Tampilkan postingan dengan label Cerita Dharma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Dharma. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Maret 2008

(Tipitaka) Seberang : Kisah Pendengar-pendengar Dhamma

Pada suatu kesempatan, sekumpulan orang dari Savatthi membuatpersembahan khusus kepada para bhikkhu secara bersama-sama, dan merekameminta para bhikkhu memberikan khotbah Dhamma sepanjang malam ditempat mereka. Pada saat itu, banyak di antara para pendengar tidakdapat duduk sepanjang malam, dan mereka pulang lebih cepat; beberapaorang duduk dengan pemikiran yang mendalam sepanjang malam, tetapikebanyakan dari mereka pada waktu itu mengantuk dan setengah tidur.Hanya sedikit orang yang mendengarkan dengan penuh perhatian khotbahDhamma itu.Pagi hari para bhikkhu berkata kepada Sang Buddha tentang apa yangterjadi pada malam hari sebelumnya, Beliau menjawab, "Kebanyakan orangterikat pada dunia ini, hanya sedikit orang yang dapat mencapai pantaiseberang (nibbana)".Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 85 dan 86 berikut ini:Di antara umat manusia hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang,sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.Mereka yang hidup sesuai dengan Dhamma yang telah diterangkan dengan baik,akan mencapai Pantai Seberang,menyeberangi alam kematian yang sangat sukar diseberangi.

Minggu, 16 Maret 2008

(Tipitaka) pantai Kisah Pendengar-pendengar Dhamma

Pada suatu kesempatan, sekumpulan orang dari Savatthi membuatpersembahan khusus kepada para bhikkhu secara bersama-sama, dan merekameminta para bhikkhu memberikan khotbah Dhamma sepanjang malam ditempat mereka. Pada saat itu, banyak di antara para pendengar tidakdapat duduk sepanjang malam, dan mereka pulang lebih cepat; beberapaorang duduk dengan pemikiran yang mendalam sepanjang malam, tetapikebanyakan dari mereka pada waktu itu mengantuk dan setengah tidur.Hanya sedikit orang yang mendengarkan dengan penuh perhatian khotbahDhamma itu.Pagi hari para bhikkhu berkata kepada Sang Buddha tentang apa yangterjadi pada malam hari sebelumnya, Beliau menjawab, "Kebanyakan orangterikat pada dunia ini, hanya sedikit orang yang dapat mencapai pantaiseberang (nibbana)".Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 85 dan 86 berikut ini:Di antara umat manusia hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang,sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.Mereka yang hidup sesuai dengan Dhamma yang telah diterangkan dengan baik,akan mencapai Pantai Seberang,menyeberangi alam kematian yang sangat sukar diseberangi.

Rabu, 12 Maret 2008

"Empat Kesempatan untuk Ketekunan" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Para bhikkhu, untuk empat hal ini, ketekunan harusditerapkan. Apakah yang empat itu?Engkau harus menghentikan perilaku buruk dalamtindakan dan mengembangkan perilaku bajik dalamtindakan. Janganlah lengah dalam hal itu.Engkau harus menghentikan perilaku buruk dalam ucapandan mengembangkan perilaku bajik dalam ucapan.Janganlah lengah dalam hal itu.Engkau harus menghentikan perilaku buruk dalam pikirandan mengembangkan perilaku bajik dalam pikiran.Janganlah lengah dalam hal itu.Engkau harus menghentikan pandangan salah danmengembangkan pandangan benar. Janganlah lengah dalamhal itu.Jika seorang bhikkhu telah menghentikan perilaku buruklewat tindakan, ucapan dan pikiran, dan telahmengembangkan perilaku bajik dalam tindakan, ucapandan pikiran; jika dia telah meninggalkan pandangansalah dan mengembangkan pandangan benar, dia tidakperlu takut akan kematian di kehidupan mendatang.Empat Kesempatan untuk Ketekunan(IV, 116)Angguttara Nikaya

(Tipitaka) kepentingan Kisah Bhikkhu Dhammika

Dhammika tinggal di Savatthi bersama istrinya. Suatu hari, ia berkatakepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia berkeinginan untuk menjadiseorang bhikkhu. Istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampaikelahiran anak mereka. Ketika anak tersebut lahir, ia kembali memintakepada istrinya untuk memperbolehkannya pergi. Sekali lagi istrinyamemohon kepadanya untuk menunggu sampai anak tersebut dapat berjalan.Kemudian Dhammika berkata kepada dirinya sendiri, "Tidak ada gunanyabagiku meminta persetujuan dari istriku untuk menjadi bhikkhu, sayaharus berjuang untuk kebebasanku sendiri!" Setelah membuat keputusanteguh, ia meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang bhikkhu. SangBuddha memberikan objek meditasi kepadanya, dan ia mempraktekkanmeditasi dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian iamenjadi seorang arahat.Beberapa tahun setelah itu, beliau menengok rumahnya dengan maksuduntuk mengajarkan Dhamma kepada istri dan anaknya. Anaknya menjadibhikkhu dan kemudian mencapai tingkat kesucian arahat. Sang istrikemudian berkata, "Sekarang suami dan anakku telah meninggalkan rumah,saya lebih baik pergi juga." Dengan dasar pertimbangan kata-katatersebut, ia juga meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni, danakhirnya mencapai tingkat kesucian arahat juga.Dalam pertemuan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan bagaimanaDhammika menjadi seorang bhikkhu dan mencapai tingkat kesucian arahat,bagaimana Dhammika berupaya membuat anak dan istrinya menjadi arahatjuga. Kepada mereka Sang Buddha bersabda, "Para bhikkhu, orangbijaksana tidak menginginkan kekayaan dan kemakmuran yang diperolehdengan cara tidak benar. Apakah hal itu dilakukan demi dirinya sendiriatau demi orang lain. Ia hanya bekerja untuk tujuan membebaskandirinya dari roda tumimbal lahir (samsara) dengan cara memahami Dhammadan hidup sesuai dengan Dhamma."Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 84 berikut ini:Seseorang yang arif tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiriataupun orang lain,demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat ataukeberhasilan dengan cara yang tidak benar.Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.

For the right reason.

Ketika paham, baru diam
Ketika malam, baru kelam

Dunia sirna, baru lebur
Tiada tara, tapi ada

Hilang kata, bukan tanpa makna
Tiada suara, bukan bisu

Sekedar memahami akan seisi
Lalu meletakkan pada porsinya

Tidak bereaksi, bukan tak memahami
Sekedar mengamati dan menilai dengan jernih
Bereaksi pada porsinya dan pada saatnya
Pada saat yang tepat dan berdaya guna
Tuk kebaikan yang abadi...

The right time and the right move
For the right reason.

Skillful Mental Action (Was: The burden of prayer)

The following sutta gives a comprehensive coverage of mental action,beyond which there is no prayer: Veneration to the Most Exalted, the Purified, the SupremelyEnlightened Buddha"And how is one made pure in three ways by mental action? There is the case where a certain person is not covetous. He does not covet the belongings of others, thinking, 'O, that what belongs to others would be mine!' He bears no ill will and is not corrupt in the resolves of his heart. [He thinks,] 'May these beings be free from animosity, free from oppression, free from trouble, and may they look after themselves with ease!' He has right view and is not warped in the way he sees things: 1) 'There is what is given, what is offered, what is sacrificed. 2) There are fruits & results of good & bad actions. 3) There is this world & the next world. 4) There is mother & father. 5) There are spontaneously reborn beings; 6) there are priests & contemplatives who, faring rightly & practicingrightly, proclaim this world & the next after having directly known &realized it for themselves.' *This is how one is made pure in three ways by mental action.http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.176.than.htmlFrom: Cunda Kammaraputta SuttaTo Cunda the SilversmithTranslated from the Pali byThanissaro Bhikkhu*What this passage means is that:1) there is merit in generosity;2) the moral qualities of good and bad are inherent parts of thecosmos, and not simply social conventions;3) there is life after death;4) one has a true moral debt to one's parents;6) and there are people who have lived the renunciate's life properlyin such a way that they have gained true and direct knowledge of thesematters.Antony: I like the phrase "May these beings" rather than "May allbeings". As with the Four Noble Truths, this frames the issues of themind in terms of things that can be directly pointed to in immediateexperience as "This... This... This... This." (Thanissaro Bhikkhu"Untangling the Present")


"Empat Kesempatan untuk Ketekunan" Setetes Dhamma Sebongkah Berlia
Para bhikkhu, untuk empat hal ini, ketekunan harusditerapkan. Apakah yang empat itu?Engkau harus menghentikan perilaku buruk dalamtindakan dan mengembangkan perilaku bajik dalamtindakan. Janganlah lengah dalam hal itu.Engkau harus menghentikan perilaku buruk dalam ucapandan mengembangkan perilaku bajik dalam ucapan.Janganlah lengah dalam hal itu.Engkau harus menghentikan perilaku buruk dalam pikirandan mengembangkan perilaku bajik dalam pikiran.Janganlah lengah dalam hal itu.Engkau harus menghentikan pandangan salah danmengembangkan pandangan benar. Janganlah lengah dalamhal itu.Jika seorang bhikkhu telah menghentikan perilaku buruklewat tindakan, ucapan dan pikiran, dan telahmengembangkan perilaku bajik dalam tindakan, ucapandan pikiran; jika dia telah meninggalkan pandangansalah dan mengembangkan pandangan benar, dia tidakperlu takut akan kematian di kehidupan mendatang.Empat Kesempatan untuk Ketekunan(IV, 116)Angguttara Nikaya

befriending pain:

pain is the unwelcome partner in life.
as such
you should be friendly to pain
since pain is going to be there
with you
till the door steps of your death.

it's not to say
go indulge in pain.
it's not to say
go fall in love with pain.
it's not to encourage either
go hate pain
or run away from pain.

it is just a friendly reminder that
be a good friend
to the pain
which
will be with you
all your life.

in a way
he is commited to you.

learn what you can from him,
about him,
and listen empathetically
to him.
listening alone
can do you
a body of good.

do not pay too much attention to
what he does to your feeling.
that's not good.
do not conceptualize him either,
like,
what kind of a fellow he is.
pain
is like a person
and
is to be experienced
as a whole,
through
understanding him.
like in most cases
understanding comes from
listening to what he has to say
even
what he says
will hurt you.
if you are friendly to him
you will endure
and overlook the hurt
so you will understand him more.

that's how
you should be firendly
to the pain.

just like most good friends
if you endure and endear him,
he can lead you
to a higher level
of wisdom
called
the Enlightenment
by the Buddhists.

palms together
deep bows,
des/boo-ngoh

With My Power

With the power vested in mefrom my own practice,I now pronounce you as curedfrom your "original sin." In Buddhism there is no such thingas the original sin that you carrybecause one of your topmost ancestorsmade a terrible transgression. In Buddhism,you carry your own Karma. But the very reason you are aliveand well and able to study Dharmameans that the good Karma you carryis more than the bad Karma. What's more, Buddhism offers you the only hope to modify and make better your Karma through good - thoughts, - speech, - actions. So if you are a serious practitioner,you will practice to modifythe deeds you do. If you are advanced in practice,your wisdom within will distinguishdoing of deeds from non-doing --like meditationbrings you the highest good deeds. Yes, it is hard to understand,but like everything in Buddhism,you have to do it yourselfto see the results.Then you can decidewhether to believe it or not,but please don't ever decidewithout doing it on your ownand seeing for yourself. What your thinking decidesis Mara's. What your pure mind decidesfrom being stillis BUDDHA's. Be wise and follow the highwayof Buddhism.~ Desmond Chiong

(Tipitaka) arif Kisah Bhikkhu Dhammika

Dhammika tinggal di Savatthi bersama istrinya. Suatu hari, ia berkatakepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia berkeinginan untuk menjadiseorang bhikkhu. Istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampaikelahiran anak mereka. Ketika anak tersebut lahir, ia kembali memintakepada istrinya untuk memperbolehkannya pergi. Sekali lagi istrinyamemohon kepadanya untuk menunggu sampai anak tersebut dapat berjalan.Kemudian Dhammika berkata kepada dirinya sendiri, "Tidak ada gunanyabagiku meminta persetujuan dari istriku untuk menjadi bhikkhu, sayaharus berjuang untuk kebebasanku sendiri!" Setelah membuat keputusanteguh, ia meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang bhikkhu. SangBuddha memberikan objek meditasi kepadanya, dan ia mempraktekkanmeditasi dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian iamenjadi seorang arahat.Beberapa tahun setelah itu, beliau menengok rumahnya dengan maksuduntuk mengajarkan Dhamma kepada istri dan anaknya. Anaknya menjadibhikkhu dan kemudian mencapai tingkat kesucian arahat. Sang istrikemudian berkata, "Sekarang suami dan anakku telah meninggalkan rumah,saya lebih baik pergi juga." Dengan dasar pertimbangan kata-katatersebut, ia juga meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni, danakhirnya mencapai tingkat kesucian arahat juga.Dalam pertemuan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan bagaimanaDhammika menjadi seorang bhikkhu dan mencapai tingkat kesucian arahat,bagaimana Dhammika berupaya membuat anak dan istrinya menjadi arahatjuga. Kepada mereka Sang Buddha bersabda, "Para bhikkhu, orangbijaksana tidak menginginkan kekayaan dan kemakmuran yang diperolehdengan cara tidak benar. Apakah hal itu dilakukan demi dirinya sendiriatau demi orang lain. Ia hanya bekerja untuk tujuan membebaskandirinya dari roda tumimbal lahir (samsara) dengan cara memahami Dhammadan hidup sesuai dengan Dhamma."Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 84 berikut ini:Seseorang yang arif tidak berbuat jahat demi kepentingannya sendiriataupun orang lain,demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat ataukeberhasilan dengan cara yang tidak benar.Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.

Minggu, 09 Maret 2008

No god help

There is no god To help the Buddhists. You are left to Helping yourself & helping each other. There is no god To destroy the Buddhists Except through yourself & through each other. Palms together Deep bows. Des boo ngoh

How to Stop Thinking

How do we stop thinking?Just STOP.Don't think. (When we stop using thebrain part of the mindto think,the rest of the mindhas the opportunityto manifest itself.~ Desmond Chiong

Suffering Buddhists

I can be stretching it But In my opinion Suffering Buddhists Can be an Oxymoron. Buddhists That suffer Will rightfully Have more wisdom& will not complain Of the suffering.Palms together Deep bows Des boo ngoh

[Truthbuddha] (Tipitaka) Kecewa

Kisah Lima Ratus BhikkhuAtas permintaan seorang brahmana dari Veranja, Sang Buddha pada suatusaat tinggal di Veranja bersama lima ratus orang bhikkhu. Ketikaberada di Veranja sang brahmana lalai untuk memperhatikan kebutuhanhidup mereka. Penduduk Veranja yang kemudian menghadapi kelaparan,hanya dapat mempersembahkan sangat sedikit dana pada saat bhikkhuberpindapatta. Kendatipun mengalami penderitaan para bhikkhu tidakberputus asa. Mereka hanya cukup mendapatkan makanan berupapadi-padian yang dipersembahkan para penjual kuda setiap hari. Saatakhir masa vassa tiba, setelah memberitahu sang brahmana, Sang Buddhakembali ke Vihara Jetavana beserta lima ratus bhikkhu. MasyarakatSavatthi menyambut kedatangan mereka dengan bermacam-macam pilihanmakanan.Sekelompok orang yang hidup bersama para bhikkhu, memakan makanan yangtak dimakan oleh para bhikkhu. Mereka makan dengan rakus seperti orangyang benar-benar lapar, dan pergi tidur setelah mereka makan. Setelahbangun tidur, mereka bersiul, bernyanyi dan menari, mereka membuatsuatu keributan.Ketika Sang Buddha datang sore hari di tengah-tengah para bhikkhu,para bhikkhu melaporkan hal itu kepada beliau, perilaku orang-orangyang tidak dapat dikendalikan, dan berkata "Orang-orang ini hidupdengan sisa makanan, bersikap sopan, dan berperilaku baik ketika kitasemua menghadapi penderitaan dan kelaparan di Veranja. Sekarang merekacukup mendapat makanan yang baik, mereka bersiul, menyanyi, danmenari, serta membuat keributan di antara mereka sendiri. Berbedadengan para bhikkhu. Para bhikkhu bagaimanapun keadaannya memilikiperilaku yang sama, baik di sini maupun di Veranja."Kepada mereka Sang Buddha menjawab "Itu merupakan sifat alamiah dariorang bodoh, penuh dengan duka cita dan merasa tertekan ketika merekadalam kesulitan, tetapi penuh dengan suka cita dan merasa gembiraketika sesuatu berjalan lancar. Orang bijaksana bagaimanapunkeadaannya dapat bertahan dalam gelombang kehidupan baik naik maupunturun."Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 83 berikut ini:Orang bajik membuang kemelekatan terhadap sesuatu,orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsukeinginan.Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan,Orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa.

WHY SUFFER ?

As Buddhists You have the tools To overcome suffering. What you need to do is:- identify the suffering - suffer mindfully - that will give you the wisdom To understand why you are suffering - let go the cause of the suffering which will be some kind of Attachment - the way to let go is practice Precepts Meditation Wisdom. Palms together Deep bows Des boo ngoh

Why We Irritate Each Other

Our unfinished Karma has broughtus here together to play outthe unfinished emotions of long past. The good thing is that it happened.What we can get out of thisis the opportunity to see thatthere is unfinished Karma in usand that there is a further opportunityto work at it,to get over the unfinished Karmain a good way,so it will never happen again. The bad thing is that it happened,and while it was happening,it brought suffering to us all,but to avoid it from happeningwould not have resolved the unfinished Karma. That's why Buddha gave usthe formula of the Four Noble Truthsto use and practice each time we sufferwhen unfinished Karma comes,so we may get over the sufferingthe right wayand leave no more unfinished Karmato face again.~ Desmond Chiong

Buddhists help others:

Buddhists do not proselytize,but they do help others without the intent to convert them
That's what i think is the crown jewel of Buddhism.

Other religions convert others through helping them.
Buddhists help others because they want to perfect their practice to perfection on giving and helping others not to convert others.

If i may let me remind you to bear this in mind: go out and help others but do not have any intent to convert them.

That's what Buddhist Cognitive Therapy should be:
Help others lessen their suffering but do not convert them.

Palms together
Deep bows,
Des/boo-ngoh

Jumat, 07 Maret 2008

Animals lovers

It is good In a way to see More & more people That love animals so much. In another way It can be an indication that More & more people Have come to this Human realm From the animal Realm. This is good too Because those that were In animal Realm before Are getting a chance To get liberatedAs humans now. What is not so good is If these humans get too attached To the animals in this life They might lose The chance for liberation After being born humans. Palms together Deep bows Des boo ngoh

Want to be a Buddhist?

Then read the following with an open mind while you suspend your judgement.

It is indeed fortunate for you that you want to be a Buddhist.
Not everyone can become a Buddhist.
That's a fact.
Not an arrogance.
Nor an ignorance.
It is just like Buddhism is AS IT IS.

Many beings that are unseen want to be be Buddhists too but they can't be because they are not humans.
So they have to stay close to humans that are Buddhists just to get some closeness to being Buddhists.

We must have been those beings at one time in the past.
Now that we are humans we can truly be Buddhists on our own out of our own free will.

Before wanting to becoming a Buddhist feel free to explore and see for yourself if Buddhist truly is the Truth and if it delivers what it promises to deliver and that is freedom from suffering.
Do not want to become a Buddhist before testing it out.

Once you have affirmed yourself yes you do want to become a Buddhist then take the steps
that are necessary to be a Buddhist with firm conviction and with a firm resolve that you will succeed to be a good Buddhist and will indeed one day achieve the crown in Buddhism that every Buddhist aims for and that is the Buddhahood.

There are indeed many different paths in Buddhism but the basis foundation of Buddhism is the same: that is
- to keep the precepts
- to meditate
- to have wisdom.

If you keep the above three it is a matter of time that you will free liberated from the suffering in life and if you keep up with your effort and keep fine tuning the above three one day you shall attain Buddhahood.

Palms together
Deep bows,
Des/boo-ngoh

What is right:

Certain word used in Buddhism are unique in meaning for each individual and that is why
there is no set template for practice in Buddhism.

Take for example the word RIGHT.

The word RIGHT in Buddhism is not the opposite of wrong, is not the opposite of left, is not exactly the same as what is right for another person.
You are left to explore that RIGHT by yourself. in case you have absolute faith in your master
and the master is capable, then that master will know what is RIGHT for you.

That's the only two ways i know to find out the RIGHT.

Of course if Buddha were alive Buddhs could find that RIGHT for you.
Do not go refer to a book to find out that RIGHT. you won't find it.

Do not go casually go asking around that RIGHT, no one has that answer for you.
Do not be so smart too and test out your potential master what that RIGHT is and blame those
who give you the wrong answer.

That's not the right way to find a master, and not the right way to find that RIGHT.
DEPENDING ON YOUR PAST KARMA, your RIGHT is unique like no one else because
your past Karma is unique.

Don't try having more that one master and you will end up with more than one right and all those rights are wrong not because of the masters but because of your own confusion and impurity in your mind.

The first step to take in finding out the RIGHT is to be self responsible, and to stop wanting to find blame on others, and to stop PRETENDING what you are not.

Be serious in wanting to be a Buddhist, and be serious in wanting to find what is RIGHT
for you by yourself or through your faith in the master.

Palms together
Deep bows,
Des/boo-ngoh

Why You Still Suffer

Why do you still suffer and see no change in your suffering?Because you still cling to the self and wax and wane between self and no-self.When your mind is not obscured and you are in the mode of (1) no-self, you see (2) suffering, which is good, and you could have seen the (3) change if you kept with the mode of no-self.But you switch and cling to the self; therefore, you see no change, so your suffering does not stop and does not change.Stop going back and forth between self and no-self.If you stay with no-self, you will see(1) change,(2) suffering but no sufferer,(3) no intrinsic self.So which one will you rather be: self, or no-self?~ Desmond Chiong