Selasa, 15 Januari 2008

"berdana bola mata" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Hanya setelah melewati beratus-ratus kesulitan,barulah Sang Buddha menemukan Dharma demi kebajikankita. Memahami akan hal ini, kita harus mendengarkanDharma ajarannya dengan sikap penuh hormat danperhatian yang terpusat.Suatu ketika saat Sang Buddha masih hidup sebagaiBodhisattva, timbunan kebajikan benar yang dikumpulkandalam banyak kehidupan masa lampaunya, menyebabkanbeliau terlahir sebagai Raja Shibi. Menghormati semuayang tua sejak masa kanak-kanak dan santun dalamtingkah lakunya, ia benar-benar sangat dicintai olehseluruh rakyatnya.Diberkati dengan semangat yang tak terbatas,kebijaksanaan, kemuliaan dan kekuatan, paham akanberbagai pengetahuan, juga diberkati dengankeberuntungan, ia memerintah rakyatnya seolah merekaanak-anaknya sendiri. Pada Bodhisattva, segalakemuliaan terbaik, duniawi maupun Dharma, berpadudengan sangat baik, menyingkirkan segala perbedaannya.Keagungan, yang ditiru oleh mereka yang memperolehkedudukan tinggi melalui cara-cara tidak benar,keagungan yang menyebabkan bencana bagi orang-orangbodoh dan memabukkan bagi yang batinnya kasar, telahmenemukan tempat untuk berdiam dalam dirinya.Mengalirkan belas kasihnya bahkan lebih derasdibandingkan mengalirkan harta kekayaannya, rajaterpilih ini merasa bahagia apabila dapat memenuhipermintaan para pengemis, dan ketika melihat wajahgembira mereka. Di seluruh wilayah kerajaannya, iamempunyai balai rumah amal yang didirikan dan diisidengan segala rupa barang-barang kebutuhan serta hasilbumi, yang dapat memenuhi setiap permintaan. Dengankerendahan hati dan kesukacitaan yang besar, sang rajaterus­menerus menumpahkan amal dananya bagaikanderasnya air hujan.Setiap orang miskin diberi apa saja yang merekabutuhkan, disertai dengan keramahan serta tegur sapa.Makanan dibagikan kepada yang lapar, minuman diberikankepada yang haus. Dengan cara yang sama, bahanpakaian, tempat tinggal, busana, wewangian, untaianbunga, perak dan emas, diberikan kepada siapa pun yangmenginginkannya; apa pun yang diminta akan diberikan.Kabar tentang kemurahan hati sang raja tersebar luassampai ke tempat yang jauh, sehingga menyebabkanorang-orang dari berbagai tempat yang jauh berdatanganke sana dengan hati diliputi oleh kesukacitaan, merekatakjub serta girang atas kemuliaannya. Dengan hasratyang kuat bagai seekor gajah yang menuju ke telagaluas, mereka tak ingin lagi mendapatkan pemberian daritempat lain mana pun.Raja senantiasa menyambut para pengemis, memahamibahwa penampilan luar mereka tiada lain merupakanpengharapan dan pikiran mereka hanya dipenuhi olehkeinginan untuk memperoleh. Beliau menerima merekaseolah-olah seperti menerima seorang sahabat yangtelah lama hilang, yang kembali dari tempat yang jauh;matanya terbelalak berseri gembira, beliaumendengarkan permintaan mereka seolah mendengar sebuahkabar gembira. Kebahagiaan para pengemis bahkanmelampaui kebahagiaan sang raja sendiri, merekamenyebarluaskan kabar gembira kemurahan hati sang rajake seluruh negeri di sekelilingnya, sehinggamemudarkan keangkuhan para raja tetangga.Pada suatu hari ketika sang raja mengunjungi balaidananya, mendapati hanya ada sedikit pengemis di sana,hal mana membuatnya menjadi cemas. Kehausan parapengemis pada amal dana mudah sekali dipuaskan, namuntidak demikian dengan kehausan sang raja padakeinginan untuk memberi. "Secepatnya juga akan semakinsedikit yang tersisa untuk didanakan." pikirnya."Alangkah menyenangkan jika ada yang meminta lebih!Terberkatilah pengemis yang darinya datang keinginanmeminta apa saja, meskipun bagian tubuhnya! Darikumereka hanya meminta harta bendaku, seolah takut kalauaku mungkin akan menolak permintaan yang diluarkewajaran."Saat ia membuat pernyataan tersebut, bumi mengetahuitiadanya keterikatan pada dirinya, bahkan terhadaptubuhnya sendiri, bergetar dengan perasaan cintabagaikan seorang istri terhadap suaminya. Begitukuatnya gempa yang terjadi hingga bahkan raja gunungyang bertaburan permata sekalipun, mulai bergelombang;dan Dewa Sakra, Raja Para Dewa, telah keluar untukmengetahui yang menjadi penyebabnya. Mendapat beritabahwa Raja Shibi telah meninggalkan segalaketerikatannya bahkan terhadap daging tubuhnyasendiri, Sakra berpikir dalam kekagumannya:"Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah batin sang rajasedemikian mulianya, apakah ia sedemikian besarkegembiraannya dalam berdana, sehingga rela bahkanmelepaskan anggota tubuhnya sendiri? Aku akanmengujinya."Raja sedang duduk di singgasana di tengah-tengahpertemuannya, yang seperti biasa mendengarkanmereka-mereka yang membutuhkan. Menimbun harta, perak,emas dan juga permata, membuka peti yang berisibusana, demikian pula yang diusung olehbinatang-binatang terlatih, yang dikeluarkan oleh parabendahara. Dari segala penjuru para pengemis berkumpulriuh, di antara mereka terdapat Dewa Sakra, Raja ParaDewa, dalam penyamarannya sebagai seorang brahmana tuayang buta.Brahmana cacat tersebut dengan segera menunjuk matasang raja; raja dengan belas kasih dan tenangmemandangnya seolah hendak merangkul sang brahmanacacat. Para punggawa kerajaan meminta sang brahmanauntuk mengutarakan permintaannya, namun mengabaikanmereka, brahmana tersebut terus mendekati raja."Aku, seorang brahmana tua yang buta, datang daritempat yang sangat jauh, Oh Raja Agung, dengan sangatmemohon pemberian salah satu mata paduka. Kiranya satumata cukup untuk mengatur dunia, Oh Baginda YangBermata Bagai Bunga Padma, Raja Dunia."Sang Bodhisattva merasakan kebahagiaan yang meluap:keinginan hatinya telah terpenuhi. Oleh karenakeinginan hatinya begitu kuat hingga ia bahkan telahmembayangkan. Ingin kembali mendengar permintaantersebut, ia bertanya; "Siapakah yang menyuruhmu,wahai brahmana mulia, untuk meminta salah satu mataku?Bagaimana dirimu dapat mengira bahwa ada manusia yangbahkan akan sanggup melepaskan benda itu? Siapa yangpercaya bahwa aku akan memenuhinya?"Mengetahui kepedulian raja, samaran Dewa Sakramenjawab; "Dewa Sakralah yang memberi tahu kami.Sebuah arca dewa itu telah berbicara kepada kami,berkata agar kami datang kemari dan memohon kepadamu.Yakin bahwa dia benar serta dapat mengabulkankeinginan terdalam kami; karenanya mohon berilah kamisalah satu mata Baginda."Mendengar nama Sakra, raja berpikir; "Pastilahkekuatan para dewa akan membantu memulihkanpenglihatan brahmana ini." Sehingga dengan suara yangmantap dan penuh kegembiraan seraya berkata:"Brahmana, aku akan mengabulkan permintaanmu. Meskipunengkau hanya meminta satu mataku, aku akan memberimukeduanya! Setelah wajahmu dihiasi dengan kedua kuntumpadma yang cemerlang ini, kau pergilah jauh; biarlahkeajaiban ini membuat kagum setiap orang yang kautemui!"Penasihat raja terperanjat dan diliputi kecemasanmengetahui bahwa raja bermaksud hendak memberikanmatanya. "Sri Baginda," ucapnya, "kemurahan hatibaginda telah sampai pada batas ketidakadilan sehinggamenjadi sebuah keanehan! Baginda tak boleh memberikanmata Baginda! Hanya demi kebajikan orang yang lahirdua kali ini (dwijati sebutan bagi seorang brahmana),janganlah melupakan kami semua! Paduka akan menyalakanapi penderitaan pada kami semua setelah sebelumnyaPaduka merupakan sumber dari kenyamanan sertakemakmuran kami."Uang, permata yang cemerlang, kereta, tandu, gajahtangkas yang mengagumkan, kediaman yang sesuai dengansegala musim, yang bergema oleh suara para penari;pemberian yang demikian sudah pantas. Berikanlah yangdemikian, tetapi mohon, jangan berikan mata Paduka,Padukalah mata satu-satunya bagi dunia!"Dan sadarilah hal ini; hanya berkat pengaruhkekuatan para dewalah yang memungkinkan mata seseorangdapat dipindahkan ke orang lain. Meskipun jika hal ituterjadi, mengapa harus mata Baginda? Juga, apamanfaatnya mata itu bagi orang malang sepertinya, bagidia yang hanya akan menjadi saksi kemakmuran oranglain? Beri saja dia uang, bagaimanapun mohon janganlakukan tindakan yang tidak tepat itu!"Sebagai jawaban, raja menatap menterinya dengankelembutan serta keramahan: "Ia yang telah berjanjiuntuk memberi, yang lalu memegangi apa yang akandiberikannya, hanya akan mendapatkan tali keterikatanyang telah dibukanya. Ia yang telah menjanjikan sebuahpemberian, tetapi karena terdorong oleh kepelitan,lalu mengingkari janjinya, harus dianggap sebagaiorang yang sangat tercela. Ia yang memberi harapanpada orang yang membutuhkan, lalu memberi merekapenolakan yang kasar, yang demikian tak patutdiperlakukan lain kecuali dijauhi.""Mengingat bahwa kekuatan para dewa untuk menimbulkanpenglihatan pada mata cangkokan, ketahuilah: Bahkandewa bergantung pada suatu keadaan untuk menimbulkanpengaruh tertentu. Siapakah di antara kita yang dapatberkata bahwa cara seperti apa yang sesuai dengan apayang diharapkan pada akhirnya? Jangan, janganlahmencoba menghalangi maksud hatiku. Aku tetap akanmemberikan mataku kepadanya."Menterinya menjawab: "Kami tidak berusaha menghalangiSri Baginda melakukan perbuatan apa pun yang luarbiasa! Kami hanya sekadar menganalisa bahwa. pemberianbenda-benda, hasil bumi atau emas akan lebih sesuaidaripada memberikan penglihatan paduka.""Apa pun yang diminta itulah yang harus diberikan,"jawab raja. "Memberikan sesuatu yang tidak diinginkantak akan membuat senang. Apa gunanya memberi air padaorang yang sedang hanyut? Aku akan memberi orang iniseperti apa yang diinginkannya."Sebagai reaksi, menteri pertama yang lebih akrabdengan raja dibandingkan para menteri lainnyaberbicara hingga melampaui batas tata krama disebabkankasih sayangnya terhadap sang raja: "Jangan lakukanitu! Dibutuhkan pertapaan yang berat serta meditasiyang lama untuk memperoleh kerajaan seperti ini;kemurahan hati Baginda telah memberi Baginda keagunganserta kemuliaan di antara para dewa. Kerajaan Bagindasebanding dengan kekayaan yang dinikmati oleh DewaIndra, akankah Baginda mengabaikannya! Kini Bagindaingin memberikan kedua mata Baginda, untuk maksud apa?Di bumi ini hal seperti itu belum pernah dilakukansebelumnya! Mahkota para raja menghiasi kakimu;pengorbanan Baginda menempatkan Baginda pada kedudukandewa; kemasyhuranmu bersinar menjangkau hingga ke tempat yang sangat jauh. Apa tujuan yang hendakBaginda raih dengan memberikan matamu?"Raja menjawab dengan sangat menyentuh: "Aku tidakbermaksud menguasai bumi, ataupun mencapai keagungan;aku tidak menginginkan moksha atau kebahagiaansurgawi. Aku melakukan perbuatan ini semata-mata agarpermohonan seorang pengemis dapat terpenuhi, denganharapan dapat menjadi Pelindung Dunia."Sambil mengucapkan kata-kata tersebut, rajamemerintahkan seorang tabib agar mengeluarkan salahsatu matanya, perlahan-lahan dan berhasil. Dengankegembiraan yang tiada terlukiskan is menggenggambulatan bola mata tersebut, yang berseri bagai kuntumbunga utpala, lalu memberikannya kepada sang pengemis.Sakra, Raja Para Dewa, kemudian dengan menakjubkanmemasukkan bola mata tersebut ke dalam kelopak matabrahmana tua, hingga raja bersama semua yang hadirmenyaksikan sebuah mata yang membuka. Perasaan hatinyadipenuhi oleh kebahagiaan murni, raja lalu kembalimemberikan matanya yang satu lagi.Wajah raja kini menjadi bagaikan kolam teratai yangkehilangan bunga, dengan raut muka yang memancarkankegembiraan, perasaan gembira yang tiada dirasakanoleh orang lain, yang hanya melihat bahwa raja telahmenjadi buta dan brahmana telah mendapatkanpenglihatannya dari raja. Dari dalam ruangan istana,hingga jauh ke wilayah kota, air mata kesedihan telahtumpah, sebaliknya Sakra diliputi oleh rasapenyesalan, mengetahui bahwa raja tak bergeming darikeinginannya untuk mencapai Kebuddhaan Yang Sempurna."Betapa teguhnya!" pikirnya "betapa baiknya inginmenolong makhluk lain! Betapa berbelas kasihnya!Meskipun aku menyaksikannya, sulit bagiku untukmempercayainya! Sangatlah tidak tepat manusia yangsedemikian baiknya harus mengalami kesulitan lebihlama lagi! Aku akan segera menunjukkan padanya caramemulihkan penglihatannya."Ketika waktu telah menyembuhkan lukanya, dan telahmeredakan kesedihan semua orang di istana sertaseluruh penduduk negeri, sang raja bermaksud pergimenyepi, pada suatu hari pergi ke taman kerajaan,duduk bersila di dekat sebuah kolam teratai. Seluruhpohon di sekelilingnya merunduk sarat oleh bunga, riuholeh dengung suara lebah. Angin sepoi-sepoi bertiup,sejuk serta berbau harum.Tiba-tiba, raja merasakan ada yang datang. "Siapaitu?" tanyanya. "Sakra, Raja Para Dewa," jawab Sakra.Menyampaikan hormat pada Sakra, raja lalu bertanya apayang dapat dilakukan baginya. Dewa Sakra menjawab:"Aku datang untuk mengabulkan apa yang menjadikeinginanmu. Sekarang apa yang kauinginkan, wahaiPangeran Suci? Katakan kepadaku, aku akanmengabulkannya."Raja terperanjat, mengingat bahwa biasanya dialahyang memberi, bukannya menerima. "Aku telah memilikiharta berlimpah, Oh Sakra, bala tentaraku juga sangatbesar dan kuat. Akan tetapi kebutaanku, membuat dirikutak dapat lagi melihat wajah gembira para pengemissetelah aku memberi apa yang mereka inginkan.Karenanya hanya kematianlah yang sesuai bagiku kini.Kematianlah yang kuinginkan.""Jangan sampai berpikir seperti itu!" ujar Sakra."Lebih baik, sampaikan kepadaku apa yang sebenarnyakaurasakan, Oh Raja, apa yang kaupikirkan tentang parapengemis, hingga mereka membuatmu begitu menderita.Katakanlah! Katakan kepadaku apa yang ada di dalamhatimu, mungkin engkau akan segera merasa lega."Sang Raja menjawab: "Mengapa engkau menyangka bahwahanya dengan memulihkan penglihatanku akan membuatkumerasa cukup? Dengarlah ini, bagaimanapun, jika engkaumemaksa; sebagaimana kenyataan bahwa kegembiraanseorang pengemis adalah bagaikan berkah bagipendengaranku, demikianlah hal yang sangat kuinginkanadalah memulihkan kembali salah satu mataku!"Tak lama setelah raja mengucapkan kata-kata tersebut,berkat kekuatan kebenaran kata-kata sertakebajikannya, salah satu mata sang raja pulih kembali,sebuah kuntum padma yang dilingkari oleh permataindranila. Dengan gembira raja melanjutkan; "Dansebagaimana kenyataan kebenaran ketika aku mengetahuibetapa bahagianya memberikan kedua mataku kepada orangyang hanya minta satu, untuk itu semoga dengan pastiaku mendapatkan mataku yang satu lagi."Sekali lagi, setelah ia mengucapkan kata-katatersebut tak begitu lama matanya yang satu lagimuncul, keindahannya sebanding dengan yang pertama.Gunung berguncang, samudra bergolak, suara genderangsurgawi terdengar dengan jelas dan berirama. Angkasamenjadi terang benderang oleh cahaya matahari bagaikanmusim gugur, berbarengan dengan tiada terhingga bungaserta, serbuk cendana terhambur dari angkasa. Paradewa serta makhluk-makhluk surgawi lainnya dengansegera menu] u ke tempat tersebut, mata merekaterbelalak menyaksikan spa yang terjadi, hati semuamakhluk diliputi oleh perasaan sukacita yang luarbiasa.Dari kesepuluh penjuru, nyanyian puji-pujiandilantunkan oleh makhluk-makhluk yang memilikikekuatan gaib. Dalam kegembiraan serta kesukacitann,mereka berkata; "Betapa hebatnya belas kasihnya!Betapa lembut serta murni batinnya! Betapa kecilkepeduliannya pada kebahagiaan pribadi! Hormatpadanya, sang pahlawan yang siaga, sebagaimana matapadmamu yang telah pulih, demikianlah dunia kinimendapatkan kembali pelindungnya! Setelah begitu lama,kebajikan menjadi pemenangnya!""Bagus, bagus," ucap Sakra memuji. "Disebabkan olehperasaanmu yang memahamiku dengan balk, Oh Raja YangBerhati Suci, aku mengembalikan kedua matamu. Dandengan kedua mata itu engkau kini akan dapat melihatjauh ke segala penjuru, tak akan terhalang bahkan olehgunung sekalipun." Setelah itu Dewa Sakra menghilang.Bodhisattva, diiringi oleh para punggawanya yangtakjub tertegun, kembali ke istana dalam sebuaharak-arakan. Di sana rakyat menegakkan benders sertaumbel-umbel seolah sedang berlangsung sebuah perayaan.Para brahmana memberkati kerajaannya denganberibu-ribu kebajikan. Duduk di dalam balai pertemuandi hadapan sejumlah besar Para menteri, brahmana, Paratetua serta rakyat dari kola maupun desa, Bodhisattvamengajarkan Dharma berdasarkan pengalaman pribadinya:"Siapakah di antara kalian yang kini lemah dalammelakukan amal dana? Mengingat bahwa kalian telahmelihat mataku, mata yang memiliki kekuatan dewa, yangdiperoleh dari kebajikan beramal dana. Dengan mata iniaku dapat melihat segala sesuatu yang berada sejauhberibu-ribu kilometer; aku dapat mellhat melintasipegunungan tinggi, sejelas aku meliliat ruangan balaipertemuan ini. Apakah yang lebih membawa kebajikankebahagiaan selain kemurahan hati, belas kasih dandisiplin diri? Dengan melepaskan mata manusiaku, akumendapatkan penglihatan dewa."Memahami hal ini, Para Shibiku, lipat gandakanlahkekayaanmu dengan menggunakannya dengan benar. Inilahjalan menuju keagungan dan kebahagiaan, baik di duniaini maupun sesudahnya. Harta sesungguhnya tak berartibegitu saja, hingga ia menjadi kebajikan seseorang; iadapat diberikan bagi kebajikan yang lain. Hanya dengansikap yang demikianlah ia akan menjadi harta karun;kepelitan, membuatnya sia-sia."Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana SangBuddha mendapatkan Dharma dengan menjalani berbagaipertapaan, dan betapa pentingnya mendengarkan Dharmadengan penuh hormat. Mengetahui keagungan SangTathagata, serta buah kebajikan semasa hidupnya, orangmemuji kemuliaan belas kasihnya serta bangkit rasahormatnya. Demikianlah, timbunan kebajikan seseorang,memungkinkan dalam hidupnya yang sekarang mendapatkansesuatu berkat berkembangnya kekuatan agung sertamengalirnya keagungan.SHIBI JATAKAKELAHIRANNYA SEBAGAI RAJA SHIBI

Tidak ada komentar: