Minggu, 27 Januari 2008

"Bubur" Setetes Dhamma Sebongkah Berlian

Pemberian apa pun yang keluar dari ketulusan hati,dan diberikan kepada penerima yang pantas, akanmengakibatkan pahala yang besar. Tiada pemberian yangseperti ini, betapapun kecilnya, yang tidakmendatangkan kebajikan.Pada suatu ketika, saat Sang Buddha masih sebagaiBodhisattva, beliau hidup sebagai seorang raja agungdi Koshala. Bersemangat, bijak, mulia, berkuasa;kesemua itu serta berbagai kemuliaan raja lainnya,telah membuatnya berada dalam keagungan. Namundemikian kekuatan kemuliaannya yang melampaui semuayang lain adalah bakatnya dalam mengumpulkan kekayaan.Diperkaya oleh kecakapannya yang demikian,kemuliaannya yang lain juga bersinar terang, bagaicahaya agung bulan yang membubung di musim gugur.Keberuntungan mengikutinya ke mana pun sepertiseorang kekasih, menjauhi musuh-musuhnya danmemperlakukan para punggawanya dengan kasih sayang.Meskipun rasa keadilannya mencegahnya melakukankejahatan terhadap makhluk hidup, nasib baiknyaseolah­-olah para musuh tak berkembang meski ia tidakberusaha menindas mereka.Ketika itu secara kebetulan pada suatu hari sang rajateringat kembali pada kehidupannya yang lampau, dimana kejadian tersebut sangat mengejutkannya. Akibatingatan tersebut raja kemudian meningkatkan kegiatanamal dananya yang ditujukan kepada para sramana sertabrahmana, orang-orang miskin, cacat dan yang tanpapenolong. Mengingat bahwa pemberian merupakan dasardan sebab bagi kebahagiaan. Meningkat dari yangsebelumnya, ia berusaha untuk melaksanakan perilakuyang baik; jauh melampaui yang pernah dijalaninya,yang hanya ditekankan pada hari-hari suci saja.Berusaha memberi suri teladan pada rakyatnya mengenaikekuatan perbuatan baik, setiap hari raja membuatpernyataan yang sama baik di dalam balai pertemuannyamaupun di dalam istananya. Demikianlah ucapan yangkeluar dari lubuk hatinya dengan penuh perasaan:"Berikan hormat pada Sang Buddha, tak soal betapapunkecil tampaknya itu, akan membawa pahala yang takterlukiskan. Ini pernah didengar sebelumnya, tapisekarang usahakan agar meningkat. Lihatlah disekelilingmu, dan ketahuilah kekayaan yang diakibatkanoleh sedikit bubur, tanpa garam, kasar dan kering!"Bala tentaraku yang kuat dengan kereta-keretanyayang mengagumkan, kuda-kudanya yang tangguh dangajah-gajahnya yang ganas dengan belalainya yang birugelap; kekayaanku yang tak terhingga; keberuntungan;berkuasa di atas bumi; istriku yang terpuji, lihatlahpahala kebajikan, semuanya berasal dari sedikitbubur!"Bahkan meskipun raja terus-menerus mengucapkankata-kata tersebut setiap hari, tak seorang pun,termasuk para menterinya, para brahmana sepuh yangterhormat, dan juga penduduk kota – tak seorang punyang berusaha untuk menanyakan maksudnya, meski semuadiliputi oleh kebingungan.Tak terkecuali permaisurinya sendiri yang jugabingung terhadap apa yang terus-menerus diucapkan olehsang raja. Merasa bebas untuk bertanya kepadasuaminya, suatu hari, pada saat berlangsung suatupertemuan yang lengkap, ia melihat kesempatan untukbertanya:"Suamiku, sekarang sepanjang waktu, siang dan malam,engkau terus-menerus mengulang-ulang kata-kata tentangsedikit bubur. Engkau mengucapkannya dengan penuhperasaan hingga membuat kami dipenuhi perasaanbingung. Kata-kata Paduka pasti tidak menunjuk padasuatu rahasia, karena diucapkan dengan cara yangbegitu terbuka; apa yang dimaksud pastilah sesuatuagar diketahui oleh umum. Jika kami diijinkan untukmendengar, kami mohon dengan segala kerendahan hatiapa makna dari yang Paduka ucapkan kepada kami?"Raja sambil memandang istrinya, wajahnya berseridalam kasih sayang. Sambil tersenyum ia berkata:"Engkau bukanlah satu-satunya yang bingung terhadapmaksud, sebab dan latar belakang ucapanku. Seluruhpejabat, ratu dan seluruh penduduk kota semua diliputikeheranan dan kebingungan. Untuk itu dengarkanlahkata-kataku:"Bagaimana aku tidak mengetahuinya, sebagaimana biasaseperti jika seseorang bangun dari tidur lelapnya,ingatan akan salah satu kehidupan masa lampautiba-tiba muncul pada diriku. Aku hidup sebagaiseorang pelayan di kota ini. Aku menyenangkan danpantas untuk dipercaya, tetapi terpaksa menghadapikehidupan yang mengecewakan, bekerja pada orang yangterhormat hanya karena hartanya. Seluruhnya tanah,menjengkelkan dan merana. Setiap hari aku berjuanguntuk menghidupi keluargaku, selalu cemas kalau-kalautak sanggup menghidupi mereka."Lalu pada suatu siang aku berjumpa dengan empatorang sramana yang sedang berpindapatra. Mereka tampakterkendali, mereka memancarkan aura keagungan seorangpertapa. Hatiku terpana pada mereka, seolah akusiswanya; aku bersujud kepada mereka dan memintanyaagar datang ke rumahku."Aku mempersembahkan apa yang kunamakan sedikitbubur. Dan dari tunas yang kecil itu tumbuhlah pohonkeagungan ini yang begitu lebatnya hingga membuatmahkota permata raja lain seakan-akan seperti debu dikakiku."Itulah yang kupikirkan saat aku mengucapkankata-kata itu, permaisuriku, dan Itulah alasannyamengapa aku merasa senang dalam melakukan kebajikandan bergaul dengan para praktisi Dharma."Wajah sang ratu berseri takjub bercampur bahagia.Rasa hormat kepada raja terpancar dari matanya, iaberkata: "Kini aku. mengerti, Raja Agung, mengapaPaduka begitu gigih dalam melakukan kebajikan, karenadirimu sendiri telah menjadi saksi dari pahalaperbuatan baik. Oleh sebab itu, Engkau berusahamelindungi rakyatmu bagaikan seorang ayah, bahkandengan penuh kesadaran berusaha menjauhi perbuatanjahat dan berusaha mencapai segala sifat-sifat yangmendatangkan kebajikan."Kini Engkau bersinar dengan keagungan tak terperikandiperindah oleh kemurahan hati, hingga bahkan pararaja pesaingmu menunggu perintahmu, hendak memberikanpenghormatannya. Semoga Paduka memerintah di bumidengan keadilan untuk selama-lamanya, dari tempat inihingga di mana angin menyapu batas samudra."Sang raja menjawab: "Karena aku telah melihattanda-tanda yang menyenangkan itu, aku akan senantiasaberusaha menunjukkan jalan keselamatan. Bagaimana akutak akan bebas, permaisuriku, setelah mengalamisendiri pahala kemurahan hati? Sekarang, setelahmendengar kisah tentang pahala kemurahan hati ini, dimana pun manusia akan menyukai perbuatan memberi."Raja, memandang penuh kasih sayang kepada ratunya,mengetahui bahwa ia telah mulai diliputi olehkeagungan seperti seorang dewi. "Engkau bersinar diantara para pengiringmu bagaikan bulan sabit cemerlangdi antara bintang-bintang. Kebajikan apakah yang telahEngkau lakukan yang menyebabkan aura sedemikian rupa?"Ratu menjawab: "Demikian pula diri kami, suamiku,juga ingat akan beberapa hal dari kehidupan yanglampau, samar seperti sesuatu yang teringat ketika akumasih kecil. Aku adalah seorang budak yang pada suatuhari setelah memberikan sepiring dana makanan kepadaseorang pertapa suci, jatuh tertidur. Dan kejadian ituseolah seperti aku bangun di sini.""Dari perbuatan baik memberi tersebut aku inginmenjadikanmu sebagai suami serta pelindungku, berbagihidup bersamamu. Kata-kata yang sama yang telah kauucapkan – `Tak ada kebajikan kecil bilamana diberikankepada mereka yang telah bebas dari klesha' – ituadalah kata-kata yang diucapkan oleh pertapatersebut."Seluruh yang hadir dalam pertemuan diliputi oleh rasatakjub; setelah menyaksikan pahala kebajikan yangbegitu mengagumkan, mereka sangat menghargai kegiatanberclana. Melihat hal ini, raja berkata kepada mereka.semua: "Setelah melihat betapa luar biasanya pahalakebajikan seseorang, betapapun kecilnya, bagaimanabisa ada orang yang tidak tekun dalam melaksanakanperbuatan kemurahan hati dan sila? Pastilah orangseperti itu dikuasai oleh kegelapan ketidaktahuan,malas berdana meskipun kekayaannya cukup untukmelakukannya, tidak patut untuk dipedulikan sekejappun."Kekayaan, serta semua hal yang lain, tentulah padaakhirnya harus ditinggalkan, setelah itu sama sekalitak berguna lagi. Namun dengan mendanakannya dengancara yang benar, berbagai keuntungan akan diperoleh.Sebenarnya, terdapat berbagai macam kebajikan –kebahagiaan, reputasi yang baik dan seterusnya – ituseluruhnya timbul berkat dana. Siapakah yang kemudianmengerti akan hal ini, memilih cara hidup mementingkandiri sendiri?"Dana adalah harta terbesar. Tak ada pencuri yangdapat mencurinya, tak ada api yang dapatmenghancurkannya, tak ada air yang dapatmenghanyutkannya, tak ada raja yang dapat merampasnya.Dana membersihkan pikiran dari sikap mementingkan dirisendiri serta keserakahan, menghentikan kemelaratansepanjang hidup kita. Itulah sahabat terbaik danterdekat kita, yang tiada henti memberi kesenangan dankenyamanan."Dana akan mendatangkan apa pun yang engkau inginkan:kekayaan atau kekuasaan, keindahan fisik, atau istanasurgawi. Siapakah yang tidak mau melakukan dana?"Dana disebut kekayaan yang benar, inti darikekuatan, jalan menuju keagungan. Bahkan meskipun bajuusang yang diberikan dengan didasari oleh pikiranikhlas akan mendatangkan berkah yang luar biasa."Semua yang hadir dalam pertemuan mendengarkan ceramahsang raja dengan penuh hormat, sehingga sejak saat itusetiap orang semakin bergairah untuk melakukankegiatan berdana.Dari kisah ini orang dapat melihat bagaimana setiappemberian yang di lakukan dengan hati yang tulus,pemberian kepada yang pantas untuk menerima, membawapahala yang besar; pemberian seperti itu tak ada yangdapat disebut kecil. Karena itu, jika seseorangmemberi dengan hati yang penuh keyakinan pada Sangha,kumpulan para makhluk suci, yang merupakan sahabatterbaik, yang menunjukkan jalan kebajikan, seseorangakan dapat memperoleh kemuliaan utama; atau bahkankedudukan sangat tinggi. Berkah yang bahkan lebihbesar dari hal itu juga akan muncul.KULMASHAPINDI JATAKAKELAHIRANNYA SEBAGAI PEMBERI SEDIKIT BUBUR

Tidak ada komentar: