Senin, 28 Januari 2008

(Tipitaka 70) Bulan : Kisah Jambuka Thera

Jambuka adalah seorang hartawan di Savatthi. Berkaitan denganperbuatan buruk yang dilakukannya di masa lampau, ia harus dilahirkandengan kelakuan yang sangat aneh.Ketika masih anak-anak, ia tidur di lantai tanpa alas kasur, danmemakan kotorannya sendiri sebagai ganti nasi. Ketika ia bertambahdewasa, orang tuanya mengirim kepada Ajivaka, pertapa telanjang.Ketika pertapa itu mengetahui kebiasaan makannya yang aneh, merekamengirim Jambuka pulang ke rumah. Setiap malam ia makan kotoranmanusia. Setiap hari berdiri dengan satu kaki, dan membiarkan mulutnyaterbuka.Ia selalu mengatakan bahwa ia membiarkan mulutnya terbuka, sebab iahidup dari udara dan berdiri dengan satu kaki, sebab akan memberatkanbumi untuk mengangkatnya. "Saya tidak pernah duduk, saya tidak pernahtidur," ia berbangga diri, dan oleh karena itu ia dikenal dengan namaJambuka, orang congkak.Beberapa orang mempercayainya dan beberapa orang mau datang kepadanyauntuk berdana makanan. Jambuka akan menolak dan berkata, "Saya tidakmenerima makanan selain udara." ketika dipaksa, dia menerima sedikitdana makanan tersebut, kemudian ia akan memberikan segenggam rumputkusa kepada orang yang berdana makanan itu dan berkata: "Sekarangpergilah, semoga ini dapat memberikan kebahagiaan bagi anda."Dengan cara ini, Jambuka hidup selama lima puluh lima tahun telanjang,dan hanya makan kotoran manusia.Suatu hari Sang Buddha melihat bahwa Jambuka akan mencapai tingkatkesucian arahat dengan segera. Maka suatu sore Sang Buddha pergi ketempat tinggal Jambuka dan menanyakan di mana tempat bermalam.Jambuka menunjukkan sebuah gua yang ada di gunung tidak jauh darilempengan batu tempat tinggalnya.Selama malam pertama, kedua, dan ketiga, dewa-dewa Catumaharajika,Sakka, dan Mahabrahma datang untuk memberikan penghormatan secarabergantian kepada Sang Buddha. Pada ketiga kesempatan tersebut, hutanitu terang benderang dan Jambuka menyaksikan ketiga cahaya tersebut.Pagi harinya, ia mengunjungi Sang Buddha dan bertanya tentang cahayatersebut.Ketika diberitahu bahwa dewa-dewa, Sakka dan Mahabrahma datangmemberikan hormat pada Sang Buddha, Jambuka sangat tertarik danberkata kepada Sang Buddha: "Anda pasti benar-benar orang besar bagipara dewa, Sakka, dan Mahabrahma, sehingga mereka datang danmemberikan hormat kepadamu. Tidak seperti saya, meskipun saya telahberlatih hidup sederhana selama 55 tahun, hidup dari udara dan berdiridengan satu kaki, tidak satu dewa pun, tidak juga Sakka, Mahabrahmamengunjungiku."Sang Buddha berkata kepadanya, "O, Jambuka! Kamu dapat menipu oranglain, tetapi kamu tidak dapat menipuku. Saya tahu bahwa selama 55tahun kamu telah makan kotoran dan tidur di tanah."Lebih jauh Sang Buddha menerangkan kepadanya bagaimana kehidupannyayang lampau pada masa Buddha Kassapa, Jambuka telah menghalangiseorang thera untuk berkunjung ke rumah umat awam yang ingin berdanamakanan dan bagaimana ia telah melemparkan semua makanan yangdikirimkan untuk thera tersebut. Karena kejahatannya itu, Jambukasekarang makan kotoran dan tidur di tanah. Mendengar penjelasantersebut, Jambuka sangat terkejut dan menyesal telah berbuat jahat dantelah menipu orang lain.Ia berlutut di hadapan Sang Buddha, dan Sang Buddha memberinyaselembar kain untuk dikenakan. Sang Buddha memberikan khotbah; danpada akhir khotbah, Jambuka mencapai tingkat kesucian arahat sertamenjadi murid Sang Buddha.Murid Jambuka dari Anga dan Magadha datang dan mereka sangat terkejutmelihat Jambuka bersama Sang Buddha. Jambuka menjelaskan kepada merekabahwa ia telah menjadi murid Sang Buddha.Kepada mereka Sang Buddha berkata, meskipun guru mereka telah hidupdengan sederhana dengan makan makanan yang sangat sederhana, hal itutidak bermanfaat, walaupun seperenambelas bagian dari latihan danperkembangannya saat ini.Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 70 berikut:Biarpun bulan demi bulan orang bodoh memakan makanannya dengan ujungrumput kusa,namun demikian ia tidak berharga seperenambelas bagian dari merekayang telah mengerti Dhamma dengan baik.

Tidak ada komentar: