Senin, 03 Maret 2008

"Ia yang membuat pria tergila-gila" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Orang yang baik senantiasa merasa enggan untukmengikuti jalan hina. Bahkan pada saat sakit denganpenderitaan berat, keteguhan mendorongnya untukmempertahankan kegigihannya.Bodhisattva, dalam berbagai kelahirannya senantiasaberusaha demi kebajikan makhluk hidup melaluisifat-sifat utama; kebenaran, kemurahan hati,keseimbangan dan kebijaksanaan. Saat terlahir sebagaiRaja Shibi, sebagai perwujudan Dharma dan pengendaliandiri, ia dapat memberikan jaminan kesejahteraan kepadaseluruh rakyatnya seperti seorang ayah yangmemperhatikan anak-anaknya, mempengaruhi mereka untukmengembangkan sifat baiknya dan agar berpaling dariperbuatan salah. Sehingga rakyatnya bersukacita baikdalam hidup saat ini maupun selanjutnya.Raja menyusun keadilan berdasarkan Dharma,memperlakukan sama baik sanak saudara sendiri maupunmasyarakat umum. Karena rakyat didorong untukmelaksanakan perbuatan baik serta menghindari jalanyang salah, tangga menuju alam surga berangsur-angsurtercipta. Menyadari bahwa kesejahteraan dunia bergantung padakebenaran, raja merasa senang berada di jalan Dharma.Senantiasa bertindak sesuai Dharma, tak membiarkanorang lain mengacaukan aturan tersebut, dengan begituraja melindungi rakyatnya.Saat itu secara kebetulan salah seorang pemimpin dikota sang raja, mempunyai seorang anak perempuan yangkecantikannya sangat luar biasa, seorang gadis yangsangat mengagumkan, bahkan ia tampak bagaikan titisanbidadari. Hanya sekilas memandangnya menyebabkan siapapun tak mungkin tak ingin terus memandanginya, begitukuatnya daya tarik yang dipancarkannya. Karena alasaninilah, keluarganya memanggilnya Unmadayanti, 'Ia yangmembuat pria tergila-gila'.Tak perlu diceritakan, ayahnya kehabisan waktumenceritakan keadaan putrinya kepada raja. "SriBaginda," ujarnya, "sebuah mutiara sejati di antarawanita telah muncul di negeri Baginda. Mohon perkenanBaginda untuk menimbang mungkin atau tidak Bagindamenerimanya sebagai istri."Dengan segera raja memerintahkan serombongan brahmanayang sangat memahami tanda-tanda keberuntungan yangterdapat pada seorang wanita, untuk mengunjungi gadistersebut dan memastikan apakah sesuai atau tidak untukdijadikan istri. Demikianlah ayah Unmadayanti membawapara brahmana ke rumahnya di mana mereka hendakmenemui putrinya. Diminta menemani tamunya, ia lalumulai menyajikan makanan dengan sikap yang sopan, akantetapi segera setelah para brahmana memandangnya, parabrahmana telah kehilangan pengendalian dirinya, seolahmata serta pikiran mereka telah direnggut oleh minumanyang sangat keras.Memperhatikan para brahmana tersebut telah kehilangansama sekali selera makannya, dan bahwa tata kramaserta sikapnya yang segera lengah, perumah tanggatersebut menarik putrinya dari pandangan sertamelayani brahmana. Saat meninggalkan makan malamnya,para brahmana berbicara di antara mereka:"Daya tariknya merasuki bagaikan mantra sakti.Sekilas pandang terhadapnya, akan menggugurkankesucian seorang pertapa yang mengusahakankebijaksanaan; apalagi terhadap seorang pangeran mudayang hidup dalam kesenangan indriawi'? Sungguh tidakbijaksana bila raja sampai melihatnya, apalagimenjadikannya sebagai permaisuri. Kecantikannya akanmembuatnya mabuk kepayang; perhatiannya padakewajiban, baik agama maupun politik akan lenyap. Takada kebaikan yang akan disebabkannya, dan padaakhirnya, rakyatlah yang akan menderita."Setelah menetapkan sikapnya, mereka lalu melaporkepada raja:"Baginda, kami telah melihat gadis tersebut. Memangbenar adanya bahwa ia sangat menarik dan memilikikecantikan, tapi tak lebih dari itu; sayangnya, iamemiliki tanda yang tak menguntungkan, bisamenyebabkan kejatuhan serta kemalangan. Sri Bagindasebaiknya jangan sampai melihatnya, apalagimenikahinya. Seorang istri yang buruk adalah kabutbagi keagungan serta kekayaan kedua keluarga, sepertimendung malam yang menyelubungi bulan, mengaburkankeindahan serta keteraturan surga dan juga bumi."Percaya bahwa gadis tersebut benar-benar menyandangtanda yang tak menguntungkan dan dengan demikian tidaksesuai bagi kedudukannya, raja kehilangan seluruhkeinginan untuk memilikinya. Segera setelah itu,perumah tangga tersebut menikahkan putrinya denganAbhiparaga, seorang pejabat di istana raja.Beberapa waktu kemudian, raja memutuskan untukberkeliling menjelajahi kotanya untuk menyaksikansuatu perayaan keagamaan. Ia berjalan menelusuri kotadi atas kereta kerajaan, senang pada hiasan sertakemeriahannya. Jalanan telah disiram dan dibersihkan,tanah berwarna putih telah ditaburi dengan bungaberbagai warna, sementara di atas berkibar benderawarna-warni serta panji-panji yang menarik. Dimana-mana terdapat tari-tarian, nyanyian, sandiwaraserta gamelan. Aroma harum bunga bercampur denganberbagai aroma berlimpah dari dupa, serbuk wewangian,minyak wangi serta arak. Barang-barang bagus dijajakandi antara keramaian penduduk yang bersukaria, yangmengenakan busana terbaik mereka.Dalam perjalanannya raja mendekati rumah Abhiparaga.Di sana Unmadayanti marah terhadap raja karena iatelah menolaknya, 'Yang merupakan tanda kesialan',berdiri di atas atap datar rumah, bermaksud membuatnyatakjub melihat dirinya. Ketika kilasan cahaya kilatmenerangi awan, membuatnya terlihat dalam pandangan.Dan ia merasa ragu di dalam hatinya bila raja tetapdapat teguh tak tergoyahkan oleh orang yang takmembawa keberuntungan seperti dirinya.Saat ia memandangnya, mata sang raja tertuju padanya.Saat itu raja telah terbiasa dengan hawa sembarangankecantikan para selirnya. Ia juga memiliki sikapkesopanan, sangat teguh, dan memiliki rasa malu yangsangat kuat. Terikat pada jalan kebajikan, sehinggabenar-benar sangat takut untuk memandang wanita mudayang terikat dengan orang lain, ia sesungguhnya sedangmengalahkan indriawinya sendiri. Namun demikiandirinya bukanlah tandingan dewa asmara. Tak sanggupuntuk berpaling, raja lama memandanginya."Apakah itu dewi penunggu rumah?" pikirnya. "Apakahia seorang apsari ataukah ia seorang yaksi? Ataukahia Kumuda, istri kesayangan Bhatara Candra? Pasti diabukan manusia." Demikianlah raja terus bertanya-tanyaketika keretanya terus berjalan. Pulang ke istananyaseperti orang yang kehilangan kesadaran, ia samasekali tak memikirkan hal lain kecuali wanita itu,keteguhan hatinya benar-benar hancur. Setelah beberapahari, ia memanggil kusirnya, Sunanda, untuk menghadaplalu ia bertanya: "Rumah siapakah yang dikelilingioleh tembok putih itu? Dan siapakah wanita yangkecantikannya bercahaya bagaikan kilat di dalam awanputih itu?"Sunanda menjawab: "Baginda mempunyai seorang pejabattinggi bernama Abhiparaga. Itu rumahnya, dan wanitaitu istrinya. Dia putri Kiritavaba; orang-orangmemanggilnya Unmadayanti, 'Ia yang membuat priatergila-gila'."Mengetahui bahwa wanita tersebut adalah istri orang,membuat raja jatuh kecewa. Menarik nafasnya panjangserta dalam, matanya menerawang tak berkedip, iaberkata kepada dirinya sendiri dengan suara yangpelan: "Aduh! Makhluk itu memang sesuai dengan yangdipanggil orang, karena senyum manisnya telah membuathatiku galau. Di mana kelemahan diriku terhadap istriorang lain ini sama artinya aku sesungguhnya gila.Alangkah menyenangkannya bila aku dapat melupakannya!"Meskipun ia tak jauh dari pikiranku; ia telahmenguasai pikiranku. Rasa malu telah meninggalkankudan demikian pula dengan rasa kantuk. Alangkahmenyenangkan bila aku dapat memberikan pada dirikusendiri wujudnya yang menawan, matanya, senyumnya,kecantikannya. Bunyi bende yang berusaha menahankupada tugas-tugas kerajaan hanya membangkitkankemarahanku."Demikianlah raja benar-benar hanyut oleh kekuatannafsu asmara. Berusaha untuk dapat menata pikirannya,atau menyembunyikan keadaan tersebut, matanya yangmenerawang serta tak berkedip, tubuhnya yang kurus danpenampilannya yang merana mengungkapkan isi hatinya,membuat semua orang ingin melihatnya.Abhiparaga, pejabat istana raja, yang pandai melihatgelagat, segera memahami perubahan sikap rajanya.Menemukan yang menjadi sebab musababnya, dan jugasangat memahami keampuhan kekuatan dewa asmara, iamengerti akibat buruknya sebelum obat penawarnyaditemukan. Karena ia sangat mencintai rajanya, iameminta bertemu secara pribadi, mendekati rajanya, ialalu berkata: "Pada waktu kami berdoa pagi ini, OhRaja Yang Bermata Padma, seorang yaksa muncul dihadapan kami dan berkata: 'Raja telah jatuh hati padaUnmadayanti. Bagaimana Engkau tak mengetahuinya?' Laluia menghilang. Dengan segera aku menghadapmu. Jikayang dikatakannya memang benar, Sri Baginda, mengapaAnda hanya berdiam diri? Berilah kami kesempatan untukmemberikannya."Raja merasa terhina dan tak sanggup mengangkatpandangannya karena malu. Bahkan, meskipun dirinyatelah terjerat oleh genggaman cinta, ia tak membiarkanketeguhannya goyah, berkat kedalaman pengetahuanDharmanya, serta praktiknya yang gigih dan panjang."Tidak, itu tidak boleh," ujarnya pelan. "Lagi pulaapa alasannya? Pertama, segala kebajikanku akanmusnah, aku tak akan hidup selamanya. Kedua, perbuatanjahatku pada akhirnya juga akan diketahui oleh umum.Dan akhirnya, saat dirimu berpisah dengan istrimu,engkau akan terbakar oleh api kesedihan, api yang akanmenghanguskanmu seperti api yang meludeskan rumputkering. Perbuatan yang kauanjurkan akan menyebabkankesulitan baik dalam hidup saat ini maupun yang akandatang. Meskipun orang bodoh akan menerimapemberianmu, orang bijak akan menolaknya karena alasantersebut."Abhiparaga menjawab: "Jangan khawatir Anda akanmelanggar ajaran Dharma, Baginda, bukankah Dharmamengajarkan kita menerima pemberian yang diberikan?Karenanya engkau telah menyalahkan kami dengan menolakpemberian dari kami. Baginda menghalangi praktikkemurahan hati kami. Tidak seharusnya Baginda khawatirmerusak nama baik Baginda: Ini dilakukan benar-benarhanya di antara kita berdua. Tak perlu orang lainmengetahuinya! Bahkan, kejadian ini merupakan berkahbagi kami, bukannya penderitaan. Kesulitan apakah yangakan menimpa kami bila perasaan puas hati kami yangterbesar adalah melayani raja kami? Kami mohon kepadaBaginda, pergilah diam-diam dan penuhilah hasrat hatiBaginda. Tak akan ada hal buruk yang akan menimpakami.""Diam!" teriak raja. "Jangan teruskan pikiran burukitu! Keterikatanmu kepadaku telah menghalangimu untukmenilai dengan benar. Tidak setiap pemberian harusditerima. Orang yang bersedia memberikan hidupnyakepadaku benar-benar adalah sahabatku, mengasihikumelebihi apa pun; karenanya, wajib bagiku untuk jugamenghargai istrinya. Kesalahan yang kaulakukan jugaakan berakibat pada diriku."Akankah berkurang dosanya bilamana orang lain takada yang tahu? Melakukan perbuatan yang tidakketahuan, berharap menemukan kebahagiaan, samabodohnya dengan meminum racun yang tak dilihat,berharap, untuk bisa hidup. Baik para dewa yangbermata waskita maupun para pertapa suci yang ada diantara umat manusia tak pernah samar dalam melihatsegala sesuatu."Bahkan, aku bertanya kepadamu: Siapa yang percayabila dirimu tidak mencintainya atau bahwa dirimu takakan sedih segera setelah Engkau memberikannya?"Abhiparaga menjawab: "Engkau adalah pelindung kami,Baginda. Kami hanyalah pelayan Anda, bersama denganistri dan juga anak kami. Peraturan apakah yang akanrusak bilamana Engkau berbuat sesuka hatimu terhadappelayan wanitamu? Apa masalahnya bilamana kami harusmencintainya? Pada dasamya, dengan pertimbangan itulahkami bermaksud untuk memberikannya kepadamu! Merekayang memberi sesuatu yang sangat berharga memperolehapa pun yang ia inginkan di dunia ini dan kebahagiaanyang lebih besar dalam kehidupan yang akan datang.Untuk itu, mohon terimalah dia."Namun demikian raja tetap menampiknya. "Janganberkata begitu! Itu tidak mungkin! Lebih baik bagikuuntuk melemparkan diri pada sebilah pedang tajam ataukobaran api daripada melawan Dharma. Mengingat akusenantiasa mengikuti tuntunannya, Dharma sejatisesungguhnya merupakan sumber segala keagungan."“Bagus sekali," ujar Abhiparaga. "Karena Sri Bagindatak akan dapat memilikinya sebab ia telah menjadiistri kami, kami akan memintanya agar melacurkan diri.Siapa pun dapat menginginkannya, ia akan menjadimilikmu bila diinginkan.""Apakah engkau sudah gila?" tanya raja. "Untukmencegah kecuranganmu terhadap istrimu akan membuatkuterpaksa menghukummu, perbuatan seperti itu jugamenimbulkan belenggu bahkan penuh kesedihan dan deritaselama berkali-kali kehidupan. Engkau harusmenghentikan semua ini. Arahkan pikiranmu pada sikapadil serta kemurnian."Abhiparaga menegaskan: "Apa pun akibatnya, kami akanmenghadapinya dengan senang hati demi kebahagiaanBaginda, bahkan meskipun perbuatan kami harusberlawanan dengan Dharma, menimbulkan celaan pada kamidan menghancurkan kebahagiaan diri kami. Tiada orangdi dunia ini yang lebih pantas selain dirimu untukdipuja, Oh Penguasa Bumi Termulia. Sebagaimanapemberian, tolonglah bantu kami mengembangkankebajikan, terimalah istri kami sebagai persembahankepadamu."Raja menjawab: "Aku tahu hal ini terjadi akibatperhatianmu yang besar kepadaku hingga mendorongmumengusahakan kebaikanku tanpa memedulikan benar atausalah. Akan tetapi kecintaan seperti itu membuatkuberani mencegahmu lebih jauh. Sama halnya denganmencela orang lain yang tak dapat dimaafkan. Lihatlahkemari! Barang Siapa yang meninggalkan kebajikan, iatak mengerti baik celaan di dunia ini dan akibat yangharus ditanggung selanjutnya, memperolehketidakpercayaan sekarang dan membuang harapankebahagiaan selanjutnya. Orang seharusnya tidakmengambil kegembiraan dalam sesuatu yang salah.Keuntungan adalah selalu berubah-ubah dan tak pasti,derita hebat tiada diragukan lagi."Juga dianggap bahwa kebajikan tidak menyukai segalayang menyenangkan yang didapatkan dengan mengorbankanorang lain. Berdirilah di atas pijakan perbuatan baik,aku sendiri membayarnya dengan mengabaikan kesenangandiri, dengan maksud agar tidak menyebabkan kesedihanbagi orang lain mana pun."Abhiparaga menanggapi: "Tapi di manakahketidakadilannya? Tergerak kecintaan kami kepadapelindung kami, kami hanya ingin memberinyapersembahan. Setiap orang Shibi, baik dari kota maupundesa, akan mendukung kami untuk bertanya: "Di manakahletak ketidakadilan perbuatan ini? Di manakahkerugiannya? Karenanya berkenanlah menerimanya,Baginda.""Jelas sekali, engkau telah merasakan kebajikanku dihati. Tetapi hentikan dan pikirkan. Siapa yangmemahami Dharma dengan baik di antara seluruh orangShibi, dirimu atau rajamu?"Segera Abhiparaga menjawab: "Dalam segala hal,Engkaulah Baginda yang sangat mengerti keadilan,sebanding dengan Dewa Rsi Brhaspati. Ketekunan Bagindabelajar, perhatian Baginda yang besar pada pengetahuanserta tradisi suci, dan juga kebijaksanaan hakikidalam hati Baginda, seluruhnya tiada banding."Raja menjawab: "Jika demikian, seharusnya kalianjangan memaksaku berbuat salah. Karena ingatlah, jahatatau baiknya rakyat bergantung pada perbuatanpemimpinnya. Dan karena aku senantiasa memikirkankebajikan rakyatku, aku harus terus mencintai jalankebajikan, sejalan dengan ketenaranku. Sebagaimanalembu yang mengikuti pemimpin kawanan ke mana pun,benar atau salah, demikianlah agar rakyat menirupemimpinnya tanpa merasa terpaksa."Pahamilah ini dengan baik. Jika aku tak sanggupmengatur diriku sendiri, bagaimana aku dapat memimpinrakyatku, siapa yang menginginkan perlindunganku?Begitulah, dari sudut pandang Dharma dan kemasyhurankuyang bebas dari cela, aku tak akan membiarkan dirikumenuruti nafsuku: aku adalah pelindung bagi rakyatku,pemimpin bagi bangsaku."Akhirnya Abhiparaga, abdi raja, menundukkan dirikepada raja, tangannya beranjali penuh hormat.Terhibur oleh ucapan rajanya, ia berkata: "Baginda!Rakyatmu merasa terberkati memiliki raja seperti Anda,raja pelindung sepertimu! Kecintaan pada kebajikanyang hingga mengabaikan kesenangan jarang sekali ada,bahkan di antara hutan para pertapa. Bila kebajikandiberikan pada seseorang yang tanpa kebajikan, itumerupakan suara yang membunuh serta mengecewakan,sebagaimana jika ia merasa puas oleh pujian. Namunpadamu, Oh Raja Agung, sebutan 'Agung' adalahperhiasan yang cemerlang. Itulah sebabnya mengapa kamibegitu takjub pada kebajikan Baginda, Engkau yangpenuh kebajikan sebagaimana samudra yang penuh denganpermata"Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimanakebajikan, meskipun di saat menderita kesedihan,berkat praktik Dharmanya yang murni serta lama,keteguhannya tak membiarkannya mengikuti jalan orangyang berpikiran rendah. Memahami hal ini, orangdianjurkan untuk berusaha menjalankan praktik Dharmaserta mengembangkan keteguhan.UNMADAYANTI JATAKAKISAH TENTANG UNMADAYANTIJatakamala

Tidak ada komentar: