan membantu memulihkanpenglihatan brahmana ini." Sehingga dengan suara yangmantap dan penuh kegembiraan seraya berkata:"Brahmana, aku akan mengabulkan permintaanmu. Meskipunengkau hanya meminta satu mataku, aku akan memberimukeduanya! Setelah wajahmu dihiasi dengan kedua kuntumpadma yang cemerlang ini, kau pergilah jauh; biarlahkeajaiban ini membuat kagum setiap orang yang kautemui!"Penasihat raja terperanjat dan diliputi kecemasanmengetahui bahwa raja bermaksud hendak memberikanmatanya. "Sri Baginda," ucapnya, "kemurahan hatibaginda telah sampai pada batas ketidakadilan sehinggamenjadi sebuah keanehan! Baginda tak boleh memberikanmata Baginda! Hanya demi kebajikan orang yang lahirdua kali ini (dwijati sebutan bagi seorang brahmana),janganlah melupakan kami semua! Paduka akan menyalakanapi penderitaan pada kami semua setelah sebelumnyaPaduka merupakan sumber dari kenyamanan sertakemakmuran kami."Uang, permata yang cemerlang, kereta, tandu, gajahtangkas yang mengagumkan, kediaman yang sesuai dengansegala musim, yang bergema oleh suara para penari;pemberian yang demikian sudah pantas. Berikanlah yangdemikian, tetapi mohon, jangan berikan mata Paduka,Padukalah mata satu-satunya bagi dunia!"Dan sadarilah hal ini; hanya berkat pengaruhkekuatan para dewalah yang memungkinkan mata seseorangdapat dipindahkan ke orang lain. Meskipun jika hal ituterjadi, mengapa harus mata Baginda? Juga, apamanfaatnya mata itu bagi orang malang sepertinya, bagidia yang hanya akan menjadi saksi kemakmuran oranglain? Beri saja dia uang, bagaimanapun mohon janganlakukan tindakan yang tidak tepat itu!"Sebagai jawaban, raja menatap menterinya dengankelembutan serta keramahan: "Ia yang telah berjanjiuntuk memberi, yang lalu memegangi apa yang akandiberikannya, hanya akan mendapatkan tali keterikatanyang telah dibukanya. Ia yang telah menjanjikan sebuahpemberian, tetapi karena terdorong oleh kepelitan,lalu mengingkari janjinya, harus dianggap sebagaiorang yang sangat tercela. Ia yang memberi harapanpada orang yang membutuhkan, lalu memberi merekapenolakan yang kasar, yang demikian tak patutdiperlakukan lain kecuali dijauhi.""Mengingat bahwa kekuatan para dewa untuk menimbulkanpenglihatan pada mata cangkokan, ketahuilah: Bahkandewa bergantung pada suatu keadaan untuk menimbulkanpengaruh tertentu. Siapakah di antara kita yang dapatberkata bahwa cara seperti apa yang sesuai dengan apayang diharapkan pada akhirnya? Jangan, janganlahmencoba menghalangi maksud hatiku. Aku tetap akanmemberikan mataku kepadanya."Menterinya menjawab: "Kami tidak berusaha menghalangiSri Baginda melakukan perbuatan apa pun yang luarbiasa! Kami hanya sekadar menganalisa bahwa. pemberianbenda-benda, hasil bumi atau emas akan lebih sesuaidaripada memberikan penglihatan paduka.""Apa pun yang diminta itulah yang harus diberikan,"jawab raja. "Memberikan sesuatu yang tidak diinginkantak akan membuat senang. Apa gunanya memberi air padaorang yang sedang hanyut? Aku akan memberi orang iniseperti apa yang diinginkannya."Sebagai reaksi, menteri pertama yang lebih akrabdengan raja dibandingkan para menteri lainnyaberbicara hingga melampaui batas tata krama disebabkankasih sayangnya terhadap sang raja: "Jangan lakukanitu! Dibutuhkan pertapaan yang berat serta meditasiyang lama untuk memperoleh kerajaan seperti ini;kemurahan hati Baginda telah memberi Baginda keagunganserta kemuliaan di antara para dewa. Kerajaan Bagindasebanding dengan kekayaan yang dinikmati oleh DewaIndra, akankah Baginda mengabaikannya! Kini Bagindaingin memberikan kedua mata Baginda, untuk maksud apa?Di bumi ini hal seperti itu belum pernah dilakukansebelumnya! Mahkota para raja menghiasi kakimu;pengorbanan Baginda menempatkan Baginda pada kedudukandewa; kemasyhuranmu bersinar menjangkau hingga ke tempat yang sangat jauh. Apa tujuan yang hendakBaginda raih dengan memberikan matamu?"Raja menjawab dengan sangat menyentuh: "Aku tidakbermaksud menguasai bumi, ataupun mencapai keagungan;aku tidak menginginkan moksha atau kebahagiaansurgawi. Aku melakukan perbuatan ini semata-mata agarpermohonan seorang pengemis dapat terpenuhi, denganharapan dapat menjadi Pelindung Dunia."Sambil mengucapkan kata-kata tersebut, rajamemerintahkan seorang tabib agar mengeluarkan salahsatu matanya, perlahan-lahan dan berhasil. Dengankegembiraan yang tiada terlukiskan is menggenggambulatan bola mata tersebut, yang berseri bagai kuntumbunga utpala, lalu memberikannya kepada sang pengemis.Sakra, Raja Para Dewa, kemudian dengan menakjubkanmemasukkan bola mata tersebut ke dalam kelopak matabrahmana tua, hingga raja bersama semua yang hadirmenyaksikan sebuah mata yang membuka. Perasaan hatinyadipenuhi oleh kebahagiaan murni, raja lalu kembalimemberikan matanya yang satu lagi.Wajah raja kini menjadi bagaikan kolam teratai yangkehilangan bunga, dengan raut muka yang memancarkankegembiraan, perasaan gembira yang tiada dirasakanoleh orang lain, yang hanya melihat bahwa raja telahmenjadi buta dan brahmana telah mendapatkanpenglihatannya dari raja. Dari dalam ruangan istana,hingga jauh ke wilayah kota, air mata kesedihan telahtumpah, sebaliknya Sakra diliputi oleh rasapenyesalan, mengetahui bahwa raja tak bergeming darikeinginannya untuk mencapai Kebuddhaan Yang Sempurna."Betapa teguhnya!" pikirnya "betapa baiknya inginmenolong makhluk lain! Betapa berbelas kasihnya!Meskipun aku menyaksikannya, sulit bagiku untukmempercayainya! Sangatlah tidak tepat manusia yangsedemikian baiknya harus mengalami kesulitan lebihlama lagi! Aku akan segera menunjukkan padanya caramemulihkan penglihatannya."Ketika waktu telah menyembuhkan lukanya, dan telahmeredakan kesedihan semua orang di istana sertaseluruh penduduk negeri, sang raja bermaksud pergimenyepi, pada suatu hari pergi ke taman kerajaan,duduk bersila di dekat sebuah kolam teratai. Seluruhpohon di sekelilingnya merunduk sarat oleh bunga, riuholeh dengung suara lebah. Angin sepoi-sepoi bertiup,sejuk serta berbau harum.Tiba-tiba, raja merasakan ada yang datang. "Siapaitu?" tanyanya. "Sakra, Raja Para Dewa," jawab Sakra.Menyampaikan hormat pada Sakra, raja lalu bertanya apayang dapat dilakukan baginya. Dewa Sakra menjawab:"Aku datang untuk mengabulkan apa yang menjadikeinginanmu. Sekarang apa yang kauinginkan, wahaiPangeran Suci? Katakan kepadaku, aku akanmengabulkannya."Raja terperanjat, mengingat bahwa biasanya dialahyang memberi, bukannya menerima. "Aku telah memilikiharta berlimpah, Oh Sakra, bala tentaraku juga sangatbesar dan kuat. Akan tetapi kebutaanku, membuat dirikutak dapat lagi melihat wajah gembira para pengemissetelah aku memberi apa yang mereka inginkan.Karenanya hanya kematianlah yang sesuai bagiku kini.Kematianlah yang kuinginkan.""Jangan sampai berpikir seperti itu!" ujar Sakra."Lebih baik, sampaikan kepadaku apa yang sebenarnyakaurasakan, Oh Raja, apa yang kaupikirkan tentang parapengemis, hingga mereka membuatmu begitu menderita.Katakanlah! Katakan kepadaku apa yang ada di dalamhatimu, mungkin engkau akan segera merasa lega."Sang Raja menjawab: "Mengapa engkau menyangka bahwahanya dengan memulihkan penglihatanku akan membuatkumerasa cukup? Dengarlah ini, bagaimanapun, jika engkaumemaksa; sebagaimana kenyataan bahwa kegembiraanseorang pengemis adalah bagaikan berkah bagipendengaranku, demikianlah hal yang sangat kuinginkanadalah memulihkan kembali salah satu mataku!"Tak lama setelah raja mengucapkan kata-kata tersebut,berkat kekuatan kebenaran kata-kata sertakebajikannya, salah satu mata sang raja pulih kembali,sebuah kuntum padma yang dilingkari oleh permataindranila. Dengan gembira raja melanjutkan; "Dansebagaimana kenyataan kebenaran ketika aku mengetahuibetapa bahagianya memberikan kedua mataku kepada orangyang hanya minta satu, untuk itu semoga dengan pastiaku mendapatkan mataku yang satu lagi."Sekali lagi, setelah ia mengucapkan kata-katatersebut tak begitu lama matanya yang satu lagimuncul, keindahannya sebanding dengan yang pertama.Gunung berguncang, samudra bergolak, suara genderangsurgawi terdengar dengan jelas dan berirama. Angkasamenjadi terang benderang oleh cahaya matahari bagaikanmusim gugur, berbarengan dengan tiada terhingga bungaserta, serbuk cendana terhambur dari angkasa. Paradewa serta makhluk-makhluk surgawi lainnya dengansegera menu] u ke tempat tersebut, mata merekaterbelalak menyaksikan spa yang terjadi, hati semuamakhluk diliputi oleh perasaan sukacita yang luarbiasa.Dari kesepuluh penjuru, nyanyian puji-pujiandilantunkan oleh makhluk-makhluk yang memilikikekuatan gaib. Dalam kegembiraan serta kesukacitann,mereka berkata; "Betapa hebatnya belas kasihnya!Betapa lembut serta murni batinnya! Betapa kecilkepeduliannya pada kebahagiaan pribadi! Hormatpadanya, sang pahlawan yang siaga, sebagaimana matapadmamu yang telah pulih, demikianlah dunia kinimendapatkan kembali pelindungnya! Setelah begitu lama,kebajikan menjadi pemenangnya!""Bagus, bagus," ucap Sakra memuji. "Disebabkan olehperasaanmu yang memahamiku dengan balk, Oh Raja YangBerhati Suci, aku mengembalikan kedua matamu. Dandengan kedua mata itu engkau kini akan dapat melihatjauh ke segala penjuru, tak akan terhalang bahkan olehgunung sekalipun." Setelah itu Dewa Sakra menghilang.Bodhisattva, diiringi oleh para punggawanya yangtakjub tertegun, kembali ke istana dalam sebuaharak-arakan. Di sana rakyat menegakkan benders sertaumbel-umbel seolah sedang berlangsung sebuah perayaan.Para brahmana memberkati kerajaannya denganberibu-ribu kebajikan. Duduk di dalam balai pertemuandi hadapan sejumlah besar Para menteri, brahmana, Paratetua serta rakyat dari kola maupun desa, Bodhisattvamengajarkan Dharma berdasarkan pengalaman pribadinya:"Siapakah di antara kalian yang kini lemah dalammelakukan amal dana? Mengingat bahwa kalian telahmelihat mataku, mata yang memiliki kekuatan dewa, yangdiperoleh dari kebajikan beramal dana. Dengan mata iniaku dapat melihat segala sesuatu yang berada sejauhberibu-ribu kilometer; aku dapat mellhat melintasipegunungan tinggi, sejelas aku meliliat ruangan balaipertemuan ini. Apakah yang lebih membawa kebajikankebahagiaan selain kemurahan hati, belas kasih dandisiplin diri? Dengan melepaskan mata manusiaku, akumendapatkan penglihatan dewa."Memahami hal ini, Para Shibiku, lipat gandakanlahkekayaanmu dengan menggunakannya dengan benar. Inilahjalan menuju keagungan dan kebahagiaan, baik di duniaini maupun sesudahnya. Harta sesungguhnya tak berartibegitu saja, hingga ia menjadi kebajikan seseorang; iadapat diberikan bagi kebajikan yang lain. Hanya dengansikap yang demikianlah ia akan menjadi harta karun;kepelitan, membuatnya sia-sia."Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana SangBuddha mendapatkan Dharma dengan menjalani berbagaipertapaan, dan betapa pentingnya mendengarkan Dharmadengan penuh hormat. Mengetahui keagungan SangTathagata, serta buah kebajikan semasa hidupnya, orangmemuji kemuliaan belas kasihnya serta bangkit rasahormatnya. Demikianlah, timbunan kebajikan seseorang,memungkinkan dalam hidupnya yang sekarang mendapatkansesuatu berkat berkembangnya kekuatan agung sertamengalirnya keagungan.SHIBI JATAKAKELAHIRANNYA SEBAGAI RAJA SHIBI