Rabu, 23 Januari 2008

Kisah Sumana, Penjual Bunga ((Tipitaka) Puas

Seorang penjual bunga, bernama Sumana, harus mengirimkan bunga melatikepada Raja Bimbisara dari Rajagaha setiap pagi. Suatu hari, ketika iaakan pergi ke istana, ia melihat Sang Buddha, dengan pancaran sinaraura sangat terang, datang ke kota untuk berpindapatta dengan diikutioleh beberapa bhikkhu.Melihat Sang Buddha yang sangat agung, penjual bunga Sumana sangatingin mendanakan bunganya kepada Sang Buddha, pada saat itu dan ditempat itu pula. Ia memutuskan, meskipun raja akan mengusirnya darikota atau membunuhnya, ia tidak akan memberikan bunganya kepada rajapada hari itu.Kemudian ia melemparkan bunganya ke samping, ke belakang, ke atas dandi atas kepala Sang Buddha. Bunga-bunga itu menggantung di udara; diatas kepala Sang Buddha membentuk seperti payung dari bunga-bunga. Dibelakang dan di sisi-sisi Beliau membentuk seperti dinding.Bunga-bunga ini terus mengikuti Sang Buddha kemana saja Beliauberjalan, dan ikut berhenti ketika Beliau berhenti.Ketika Sang Buddha berjalan, dikelilingi oleh dinding-dinding daribunga, dan dipayungi oleh bunga, dengan enam sinar yang memancar daritubuhnya, diikuti oleh kelompok besar, ribuan orang dari dalam maupundari luar kota Rajagaha. Mereka keluar dari rumahnya dan memberihormat kepada Sang Buddha. Bagi Sumana sendiri, seluruh tubuhnyadiliputi dengan kegiuran batin (piti).Istri Sumana kemudian menghadap raja dan berkata bahwa ia tidak ikutcampur dalam kesalahan suaminya, karena suaminya tidak mengirim bungakepada raja hari ini. Raja yang telah mencapai tingkat kesuciansotapanna, merasa sangat berbahagia. Ia keluar istana untuk melihatpemandangan yang indah itu dan memberikan hormat kepada Sang Buddha.Raja juga mengambil kesempatan untuk memberikan dana makanan kepadaSang Buddha dan murid-muridnya. Setelah makan siang, Sang Buddhakembali ke Vihara Jetavana dan raja mengikutinya sampai beberapa jauh.Dalam perjalanan pulang, Raja memanggil Sumana dan memberikanpenghargaan kepadanya yang berupa delapan ekor kuda, delapan orangbudak laki-laki, delapan orang budak wanita, delapan orang anak gadis,dan uang delapan ribu.Di Vihara Jetavana, Y.A. Ananda bertanya kepada Sang Buddha apamanfaat yang akan diperoleh Sumana dari perbuatan baik yang telahdilakukannya pada pagi hari itu. Sang Buddha menjawab bahwa Sumana,yang telah memberikan dana kepada Sang Buddha tanpa memikirkanhidupnya, tidak akan dilahirkan di empat alam yang menyedihkan (Apaya)untuk beratus-ratus ribu kehidupan yang akan datang. Dan ia akanmenjadi seorang Pacceka Buddha. Setelah itu, Sang Buddha memasukiGandhakuti, dan bunga-bunga itu jatuh dengan sendirinya.Malam harinya, pada akhir khotbah Sang Buddha membabarkan syairberikut ini:Bila suatu perbuatan setelah selesi dilakukan tidak membuat seseorangmenyesal,maka perbuatan itu adalah baik.Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati gembira dan puas.

Tidak ada komentar: