Minggu, 27 Januari 2008

"Bagaikan ladang" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Sang Buddha, yang berdiam di Tempat Memberi MakanTupai, di Hutan Bambu di Rajagaha mengisahkan ceritamengenai peta yang dahulunya adalah putra seorangpedagang kaya.Dikisahkan bahwa di Rajagaha ada seorang pedagangkaya raya yang memiliki kekayaan yang luar biasabesarnya. Harta bendanya amat banyak, sumber-sumbermaterinya melimpah, dan tak terhitung harta yangterkumpul, berkoti-koti2 banyaknya. Karena memilikikekayaan yang demikian besar dia dikenal sebagaiMahadhanasetthi. Anaknya hanya satu, dan putra tunggalini amat disayangi dan dibanggakan. Ketika putranyamencapai usia akil balik, orang tuanya berpikir,'Seandainya putra kita membelanjakan seribu (keping)setiap hari bahkan selama seratus tahun pun, kekayaanyang terkumpul ini tidak akan habis. Maka biarlah diamenikmati harta benda ini sesukanya. Tak perlu diamenanggung beban bersusah payah lewat tubuh danpikiran karena harus mempelajari suatu keterampilan.'Maka putranya ini tidak disuruh mempelajariketerampilan apapun. Ketika dia sudah dewasa, orangtuanya mencarikan istri dari keluarga baik-baik yangmasih muda, cantik dan mempesona. Namun gadis yangmenggiurkan ini mengabaikan hal-hal spritual. Ketikadimabuk kenikmatan cinta dengan istrinya, laki-lakimuda ini sekilas pun tidak mempunyai minat pada Dhammadan tidak memiliki rasa hormat terhadap para petapadan brahmana serta orang-orang yang pantas dihormati.Dan karena dikelilingi oleh orang-orang jahat, diabergembira dan bergelimang di dalamkenikmatan-kenikmatan lima indera. Di dalamkebodohannya, secara membuta dia terus mengejarkesenangan-kesenangan indera. Demikianlah diamenghabiskan waktunya.Setelah kedua orang tuanya meninggal, diamenghamburkan kekayaannya sepuas hati pada parapenyanyi dan penari dan sebagainya. Tidak lamakemudian (kekayaannya) habis. Namun dia masih dapatbertahan hidup setelah memperoleh pinjaman. Ketika takada lagi yang mau memberikan pinjaman dan diadikejar-kejar oleh para kreditornya, maka tanahnyayang subur, rumahnya dan sebagainya pun berpindahtangan. Dia pun terpaksa tinggal di bangsal kota yangdibangun untuk fakir miskin. Dia makan (apa yangdiperolehnya) setelah berkelana mengemis denganmangkuk di tangan.Pada suatu hari, beberapa perampok yang berkumpulberkata kepadanya, 'Wahai, kawan, mengapa kamu hidupsusah? Kamu masih muda, kuat, gesit dan punyakekuasaan. Mengapa berperilaku seolah-olah tidak punyatangan dan kaki? Ayo, mencurilah bersama kami. Nantikamu akan bisa memperoleh kekayaan orang dan bisahidup enak.' 'Aku tidak tahu bagaimana caranyamencuri,' jawabnya. 'Kami akan melatihmu. Lakukan sajasegala yang kami katakan,' kata para perampok itu.'Baiklah,' dia menyetujui dan pergi bersama mereka.Para perampok itu kemudian memberinya tongkat besardan mereka membobol sebuah rumah. Ketika akan masuk,mereka menyuruh dia berjaga-jaga di mulut lorong.'Jika ada orang lain yang datang ke sini, bunuhlah diadengan sekali pukul memakai tongkat ini.' Buta karenaketololan dan ketidaktahuan tentang apa yang baik atauburuk baginya, dia berdiri di situ, melihat ke sanakemari kalau-kalau ada orang yang datang, sementarapara perampok memasuki rumah dan mengambil segala yangdapat diambil. Begitu (keberadaan mereka) ketahuan,para perampok itu pun segera lari lintang pukang kesegala arah. Para penghuni rumah yang terbangun cepatmengejar sambil menengok ke sana kemari ke segalaarah. Mereka melihat laki-laki yang berdiri di pintumasuk para perampok. Itu dia, perampok jahat itu!'teriak mereka. Maka laki-laki itu pun ditangkap dandipukuli dengan tongkat dan sebagainya pada tangan dankakinya. Lalu dia dibawa ke hadapan raja. 'Padukaraja, inilah perampok yang tertangkap di mulutlorong.' kata mereka. 'Penggal kepalanya!' perintahraja kepada penjaga-kota. 'Baik, Paduka,' katapenjaga-kota. Laki-laki itu lalu ditangkap. Tangannyadiikat di balik punggung. Lehernya dikalungi rangkaianbunga kanavira merah, dan kepalanya diolesibubuk-bata. Lalu dia dicambuki sambil digiring menujutempat eksekusi. Di sepanjang jalan, genderang hukumanmati terus dipukul. Dia berjalan dari satu jalan kejalan lain, dari satu persimpangan ke persimpanganlain, sambil diiringi teriakan, 'Inilah perampok yangmenjarah dan telah tertangkap di kota ini.'Kebetulan pada saat itu ada pelacur kota bernamaSulasa yang sedang berdiri di istana. Ketika melihatkeluar melalui jendela kisi-kisi, dia melihatlaki-laki itu digiring sedemikian. Karena telahmengenalnya di masa lalu, muncul belas kasihan didalam diri wanita itu. Dia berpikir, 'Dahulu laki-lakiini luar biasa kaya raya di kota ini, tetapi sekarangdia mengalami nasib buruk sampai seperti ini. Sungguhamat menyedihkan dan menyiksa.' Maka pelacur itumengirimkan empat manisan serta air, dan menyuruhseseorang menyampaikannya kepada penjaga-kota, 'Sayamohon tuan yang terhormat mau berhenti sampailaki-laki ini makan manisan dan minum air ini.' Selamamereka beristirahat, Y.M. Mahamoggallana melihatkesedihannya ketika beliau mengamati (dunia) denganmata batinnya. Hatinya tergerak karena welas asihnyadan beliau berpikir 'Laki-laki ini belum melakukanperbuatan-perbuatan yang berjasa, dia (hanya)melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat. Akibatnya,dia akan muncul di neraka. Tetapi jika aku pergi (kesana) dan dia memberikan manisan dan air itu kepadaku,dia akan terlahir di antara para dewa bumi. Akanmerupakan hal yang baik jika aku membantunya.' Makabeliau pun muncul di hadapan laki-laki itu ketikamanisan dan air itu dibawa kepadanya. Ketika melihatpetapa Thera itu, laki-laki itu berpikir dengan rasabakti di hatinya, 'Apa gunanya manisan ini bagi orangyang akan dibunuh? Sebaliknya, manisan ini akanmenjadi bekal bagi orang yang akan menuju ke dunialain.' Maka dia menyuruh agar manisan dan air itudiberikan kepada Mahamoggallana Thera. Untukmeningkatkan rasa bakti laki-laki itu, sang Thera lalududuk di suatu tempat yang dapat dilihat untuk makanmanisan dan minum air itu. Kemudian beliau bangkit danpergi. Laki-laki itu digiring algojo lagi menujutempat hukuman mati dan dipenggal kepalanya.Sebenarnya, dia pantas terlahir di devaloka yang lebihtinggi" sebagai hasil dari perbuatan jasa yangdilakukannya dengan rasa hormat kepada MahamoggallanaThera, yang merupakanladang-jasa-yang-tiada-bandingnya. Namun karena diaberpikir, 'Aku berhutang budi pada Sulasa yangmenyebabkan aku memperoleh persembahan-jasa ini',pikirannya pada saat kematiannya dipenuhi oleh rasacinta yang ditujukan pada Sulasa. Oleh karena itu diamuncul di tingkat yang lebih rendah, yaitu sebagaidewa-pohon di pohon beringin yang besar di antaraketeduhan pepohonan rimbun di gunung.Dikatakan, bahwa seandainya saja di masa mudanyalaki-laki itu sudah bekerja keras dan melanjutkangaris keluarganya, dia akan menjadi orang palingterkemuka di antara para pedagang kaya di kota itu,sedangkan seandainya dia bekerja keras pada waktutengah-baya, dia akan memiliki (status) menengah. Danseandainya dia bekerja di hari tuanya, dia akanmemiliki (status) terendah. Tetapi seandainya saja dimasa mudanya dia telah meninggalkan keduniawian, diaakan menjadi seorang arahat, sedangkan jika diameninggalkan keduniawian di tengah-baya, dia akanmenjadi Yang-tidak-kembali-lagi atauYang-kembali-sekali-lagi. Dan seandainya diameninggalkan keduniawian di usia tua, dia akan menjadisotapanna. Namun dikatakan bahwa akibat pergaulannyadengan teman-teman yang jahat, dia menjadi tidakterhormat, berperilaku buruk, suka berpesta poradengan para wanita dan minum-minum, sehingga akhirnyadia menghamburkan semua harta kekayaannya dan jatuhpada penderitaan yang besar itu.Beberapa waktu kemudian, dia melihat Sulasa yangpergi ke taman. Karena nafsu birahi dan keinginan yangbesar, dewa itu lalu menimbulkan kebutaan pada Sulasadan membawa Sulasa ke alamnya. Setelah hidup secaraintim dengan Sulasa selama tujuh hari, dewa itukemudian berterus terang tentang identitasnya.Sementara itu, ibu Sulasa, yang tidak dapat melihatanaknya, pergi ke sana kemari sambil menangis.Orang-orang yang melihatnya berkata, 'Y.M.Mahamoggallana memiliki kemampuan batin yang luarbiasa. Beliau pasti tahu di mana Sulasa berada.Pergilah ke sana untuk bertanya.' 'Baik, sahabat'. Siibu lalu menghadap sang Thera dan menanyakan hal itu.Sang Thera berkata, 'Tujuh hari dari sekarang, kamuakan melihat Sulasa di pinggir kerumunan orang ketikaSang Buddha sedang mengajarkan Dhamma di Mahavihara diHutan Bambu.' Sulasa kemudian berkata kepada devaputtaitu, 'Tidaklah pantas bila aku berdiam di alammu. Hariini adalah hari ketujuh, dan ibuku yang tidak dapatmelihatku sudah amat khawatir dan sedih. Bawalah akukembali ke sana, dewa.' Dewa itu lalu membawa kembaliSulasa ketika Sang Buddha sedang mengajarkan Dhamma diHutan Bambu dan meletakkan Sulasa di tepi kerumunanorang, sedangkan dia berdiri tak terlihat (disampingnya). Ketika melihat Sulasa, orang-orangberkata, 'Wahai Sulasa, ke mana saja kamu selamaberhari-hari? Karena kamu tidak kelihatan, ibumumerasa amat cemas dan sedih seperti orangkebingungan.' Sulasa pun menceritakan kejadian itukepada orang-orang itu dan mereka bertanya, 'Bagaimanalaki-laki itu bisa muncul sebagai dewa, padahal yangdia lakukan hanyalah perbuatan-perbuatan jahat dan diatidak melakukan perbuatan-perbuatan baik?' Sulasamenjawab, Dia memberi kepada Y.M. Mahamoggallanamanisan dan air yang kuberikan kepadanya. Karenaperbuatan jasa inilah dia muncul sebagai dewa.' Ketikaorang-orang mendengar hal ini, mereka merasa amattakjub dan heran. Mereka merasaka suka-cita dankepuasan yang amat tinggi karena berpikir, 'ParaArahat memang benar-benar merupakan ladang-jasa yangtiada bandingnya di dunia ini -bahkan pelayanan yangpaling kecil pun pada mereka dapat membuat paramakhluk muncul sebagai dewa.'Para bhikkhu mengajukan persoalan itu kepada SangBuddha yang kemudian mengucapkan syair-syair inikarena munculnya suatu kebutuhan pada saat itu:1 'Bagaikan ladang adalah para Arahat, bagaikanpengolah adalah mereka yang memberi; bagaikan benihadalah persembahan-jasa itu: dari inilah maka buahdihasilkan.(mereka pun seperti ini, bagaikan ladang. Artinya,para Arahat mirip ladang yang siap dibajak. Arahat(Arahanto): adalah orang yang telah menghancurkansegala asava. Mereka disebut 'Arahat' karenamusuh-musuh (arinam) berupa kekotoran batin dan jeruji(aranam) roda samsara telah dihancurkan (hatatta) olehmereka; karena mereka tetap waspada terhadapnya(arakatta);2 karena mereka pantas (arahatta)memperoleh kebutuhan pokok dan sebagainya; dan karenamereka tidak melakukan perbuatan jahat apapun,sekalipun secara sembunyi-sembunyi (arahabhava).Berkenaan dengan ini, sebagaimana ladang yangdipersiapkan dengan baik dan tidak rusak karena rumputliar dll. jika ditaburi benih akan memberikan hasilyang besar bagi pengolahnya asalkan diairi pada saatyang tepat dan kondisi-kondisi penting lainnyadipenuhi, demikian pula orang yang telah menghancurkanasava di hatinya. Orang yang dipersiapkan dengan baikdan yang tidak ternoda oleh keserakahan dll., jikaditaburi benih (dalam bentuk) persembahan-jasa, akanmemberikan hasil yang besar bagi orang yang memberi,asalkan dilakukan pada waktu yang tepat dankondisi-kondisi penting lainnya dipenuhi. Untuk alasaninilah Sang Buddha mengatakan, 'Bagaikan ladang adalahpara Arahat.' Demikianlah penjelasan lewat `definisimaksimum' karena tidak ada perkecualian juga bagimereka yang masih belajar dll. sebagai ladang itu.Mereka yang memberi (dayaka): para pemberi, merekayang memberikan apa-apa yang dibutuhkan, sepertimisalnya jubah dll. Lewat kedermawanan mereka,orang-orang yang memberi adalah mereka yang memotongkeserakahan dll. dari hati mereka sendiri. Artilainnya, mereka adalah orang-orang yang membersihkandan menjaga hati mereka dari kekotoran batin itu.Bagaikan pengolah (kassakupamma): mirip dengan parapengolah. Sebagaimana pengolah akan memperoleh buahyang unggul dan melimpah dari hasil panennya jika diamembajak sawahnya dll., dan jika dia rajin danbersemangat mengatur urusan siklus dan sistempengairan dan penyebaran dan perlindungan (terhadaphasil buminya), demikian pula orang yang memberi akanmemperoleh hasil yang luar biasa dan melimpah daripemberiannya jika dia rajin dan bersemangat di dalammelayani Arahat, dan jika dia dermawan berkenaandengan persembahan-jasanya untuk para Arahat. Karenaalasan inilah dikatakan, 'Bagaikan pengolah adalahmereka yang memberi'. Bagaikan benih adalahpersembahan jasa itu (bijupamamdeyyadhammam):diberikan dengan berbagai macam jenis. Artinya,persembahan-jasa itu mirip dengan benih, karena inimerupakan sebutan bagi sepuluh jenis benda yang akandiberikan, seperti misalnya makanan dan minuman dll.Dari inilah maka buah dihasilkan (etto nibbattatephalam) berarti bahwa dari hal-hal ini, dari(berkenaan dengan) si pemberi, si penerima danperbuatan mempersembahkan jasa inilah maka buah daripemberian itu dihasilkan, muncul dan terus ada sebagaiperpaduan dalam waktu yang cukup lama.)2 Benih, ladang dan pengolahan ini (diinginkan) bagipara peta dan bagi orang yang memberi; para petamemanfaatkan ini, sedangkan si pendana tumbuh melaluijasa itu.(Bagi siapakah tiga hal ini paling dibutuhkan? Beliaumengatakan, 'bagi para peta dan bagi orang yangmemberi.' Jika si pemberi memberikan persembahan atasnama para peta itu, maka benih ini, pengolahan ini,dan ladang ini akan amat bermanfaat bagi para peta itudan juga bagi si pemberi, sedangkan jika diamemberikan persembahan bukan atas nama para peta itu,maka manfaatnya hanyalah bagi si pemberi saja-demikianlah artinya. Kemudian untuk menunjukkanmanfaat ini dikatakan `para peta memanfaatkan inisedangkan si pemberi tumbuh melalui jasa itu'. Di sinipara peta memanfaatkan ini (tam peta paribhunjanti):bila suatu persembahan diberikan oleh si pemberi atasnama para peta, maka para peta mempergunakan buah daripemberian itu, dan ini akan bermanfaat bagi para petakarena mereka berhasil dalam hal pencapaian ladang,pengolahan, dan benih yang telah disebutkansebelumnya, juga bagi penghargaan (yang ditunjukkanoleh para peta). Sedangkan si pemberi tumbuh melaluijasa itu (data punnena vaddhati): sedangkan si pemberi-karena perbuatan jasanya yang berlandaskan padaperbuatan memberi itu- lewat akibat tindakannya ituakan lebih bergembira di antara para dewa danmanusia'.)3 Setelah melakukan di sini apa yang bermanfaat dansetelah menghormati para peta, setelah melakukantindakan yang menjanjikan keberhasilan itu, maka diaakan pergi menuju ke alam surga.'(Setelah menumpuk di sini, di dalam kehidupan inijuga, jasa yang berdasarkan pada perbuatan memberilewat (memberi) atas nama para peta, dan yangbermanfaat karena menghasilkan kesejahteraan yangtak-ternoda. Dan setelah menghormati para peta (peteca patipujayam): menghormati lewat pemberian atas namapara peta itu sehingga mereka terlepas darikesengsaraan yang sedang mereka jalani. Perbuatanmemberi yang dilakukan atas nama peta itu disebut'menghormati mereka.' Karena alasan inilah makadisebutkan, 'Karena penghormatan telah diberikankepada kami' dan `Dan penghormatan tertinggi telahdiberikan kepada para peta'. Dan (menghormati) parapeta (pete ca): [9] lewat kata 'dan' tercakupkeuntungan-keuntungan memberi (yang dialami) di dalamkehidupan ini juga, seperti misalnya: dia amatdicintai dan dibanggakan, dia akan dihampiri dandipercayai, dia akan dihormati, dan dia akan dipujidan dihargai oleh para bijaksana; dll. Setelahmelakukan tindakan yang menjanjikan keberhasilan ini,maka dia akan pergi menuju ke alam surgawi (saggan' cakamati thanam kammam katvana bhaddakam): setelahmelakukan tindakan yang menjanjikan keberhasilan, yangindah dan bermanfaat itu, maka dia pergi, diamendatangi dengan cara muncul di alam devaloka, tempatmunculnya mereka yang telah melakukanperbuatan-perbuatan berjasa dan telah memperolehsebutan 'surgawi' (saggam). Alam ini sangat tinggi(sutthuaggatta). di dalam 10 kualitas, sepertimisalnya masa-kehidupan surgawi dll..)1.1 PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA BAGAIKAN LADANG[Khettupamapetavatthuvannana](petavatthu)

Tidak ada komentar: