Minggu, 09 Maret 2008

[Truthbuddha] (Tipitaka) Kecewa

Kisah Lima Ratus BhikkhuAtas permintaan seorang brahmana dari Veranja, Sang Buddha pada suatusaat tinggal di Veranja bersama lima ratus orang bhikkhu. Ketikaberada di Veranja sang brahmana lalai untuk memperhatikan kebutuhanhidup mereka. Penduduk Veranja yang kemudian menghadapi kelaparan,hanya dapat mempersembahkan sangat sedikit dana pada saat bhikkhuberpindapatta. Kendatipun mengalami penderitaan para bhikkhu tidakberputus asa. Mereka hanya cukup mendapatkan makanan berupapadi-padian yang dipersembahkan para penjual kuda setiap hari. Saatakhir masa vassa tiba, setelah memberitahu sang brahmana, Sang Buddhakembali ke Vihara Jetavana beserta lima ratus bhikkhu. MasyarakatSavatthi menyambut kedatangan mereka dengan bermacam-macam pilihanmakanan.Sekelompok orang yang hidup bersama para bhikkhu, memakan makanan yangtak dimakan oleh para bhikkhu. Mereka makan dengan rakus seperti orangyang benar-benar lapar, dan pergi tidur setelah mereka makan. Setelahbangun tidur, mereka bersiul, bernyanyi dan menari, mereka membuatsuatu keributan.Ketika Sang Buddha datang sore hari di tengah-tengah para bhikkhu,para bhikkhu melaporkan hal itu kepada beliau, perilaku orang-orangyang tidak dapat dikendalikan, dan berkata "Orang-orang ini hidupdengan sisa makanan, bersikap sopan, dan berperilaku baik ketika kitasemua menghadapi penderitaan dan kelaparan di Veranja. Sekarang merekacukup mendapat makanan yang baik, mereka bersiul, menyanyi, danmenari, serta membuat keributan di antara mereka sendiri. Berbedadengan para bhikkhu. Para bhikkhu bagaimanapun keadaannya memilikiperilaku yang sama, baik di sini maupun di Veranja."Kepada mereka Sang Buddha menjawab "Itu merupakan sifat alamiah dariorang bodoh, penuh dengan duka cita dan merasa tertekan ketika merekadalam kesulitan, tetapi penuh dengan suka cita dan merasa gembiraketika sesuatu berjalan lancar. Orang bijaksana bagaimanapunkeadaannya dapat bertahan dalam gelombang kehidupan baik naik maupunturun."Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 83 berikut ini:Orang bajik membuang kemelekatan terhadap sesuatu,orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsukeinginan.Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan,Orang bijaksana tidak menjadi gembira maupun kecewa.

Tidak ada komentar: