Senin, 03 Maret 2008

(Tipitaka) danau Kisah Kanamata

Kanamata adalah umat awam berbakti, murid Sang Buddha. Anaknya yangbernama Kana telah menikah dengan seorang pemuda dari desa lain. Suatuketika Kana menjenguk ibunya untuk beberapa waktu, suaminya mengirimpesan agar ia segera pulang ke rumah. Ibunya berkata kepadanya untukmenunggu beberapa hari sebab ia ingin membuatkan daging manis(dendeng) untuk suami Kana. Esoknya Kanamata membuat sejumlah dendeng,tetapi ketika empat bhikkhu berpindapatta di rumahnya, ia mendanakansejumlah daging kepada mereka. Empat bhikkhu tersebut berkata kepadabhikkhu lainnya tentang persembahan dana makanan dari rumah Kanamata,mereka juga melakukan pindapatta di rumah Kanamata. Kanamata sebagaipengikut dan murid Sang Buddha mempersembahkan dendengnya kepada parabhikkhu yang datang satu persatu. Pada akhirnya tidak ada yang tersisauntuk Kana dan ia tidak dapat pulang ke rumahnya pada hari itu.Hal yang sama terjadi pada dua hari berikutnya, ibunya membuatsejumlah dendeng, para bhikkhu datang berpindapatta di rumahnya, iamempersembahkan dendengnya kepada para bhikkhu, sehingga tidak adatersisa untuk dibawa pulang anaknya, dan anaknya tidak dapat pulang kerumahnya.Pada hari ketiga, suaminya mengirimkan pesan untuknya. Pesan yangmerupakan suatu peringatan keras, jika ia tidak pulang ke rumah esokhari, maka suaminya akan menikah dengan wanita lain.Tetapi pada esok harinya, Kana tetap tidak dapat pulang ke rumahnya,sebab ibunya mempersembahkan semua dendengnya untuk para bhikkhu.Peringatan keras tadi menjadi kenyataan, suami Kana menikah denganwanita lain.Kana menjadi tidak senang terhadap para bhikkhu. Ia beranggapan bahwamereka yang menjadi gara-gara suaminya menikah lagi. Seringkali iamencaci maki para bhikkhu, sehingga para bhikkhu akhirnya menjauh darirumah Kanamata.Mendengar perihal Kana, Sang Buddha pergi ke rumah Kanamata. Di sanaKanamata mempersembahkan sejumlah bubur nasi. Setelah menyantappersembahan itu, Sang Buddha menemui Kana dan bertanya kepadanya,"Apakah para bhikkhu menerima apa yang diberikan, atau yang tidakdiberikan kepada mereka?" Kana menjawab bahwa para bhikkhu menerimaapa yang diberikan kepada mereka, dan menambahkan bahwa "Mereka tidakbersalah, saya yang salah." Jadi ia mengakui kesalahannya dan kemudianmemberi hormat kepada Sang Buddha.Sang Buddha kemudian memberikan khotbah. setelah mendengarkan khotbahitu, Kana mencapai tingkat kesucian sotapatti.Pada perjalanan pulang ke vihara, Sang Buddha bertemu dengan RajaPasenadi dari Kosala. Beliau mengatakan perihal Kana dan sikapnya yangtidak baik terhadap para bhikkhu. Raja Pasenadi berkata kepada SangBuddha agar dapat mengajarkan kebenaran (Dhamma) kepadanya. SangBuddha menjawab "Ya, saya telah mengajarkan Dhamma kepadanya, dan sayajuga telah membuat ia menjadi kaya dalam kehidupan mendatang."Kemudian Raja Pasenadi berjanji kepada Sang Buddha untuk membuatnyakaya dalam kehidupan sekarang.Raja mengirimkan orang-orangnya untuk menjemput Kana dengan tandu.Ketika Kana tiba di istana, raja mengumumkan kepada para menterinya"Siapa yang dapat memberi kesenangan hidup kepada anakku Kana,silahkan merawatnya." Salah seorang menteri dengan sukarela mengadopsiKana sebagai anaknya, memberinya kekayaan dan berkata kepadanya, "Kamuboleh memberikan dana sebanyak yang kamu suka." Setiap hari Kanamemberikan persembahan dana kepada para bhikkhu di empat pintu kota.Ketika berkata tentang Kana dan kemurahan hatinya dalam memberikandana, Sang Buddha bersabda, "Para bhikkhu pikiran Kana sebelumnyadiselimuti kabut dan lumpur, sekarang telah menjadi jernih dan tenangoleh kata-kata-Ku."Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 82 berikut ini:Bagaikan danau yang dalam,airnya jernih dan tenang.Demikian pula batin para orang bijaksana,menjadi tentram karena mendengarkan Dhamma.

Tidak ada komentar: